SALATIGA, ODIYAIWUU.com — Panglima Tentara Nasional Indonesia (TNI) Jenderal Agus Subiyanto didesak segera menarik pasukan militer dari Distrik Oksop, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan.
Desakan para pelajar dan mahasiswa asal Pegunungan Bintang seluruh Indonesia yang terhimpun dalam Komunitas Mahasiswa dan Pelajar Aplim Apom (Komapo) itu disampaikan sebagai bentuk keprihatinan mendalam terkait operasi militer di Pegunungan Bintang.
Komapo mendesak Panglima TNI segera menghentikan operasi militer san menarik lebih dari 300 personel dari Distrik Oksop. Pasalnya, operasi militer yang dilakukan sejak 4 Desember 2024 membuat ribuan warga sipil di distrik itu terpaksa mengungsi ke hutan. Anggota militer yang terdiri dari enam kompi di distrik juga telah menyasar tiga desa, yaitu Desa Mimin, Alutbakon, dan Atenar.
“Kami meminta dan mendesak Panglima TNI Pak Jenderal Agus Subiyanto, Kepala Staf TNI AD, Panglima Kodam XVII/Cenderawasih, dan Panglima TNI Gabungan Wilayah III untuk segera menarik pasukan dari Distrik Oksop agar masyarakat dapat kembali hidup tenang,” ujar Sekretaris Jenderal Komapo Elia A Mimin didampingi sejumlah pengurus dan anggota saat menggelar jumpa pers di Kota Salatiga, Jawa Tengah, Rabu (11/12).
Menurut Elia Mimin, akibat operasi militer di Distrik Oksop terjadi krisis kemanusiaan paling mengenaskan. Kurang lebih 3.000 warga masyarakat sipil, termasuk ibu-ibu, anak-anak dan balita mencari perlindungan di hutan.
“Kondisi memilukan ini tidak hanya menimbulkan ancaman terhadap keamanan dan kesehatan masyarakat tetapi juga menyebabkan trauma mendalam. Warga yang mengungsi kehilangan rasa aman dan tidak dapat merayakan Natal dalam suasana damai bagi umat Kristiani di wilayah itu,” kata Elia Mimin.
Para penasehat dan pembina juga mengingatkan negara melalui aparatur sipil maupun militer Indonesia sungguh memahami pentingnya penghormatan terhadap martabat dan hak asasi manusia (HAM) tanah Papua, khususnya di Pegunungan Bintang.
Apalagi, sebagian warga yang ketakutan dan bertahan di hutan sebagian besar adalah umat Kristiani yang merindukan kedamaian menyambut Natal, perayaan Agung umat. Membiarkan warga masyarakat sipil bertahan di hutan di tengah ancaman kelaparan dan bayang-bayang kematian akibat tak mengkonsumsi makanan dan minuman adalah bentuk pengingkaran atas martabat manusia.
“Kami mendesak Panglima TNI dan jajarannya di Kodam Cenderawasih segera menarik pasukan militer dari Oksop. Sebagai bentuk penghormatan terhadap bulan suci umat Kristiani, kami juga mendesak Panglima TNI agar operasi militer dihentikan sementara selama masa Natal,” ujar Elia Mimin.
Para mahasiswa dan pelajar dalam perhimpunan itu juga menuntut jaminan keamanan bagi warga sipil agar mereka dapat kembali ke rumah masing-masing untuk merayakan Natal dengan penuh damai dan sukacita.
“Kami meminta Dewan Perwakilan Rakyat Papua, Majelis Rakyat Papua, dan DPRD Pegunungan Bintang tidak tinggal diam, tetapi harus ada upaya menyelamatkan warga sipil, terutama lansia, perempuan dan anak yang paling rentan menjadi korban akibat operasi militer ini,” kata Elia Mimin tegas.
Menurutnya, kedamaian adalah hak setiap individu. Karena itu, seluruh pihak terkait untuk membantu mengambil langkah konkret demi melindungi masyarakat Pegunungan Bintang dan menciptakan suasana kondusif menjelang Natal.
“Kami juga menyerukan solidaritas dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan krisis ini melalui pendekatan damai tanpa kekerasan demi menjaga harkat dan martabat kemanusiaan. Kami berharap semua pihak dapat berkontribusi untuk menciptakan kedamaian di Oksop sehingga masyarakat dapat kembali menjalani kehidupan mereka dengan rasa aman dan merayakan Natal penuh sukacita,” katanya. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)