JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — Anggota Majelis Rakyat Papua (MRP) Provinsi Papua Pegunungan Ismail Asso, Kamis (1/2) dilaporkan masyarakat dan sejumlah elemen ke Kepolisian Daerah (Polda) Papua.
Mereka antara lain Pastor Paroki Santo Fransiscus Asisi APO Paul Tumayang Tangdilintin, OFM yang memimpin rombongan pelapor didampingi tokoh Katolik Carolus Bolly bersama sejumlah pengurus Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Jayapura dan Pemuda Katolik Komisariat Daerah (Komda) Papua.
Ismail dipolisikan menyusul komentarnya merespon postingan di media sosial yang dianggap menghina Uskup Dioses Jayapura Mgr Dr Yanuarius Theofilus Matopai You.
“Kami menganggap komentar Pak Ismail di WhatsApp menghina dan melukai perasaan umat Katolik. Kami minta laporan ditanggapi cepat agar tidak melebar ke mana-mana,” ujar Ketua Pemuda Katolik Komda Papua Melianus Asso melalui keterangan tertulis yang diterima Odiyaiwuu.com usai melapor di Mapolda Papua, Kamis (1/2).
Melianus juga meminta pihak Polda Papua segera menghadirkan Ismail Asso dalam waktu 2 x 24 jam. Jika lewat dari hari Minggu, ceritanya akan berbeda. “Sekali lagi segera diamankan dan dimintai keterangan yang bersangkutan,” kata Melianus tegas.
Ketua PMKRI Cabang Jayapura Jasman Yelehet menambahkan, pelaporan ini karena ada kalimat yang tidak beretika dan terkesan menghina. “Kami dari seluruh organisasi Katolik mendesak pihak Polda segera memproses kasus ini karena pimpinan kami dicederai dan kami merasa resah,” kata Jasman.
Pihaknya juga meminta umat Katolik menahan diri dan menunggu upaya hukum yang sudah dilakukan. Hal penting agar jangan sampai ada pihak lain yang mencoba memperkeruh situasi. “Pak Ismail segera berikan keterangan di kepolisian dan kami menunggu segera,” ujar Jasman tegas.
Sementara Pastor Paul mengatakan, ia menemani kaum muda Katolik karena ada penyampaian yang kurang beretika. Uskup Matopai sebelumnya menanggapi pemberitaan terkait sengketa lokasi pembangunan gedung kantor Gubernur Papua Tengah dan balik dikomentari oleh Ismail Asso.
“Komentar Pak Ismail tidak pantas. Apalagi ia juga seorang tokoh agama dan anggota Majelis Rakyat Papua,” kata Paul, imam dari Ordo Fratrum Minorum.
Menurut Pastor Paul, Uskup adalah simbol dari Gereja Katolik sedunia karena tidak dipilih oleh umat tapi langsung ditunjuk langsung oleh Pemimpin Gereja Katolik Sedunia Sri Paus di Roma.
“Menyerang Uskup sama seperti menyerang gereja Katolik. Kami tersinggung pernyataan Ismail Asso. Ia (Ismail Asso) tokoh agama tapi tidak mencerminkan sebagai seorang tokoh. Ia tak punya etika dan sopan santun dalam mengeluarkan pendapat terhadap seorang pimpinan gereja lokal,” kata Pastor Paul.
Pastor Paul meminta Ismail Asso diamankan dan dilakukan proses hukum sebab komentar menghina itu sudah tersebar di kurang lebih 20-an grup WhatsApp dan sudah diketahui masyarakat akar rumput.
Pastor Paul menambahkan, seharusnya Ismail Asso sebagai tokoh lebih berhati-hati mengeluarkan statemen. Pihaknya meminta umat Katolik menahan diri dan tidak membalas.
“Jika umat mendapat WA itu tanggapi dengan kepala dingin. Sebab kalau orang mabuk, kita jangan ikut mabuk tapi tunjukkan bahwa orang Katolik itu bukan orang sembarang tapi menjunjung tinggi nilai etika moral, persaudaraan, dan toleransi,” katanya.
Sementara Ismail Asso yang terhubung via telepon menyampaikan bahwa ia menyampaikan itu lebih ke ranah privat dan meminta tidak ditarik ke politis.
Ismail bermaksud bahwa lokasi yang disengketakan adalah tanah nenek moyangnya karena agama dan pemerintah sejatinya tidak memiliki lokasi.
“Yang punya adalah adat dan yang di berita setelah saya telusuri beliau bukan orang Walesi jadi lebih baik orang adat yang punya tanah yang berkomentar,” kata.
Media ini sebelumnya memberitakan, anggota MRP Papua Pegunungan Ismail Asso menyebut, baik Uskup, Presiden atau Bupati tidak punya tanah di Welesi.
“Ko (Anda) Uskup k, Presiden k (atau) bupati kamu semua tra punya tanah (di Welesi). Yang punya tanah orang Welesi. Bukan Menteri, Presiden, Bupati, Uskup atau orang asing siapapun. Stop asing (bukan orang Welesi) diseret-seret karena tak pantas,” kata anggota MRP Papua Pegunungan Ismail Asso melalui cuitannya di grup WA The Spirit of Papua, Rabu (31/1) malam.
Asso merespon berita yang diansir media Jubi.id tanggal 31 Januari 2024 dalam judul Uskup Jayapura: Jangan paksa bangun kantor gubernur di tanah adat Walesi dan Wouma.
Dalam berita Jubi.id tersebut, Uskup putra asli Papua itu meminta Pemerintah Provinsi Papua Pegunungan jangan memaksakan pembangunan Kantor Gubernur Papua Pegunungan di atas lahan masyarakat adat Walesi dan Wouma, Kabupaten Jayawijaya.
Pernyataan itu disampaikan Mgr Yanuarius dalam diskusi bertajuk Quo Vadis Papua Tanah Damai? yang diselenggarakan Sekretariat Keadilan, Perdamaian, dan Keutuhan Ciptaan Fransiskan Papua di Kota Jayapura, Provinsi Papua, pada Senin (29/1/2024).
Screeshoot statemen Asso tersebut menyebar di berbagai grup WhatsApp dan menimbulkan reaksi beragam. Banyak nitizen memandang respon Asso atas merespon Uskup Matopai dalam berita itu menghina Uskup Matopai. Buntut respon Ismail Asso yang dianggap menghina Uskup Matopai, ia dilaporkan ke Polda Papua oleh sejumlah elemen di bawah pimpinan Pastor Paul.
“Kepala botak ini (Uskup Matopai) punya tanah di Welesi di mana? Marga apa orang botak ini. Ada yang tahu ka? Dia aliansi dan konfederasi lima kepala konfederasi mana?” ujar Ismail Asso dalam grup WhatsApp WAMENA EMPOWERMENT yang screeshoot-nya diperoleh odiyaiwuu.com dari Jayapura, Kamis (1/2). (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)