JAKARTA, ODIYAIWUU.com — Kehadiran seorang Paus adalah untuk Gereja universal, termasuk umat Katolik di tanah Papua. Paus Emeritus Benediktus XVI adalah seorang Paus Emeritus, tetapi terkait pelayanan aktif Gereja universal sudah tidak jalan lagi dan beralih kepada Paus Fransikus.
Sebagai seorang Paus Emeritus, Paus Emeritus Benediktus XVI, yang tinggal di Biara Mater Ecclesiae setelah mengundurkan diri akibat masalah kesehatan, Bapa Paus Emeritus Benediktus XVI tentu berdoa untuk seluruh dunia dari Biara Mater Ecclesiae, tempat tinggalnya, termasuk umat Katolik di tanah Papua dan Indonesia umumnya.
“Dalam doa selama tinggal di Biara Mater Ecclesiae, Paus Emeritus Benediktus XVI tentu punya intensi universal mendoakan umat Katolik seluruh dunia dan kepentingan dunia internasional. Temasuk berbagai pergumulan kehidupan politik, ekonomi, dan lain-lain,” ujar Pastor Paroki Santa Imakulata Mowanemani, Keuskupan Timika, Romo Hendrikus Nahak, OFM kepada Odiyaiwuu.com dari Mowanemani, kota Kabupaten Dogyai, Papua Tengah, Kamis (5/1).
Menurut Pastor Nahak, imam Fransiskan kelahiran Belu, Pulau Timor, sebelum menjadi Paus menggantikan Paus Yohanes Paulus II, Paus Emeritus Benediktus XVI yang bernama asli Kardinal Joseph Ratzinger adalah seorang Kardinal dan teolog yang sangat taat dan setia menjaga kebenaran ajaran Gereja Katolik.
“Sebagai seorang pimpinan umat Katolik sejagat, beliau sudah pasti berpegang pada ajaran Gereja. Hal tersebut bertolak dari basik teologis berkaitan dengan ajaran resmi Gereja. Terkait dengan fruekuensi kunjungan pastoral sebagai seorang Paus semasa hidup, tentu fruekuensi kunjungan mendiang Paus Emeritus Benediktus XVI tidak sebanyak Paus Santo Paulus Yohanes Paulus II atau Paus Fransiskus,” lanjut Pastor Nahak.
Ratusan ribu pelayat
Ratusan ribu umat Katolik dan pelayat Kamis (5/1) pukul 09.30 waktu Roma, mengikuti dan menghadiri Misa Requiem untuk mendiang Paus Emeritus Benediktus XVI di lapangan Basilika Santo Petrus, Vatikan.
Sejak pagi mulai pukul 05.30 waktu Roma, para umat Katolik dan para pelayat sudah berbondong-bondong dan bersiap mengikuti antrian memasuki lapangan Basilika Santo Petrus Vatikan. Para pastor diarahkan melewati perocino, pintu khusus dan langsung mengambil tempat di dalam lapangan Basilika Santu Petrus.
“Ada berita beberapa suster, mereka sudah antri sejak pukul 05.30 waktu Vatikan. Saya juga lewat pintu perocino sehingga tidak bisa melihat umat dan pelayat sedang antrian untuk masuk ke lapangan Basilika Santu Petrus. Kami, para pastor tidak ada meeting point untuk mengenakan pakaian tetapi langsung ke lapangan Basilika untuk memperlancar segala urusan,” ujar Pastor Markus Solo Kewuta, SVD, anggota Dewan Kepausan Dikasteri untuk Dialog Antar Umat Beragama di Takhta Suci Vatikan kepada Odiyaiwuu.com dari Lapangan Basilika Santo Petrus Vatikan, Roma, Kamis (5/1).
Menurut Padre Marco, sapaan akrabnya, sekitar pukul 09.00 pagi atau setengah jam sebelum Misa dimulai, lapangan Santo Petrus sudah sangat padat. Saat Misa dimulai, lapangan Basilika Santo Petrus sudah terlihat sangat padat. Banyak umat dan pelayat berhamburan di luar lapangan.
“Lapangan Basilika Santo Petrus disebut memiliki kapasitas 300 ribu dipenuhi manusia. Banyak kursi disediakan untuk para umat dan pelayat, namun jauh di luar prediksi Vatikan sekitar 80 ribu orang tetapi umat dan pelayat yang hadir lebih dari itu,” kata Padre Marco, imam kelahiran kampung Lewouran, Desa Lewotobi, Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur.
Padre Marco, doktor Teologi Fundamental lulusan Universitas Leopold Franzens, Wina, Austria menjelaskan, tepat pukul 09.30 pagi, perayaan dimulai dengan perarakan Paus Fransiskus diantar di kursi roda mengambil tempat di Altar lalu disusul perarakan para Kardinal dan para Uskup konselebran.
