TIMIKA, ODIYAIWUU.com — Jenazah mantan Ketua Presidium Dewan Papua (PDP) Thomas Beanal atau lebih akrab dengan sapaan Tom Beanal, Kamis (1/6) pukul 15.40 WIT tiba di Bandara Internasional Mozes Kilangin, Timika, kota Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah.
Jenazah Tom Beanal, putra asli suku Amungme dari Mimika itu tiba di tanah leluhurnya, Amungme, menggunakan pesawat carter Jet VH-PFA. Warga masyarakat Mimika berjubel menunggu jenazah Tom Beanal, mantan anggota DPRD Fakfak dibawa dari pesawat.
Kedatangan jenazah Tom, Komisaris PT Freeport Indonesia sejak tahun 2000 hingga ajal menjemput dan alumni Akademi Teologi Katolik (ATK) Abepura, Jayapura (kini, Sekolah Tinggi Filsafat Teologi/STFT, Fajar Timur), disambut Pelaksana Tugas Bupati Mimika Johannes Rettob dan Direktur Freeport Indonesia Claus Wamafma.
Selain itu, Komandan Komando Distrik Militer (Dandim) 1710/Mimika Letkol Inf Dedy Dwi Cahyadi, Kepala Kepolisian Resor (Polres) Mimika AKBP I Gede Putra, SH, SIK, Kepala Teknik Tambang Karel Tauran serta para pejabat Pemerintah Kabupaten Mimika dan Freeport Indonesia.
“Bapa Tom adalah orang besar Amungme dan tokoh Papua. Saya mengenal baik sejak saya masih kecil. Beliau sungguh seorang tokoh agama dan pastor awam. Sebagian hidupnya nyaris didedikasikan untuk gereja Katolik. Beliau guru yang mengajar saya agama Katolik,” ujar John Rettob kepada Odiyaiwuu.com dari Timika, Papua Tengah, Kamis (1/6).
Menurut John, Tom Beanal adalah sosok yang luar biasa bijaksana, teliti, dan sangat santun dalam relasi personal maupun dalam lingkup pergaulan. Tom juga sosok yang penuh cinta kasih, nilai keutamaan hidup yang orangtua dan leluhurnya tanamkan.
“Setelah puluhan tahun menunaikan tugas di lingkup Gereja, ia meneruskan pengabdiannya untuk misi keadilan dan perdamaian, justice and peace dan sungguh menunjukkan dirinya sosok pejuang yang luar biasa. Bapa Tom adalah orangtua dan tokoh Papua. Perjuangannya nyata di lingkup masyarakat tanah Papua, khususnya masyarakat Amungme dalam memperoleh hak-hak mereka,” katanya.
John, putra Caspar Rettob dan cucu Cristian Rettob, guru perintis pendidikan di Papua, menegaskan, Tom Beanal adalah sosok pemimpin yang berperan besar dalam pembangunan Mimika dari hutan belantara hingga kondisi saat ini yang tengah dilanjutkan pemerintah daerah dan masyarakat Mimika.
“Atas nama Pemerintah Kabupaten Mimika dan masyarakat, saya mengucapkan terima kasih banyak atas jasa, karsa Bapa Tom Beanal dan seluruh rumpun keluarga besar Almarhum yang telah memberikan dukungan penuh kepada gereja. Sekali lagi, saya atas nama pemerintah dan masyarakat Mimika turut berdukacita mendalam berpulangnya Bapa Tom Beanal. Semoga Almahrum diterima dalam kerajaan di Surga atas kehidupan kekal sesuai amal baktinya semasa hidup,” kata John.
John juga menyampaikan terima kasih kepada isteri Almahrum serta anak-anaknya yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, dan pendampingan selama Tom Benal masih hidup hingga tutup usia. Semoga isteri serta anak-anak Almarhum diberikan penghiburan dan kekuatan dalam menghadapi peristiwa duka ini.
“Almarhum Bapa Tom akan dimakamkan Sabtu (3/5). Kami berharap agar semua yang berduka, sejak mendengar kabar beliau meninggal hingga prosesi penjemputan di Timika, hadir dalam suasana perkabungan di Keuskupan Timika. Kita juga berdoa dan berharap sampai dengan prosesi pemakaman berjalan aman dan lancar,” ujar John.
Dari Bandara Mozes Kilangin, jenazah tokoh Papua itu kemudian dibawa dengan iring-iringan mobil keluarga dan para pejabat dengan pengawalan ketat menuju Istana Keuskupan Timika. Di sana jenazah akan disemayamkan untuk memberikan kesempatan kapada umat Katolik dan masyarakat untuk berdoa dan memberikan penghormatan kepada Almarhum.
