SUGAPA, ODIYAIWUU.com — Manajemen Markas Pusat Komando Nasional (Komnas) Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat, sayap militer Organisasi Papua Merdeka (TPNPB OPM), Minggu (19/10) mengumumkan duka nasional.
Pengumuman itu disampaikan setelah menerima laporan resmi dari pasukan TPNPB OPM Komando Daerah Pertahanan (Kodap) VIII Intan Jaya dari markasnya di Intan Jaya, Provinsi Papua Tengah.
Juru Bicara Komnas TPNPB OPM Sebby Sambom mengatakan, operasi tempur yang dilakukan oleh aparat militer Indonesia pada Rabu (15/10) mengakibatkan tiga prajurit TPNPB gugur. Korban, sebut Sebby, gugur setelah ditangkap, disiksa lalu ditembak mati tanpa perlawanan dan kontak senjata bahkan alat bukti berupa senjata dari korban tidak ditemukan.
“Ketiga anggota TPNPB telah dikonfirmasi diantaranya Wakil Staf Bidang Logistik Kapten Ipe Kogoya, pasukan aktif Poli Kogoya, dan TPNPB Kodap XVIII Ilaga Januari Murib,” ujar Sebby Sambom melalui keterangan tertulis yang diperoleh dari Intan Jaya, Papua Tengah, Minggu (19/10).
Sebby juga mengatakan, pihaknya juga turut berduka cita atas meninggalnya 12 warga sipil yang ditembak mati oleh aparat militer Indonesia di Kampung Soanggama, Intan Jaya, Rabu (15.10). Salah seorang warga sipil yang meninggal, kata Sebby, dalam gangguan kejiwaan dan seorang ibu rumah tangga.
“Kami juga menyampaikan turut berduka kepada atas meninggalnya Jenderal Jeck Melyan Kemong pada 18 Oktober 2025 karena faktor usia. Kami juga turut berduka cita atas gugurnya Brigjen Lamek Alipky Taplo dan 3 anggota TPNPB Kodap XV Ngalum Kupel setelah terkena ledakan bom yang dijatuhkan oleh aparat militer Indonesia melalui drone di Kiwirok pada Minggu, 19 Oktober 2025,” kata Sebby.
Sebby menegaskan kepada Presiden Prabowo Subianto bahwa aksi pembantaian 12 warga sipil di Soanggama pada 15 Oktober 2025 diikuti menaikkan pangkat 52 aparat militer Indonesia setelah melakukan tugas operasi tempur yang menewaskan 12 warga sipil di Intan Jaya adalah keliru.
Pasalnya, negara Indonesia masih melindungi pelaku kejahatan kemanusiaan di Papua yang telah menewaskan 12 warga sipil dan menaikkan pangkat para pelaku kejahatan kemanusiaan di tanah Papua.
“Aksi penembakan, pembunuhan dan pembataian orang Papua yang dilakukan oleh aparat militer Indonesia saat melakukan operasi militer tidak pernah mengakui perbuatan mereka. Hal ini membuktikan bahwa negara Indonesia tidak membutuhkan manusia Papua karena orang Papua tidak berharga di mata Jakarta, kecuali sumber daya alam Papua,” ujar Sebby. (*)