Paus Fransiskus, lanjut Padre Marco, imam Societas Verbi Divini (SVD) atau Serikat Sabda Allah yang mendalami studi Islam dan Arab di Dar Conboni, Kairo, Mesir, membuka perayaan Requiem dengan memimpin Misa kemudian menyampaikan langsung homili, kotbahnya lalu mengambil tempat di samping Altar saat mulai Persembahan.
“Jadi, mulai Persembahan itu diambil alih Kardinal Giovanni Battista Re, salah seorang pemimpin Kuria Roma yang sudah pensiun. Saat ini beliau menjabat Dekan Para Kardinal. Beliau memimpin Misa tahap kedua mulai dari Persembahan, Konsekrasi sampai Komuni,” kata Padre Marco, lulusan Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero, Maumere, Flores.
Menurut Padre Marco, setelah Komuni perayaan dilanjutkan oleh Paus Fransiskus dengan menutup Misa lalu dilanjutkan dengan perayaan penutupan sekaligus menghantar jenazah ke dalam katakombe.
Paus Fransiskus, ujar Padre Marco, membacakan doa sekaligus pemberkatan jenazah. Sedangkan Kardinal Battista Re menuju Altar utama, ke peti jenazah mendiang Paus Emeritus Benediktus XVI di depan Altar utama untuk memerciki jenazah dengan air berkat dan mendupainya.
“Usai prosesi pemberkatan peti jenazah, 12 orang ajudan Kardinal datang dan mengangkat peti jenazah lalu berarak menuju katakombe. Menariknya, saat peti jenazah diangkat terdengar teriakan, sorak-sorai umat, Santo Subito! yang hadir. Dalam bahasa Italia, artinya Jadikan Santo Segera! Itulah harapan sebagian orang yang hadir dalam Misa Requiem tadi,” kata Padre Marco.
Paus Emeritus Benediktus XVI (95) meninggal di Biara Mater Ecclesiae, Sabtu (31/12) pukul 09.34 waktu Roma. Informasi tersebut disampaikan Otoritas Vatikan melalui @VaticanNews, akun Twitter Vatican News dan dikutip Odiyaiwuu.com di Jakarta, Sabtu (31/12).
“Saya menyampaikan berita duka, Paus Emeritus Benediktus XVI telah menghembuskan nafas terakhir (Sabtu, 31/12) hari ini, pukul 9.34 waktu Vatikan di kediamannya, Biara Mater Ecclesiae pada usia 95 tahun,” kata Padre Marco kepada Odiyaiwuu.com dari Vatikan, Roma, Sabtu (31/12).
Sekilas Benediktus
Paus Emeritus Benediktus XVI lahir 16 April 1927 di Marktl am Inn, Bavaria. Ia terlahir sebagai anak bungsu pasangan suami-isteri (pasutri) Joseph Ratzinger dan Maria Ratzinger, Sr. Ayahnya seorang anggota polisi dan sang bunda seorang tukang masak.
Lahir dari keluarga Katolik taat Paus Emeritus Benediktus XVI memiliki nama asli Joseph Alois Ratzinger. Tahun 1939 Benediktus masuk seminari kecil di Traunstein, kota di bagian tenggara Bavaria.
Saat Partai Nazi berkuasa di Jerman tahun 1941, Benediktus direkrut menjadi anggota Pemuda Hitler, sebuah organisasi pemuda sayap Partai Nazi, partai pimpinan Adolf Hitler. Hitler kemudian tercatat sebagai Kanselir Jerman periode 1933-1945.
Tahun 1943, Benediktus bergabung sebagai anggota korps pertahanan udara bersama teman-temannya sesama siswa seminari. Tahun 1945, ia dipindahkan ke unit tentara di Hungaria namun tak lama kemudian pada April 1945 ia meninggalkan Hungaria.
Setelah Tentara Angkatan Darat Amerika Serikat menguasai kampung halamannya, Benediktus ditangkap dan dipenjara di kamp tawanan perang sebelum akhirnya dilepaskan. Keluar dari kamp tahanan, ia kemudian melanjutkan sekolahnya di seminari.
Sejak 1946-1951, Benediktus mendalami studi filsafat dan teologi di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi Freising di Universitas Munich. Tahun 1951 ia ditahbiskan menjadi imam.
Doktor Teologi (S-3) diraih Benedikus dari Universitas Munich pada 1953. Ia menulis disertasi berjudul Umat dan Rumah Tuhan dalam Ajaran Gereja Santo Agustinus. Tahun 1957, Benediktus mengajar teologi dogmatis dan fundamental di Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi di Freising, Bavaria. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)