Tokoh muda Mimika dan sarjana Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi Universitas Trisakti Jakarta, Ir Elias Pigome, ST, IPP memandang Tom Beanal sebagai salah seorang tokoh besar Papua yang mempersembahkan karya baktinya demi kemajuan masyarakat dan Papua, tanah yang sangat dicintainya.
“Bapa Tom Beanal adalah sosok multi peran bagi tanah Papua, teristimewa bagi kami masyarakat Amungme dan Komoro. Semasa hidup beliau melakoni aneka pengabdian, entah sebagai guru, motivator, politisi, dan sosok penggerak sumber daya manusia Papua,” ujar Elias Pigome kepada Odiyaiwuu.com dari Timika, Papua Tengah, Kamis (1/6).
Petugas Gereja Katolik Keuskupan Jayapura/Timika periode 1996-2003 Anna Yosepina Balla mengaku, Tom Beanal bukan sekadar tokoh kebanggaan masyakat Mimika, namun seluruh Papua.
“Semasa hidup, Paitua Tom mengabdi sebagai petugas Gereja Katolik di Baliem, Jayawijaya. Usai menunaikan tugas di lingkup Gereja, ia dipercaya masyarakat menjadi anggota DPRD Fakfak dari Mimika. Beliau sosok berjasa yang mendedikasikan tenaga seutuhnya dalam pelayanan Gereja, negara, dan tanah Papua,” kata Anna kepada Odiyaiwuu.com di Timika, Selasa (30/5).
Selain itu, lanjut Anna, mantan komisioner KPU Kabupaten Mimika, Timika menjadi kota yang ramai saat ini adalah bagian dari perjuangan Tom Beanal selama hidupnya. Paitua Tom di mata Anna adalah pribadi pekerja keras demi kemajuan dan kesejahteraan orang-orang Amungme, Kamoro, dan suku suku kekerabatan di sekitar gunung emas Tembagapura dan tanah Papua.
“Saat ini, Mimika menjadi kabupaten yang ramai dengan kehadiran puluhan suku bangsa nusantara, korporasi raksasa, dan lain-lain adalah bagian panjang dari perjuangan hidupnya. Paitua Tom Beanal sungguh seorang tokoh pembaharu Mimika di masanya dan kini hasilnya dinikmati pemerintah dan masyarakat,” ujar Anna lebih lanjut.
Agapitus Maturbongs mengaku, semasa kuliah di Akademi Theologi Katolik (sekarang STFT) Fajar Timur, Abepura, Papua, ia tinggal sekamar dengan Tom Beanal dan Pastor Theo Makai, Pr.
“Kami menyelesaikan SGA di Biak dan mendapat penugasan sebagai guru SD di Lembah Agung Baliem. Tom ditugaskan di Wamena mendampingi Wenewolok. Saya ditugaskan di SD YPPK Musatfak. Setelah empat tahun bertugas di Baliem, kami berdua ditunjuk dapat melanjutkan studi teologi di ATK Abepura. Kami berdua tinggal satu kamar hingga tamat,” ujar Piet Maturbongs kepada Odiyaiwuu.com, Sabtu (30/5).
Piet melukiskan Tom Beanal sebagai seorang sahabat sejati dan sosok berkepribadian, kritis, jujur, dan pantang menyerah. Piet juga memahami pergumulan Almarhum yang mewarnai hidup dan perjuangannya. Tom juga setia memperjuangkan cita-citanya menatap masa depan tanah dan bangsa Papua yang lebih adil dan bermartabat.
“Kekuatan pribadi Tom terletak pada upaya memperjuangkan nilai-nilai kemanusiaan universal yang adil dan beradab sesuai ajaran Yesus yang ia imani. Sioo, meno. Sesudah lama tidak mendengar berita tentang dirimu, hari ini saya mendengar berita engaku sudah berpulang, kembali ke rumah Bapa di surga. Meno…. amole… sayang……. Hari ini saya berduka,” kata Piet.
Tom Beanal lahir di Kampung Tsinga, Distrik Tembagapura pada 11 Agustus Tahun 1947. Ia berpulang akibat serangan jantung di Rumah Sakit Mount Elizabeth Singapore pada Senin (29/5) pukul 14.05 waktu Singapore.
“Sakit Bapak ada banyak. Mulai dari stroke, masalah ginjal, hati dan paru. Terakhir beliau mengalami serangan jantung sebelum akhirnya meninggal,” ujar Odiseuz Beanal, putra Almarhum Tom Beanal. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)