JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — Sejak gempa berkekuatan 5,4 pada skala Richter (SR) mengguncang Kota Jayapura dan sekitarnya, Kamis (9/2) sekitar pukul 15.28 WIT, Biro Sumber Daya Manusia (SDM) Kepolisian Daerah Papua bergerak cepat menerjunkan tim psikologi guna mengevakuasi warga korban ke sejumlah tenda pengungsian yang telah disiapkan.
Para personil SDM tersebut selain membantu mendata warga, mengevakuasi hingga mempersiapkan tenda darurat, juga mengerahkan tim trauma healing untuk korban. “Polri bergerak cepat untuk evakuasi dan memberikan pertolongan kepada korban yang berdampak gempa di Jayapura,” ujar Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Papua Kombes Pol Ignatius Benny Ady Prabowo, SIK kepada Odiyaiwuu.com dari Jayapura, Papua, Sabtu (11/2).
Sementara itu, Tim Psikologi Biro SDM Polda Papua juga terlibat dan ambil bagian dalam upaya penyelamatan warga dengan mendirikan posko tim psikologi guna melayani warga yang terdampak gempa.
Tim psikologi juga secara rutin menyambangi tenda pengungsian yang berada di halaman kantor Walikota Jayapura guna memberikan konseling bagi para korban gempa agar tidak larut dalam trauma berkepanjangan akibat gempa.
Kepala Biro SDM Polda Papua Kombes Pol I Wayan Gede Ardana, SIK, MSi mengemukakan, kehadiran tim psikologi di tenda-tenda pengungsian bertujuan membantu meredam kecemasan yang timbul dalam diri warga masyarakat terdampak bencana gempa bumi di wilayah Kota Jayapura dan sekitarnya.
“Kami lakukan metode konseling secara individual pada orang dewasa dan metode bermain pada anak-anak yang ikut mengungsi di tenda tersebut,” ujar I Wayan Gede Ardana kepada Odiyaiwuu.com dari Jayapura, Sabtu (11/2).
Menurut Gede Ardana, Pamen Polri asal Karangasem, Bali, tenda pengungsian yang didirikan tim gabungan Polda Papua dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Kota Jayapura dipadati masyarakat saat malam hari.
Sedangkan, pada pagi hingga sore tenda pengungsian yang dibangun di halaman kantor Walikota Jayapura hanya ditempati ibu-ibu dan anak-anak. Warga korban lainnya masih menunaikan tugasnya di tempat kerja masing-masing.
“Puji syukur dengan hadirnya rekan-rekan Tim Psikologi Biro SDM Polda Papua, kecemasan yang ada dalam diri warga yang terdampak gempa dapat mereda dan anak-anak yang ada di lokasi merasa senang bisa bermain bersama anggota Polri yang hadir di lokasi pengungsian,” kata Ardana.
Gempa berkekuatan 5,2 pada skala Richter, Kamis (9/2) sekitar pukul 15.28 WIT mengguncang kota Jayapura dan sekitarnya. Akibat gempa, empat warga Jayapura meninggal dunia dan sejumlah gedung, rumah penduduk, jalan serta fasilitas umum mengalami kerusakan.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Jayapura Asep Khalid mengatakan, akibat gempa empat warga dilaporkan meninggal dunia. “Sementara data di kami baru empat yang meninggal,” ujar Asep di Jayapura, Kamis (9/2).
Menurutnya, korban tewas tersebut dievakuasi dari kafe yang rubuh di daerah Ruko Dok II Jayapura. Hingga saat ini, pihak BPBD Kota Jayapura masih terus melakukan pendataan dan tidak menutup kemungkinan masih ada korban jiwa lainnya.
“Kami lagi kumpulkan data untuk kami laporkan kembali ke pimpinan. Itu (empat orang meninggal) data berdasarkan informasi teman-teman di lapangan. Korban meninggal itu sudah dievakuasi ke rumah sakit. Sementara korban luka belum bisa dipastikan karena masih dilakukan pendataan di lapangan,” kata Asep.
Menurutnya, dampak gempa hampir dirasakan di seluruh Kota Jayapura. Mulai dari fasilitas umum hingga kantor-kantor pemerintah dilaporkan mengalami kerusakan.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita mengatakan, gempa kali ini merupakan jenis gempa dangkal dengan kedalaman 10 km. Gempa yang terjadi pukul 13.28 WIB ini disebut akibat adanya aktivitas sesar aktif.
“Dengan memperhatikan lokasi episenter, gempa bumi ini merupakan gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser,” ujar Dwikorita di Jayapura, Kamis, (9/2).
Menurut Dwikorita, sejak 2 Januari 2023 hingga saat ini sudah terjadi 1.079 gempa di Jayapura. Namun hanya 132 gempa yang dirasakan warga.
“Kemudian dari hasil pemodelan numeris gempa bumi ini tidak berpotensi tsunami. Berdasarkan pengamatan BMKG sejak 2 Januari tahun ini hingga 9 Februari pukul 14.25 WIB, telah terjadi gempa bumi di wilayah sekitar Jayapura sebanyak 1.079 kali, termasuk kali ini,” katanya.
Pihak BMKG, kata Dwikorita, telah melakukan sosialisasi kewaspadaan gempa di Jayapura sebelum terjadi getaran M 5,4 siang tadi. Dwikorita mengatakan gempa di Jayapura ini bukan yang pertama terjadi pada 2023. “Jadi ini bukan satu-satunya gempa,” katanya. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)