NABIRE, ODIYAIWUU.com — Berkas KW, tersangka pelaku pembunuhan dr Mawartih Susanti, Sp.P, dokter sepsialis paru satu-satunya di Provinsi Papua Tengah dinyatakan lengkap (P21) dan diserahkan ke Kejaksaan Negeri Nabire, Papua Tengah, Kamis (22/6).
Serah terima tersangka dan barang bukti atau Tahap II (P21) tersangka dalam kasus tindak pidana pembunuhan berencana dan pelecehan seksual terhadap dokter yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Nabire tersebut berdasarkan surat Nomor B-658/R.1.17/Eoh.1/06/2023 tertanggal 15 Juni 2023, tentang pemberitahuan hasil penyidikan KW sudah lengkap.
Kepala Kepolisian Resor (Polres) Nabire Kapolres Nabire AKBP I Ketut Suarnaya, SIK, SH mengatakan, proses penyerahan berkas Tahap II dipimpin langsung Kasat Reskrim AKP Akhmad Alfian, SIK, MH bersama anggotanya.
“(Serah terima tersangka dan barang bukti) langsung Pak Kasat Reskrim yang pimpin saat Tahap II di Kantor Kejaksaan Negeri Nabire,” ujar I Ketut Suarnaya melalui keterangan tertulis kepada Odiyaiwuu.com di Jakarta, Senin (26/6).
Menurut Suarnaya, tindak pidana yang dilakukan KW sehubungan dengan tindak pidana pembunuhan berencana dan pelecehan seksual sebagaimana dimaksud dalam Primair Pasal 340 KUHP Subsidair Pasal 338 KUHP dan lebih subsidair Pasal 351 Ayat 3 KUHPidana dan atau pasal 290 Ayat 1 KUHPidana.
“Penyerahan tersangka KW diterima oleh Kepala Seksi Tindak Pidana Umum Royal Sitohang. Korban merupakan seorang dokter spesialis berinsial MS. Sedangkan tersangka, KW (23) sehari-hari bekerja sebagai cleaning servis di RSUD Nabire. Tahap II ini, juga selain tersangka barang bukti juga diserahkan baik itu milik korban maupun tersangka,” kata Suarnaya lebih lanjut.
Pihak Kepolisian Daerah Papua sebelumnya menyatakan, Polda Papua telah menangkap dan menahan KW, tersangka dalam kasus pembunuhan dr Mawartih, dokter yang bertugas di RSUD Nabire.
Polisi menangkap dan menahan KW setelah mendapatkan hasil autopsi dari tubuh korban. Dari hasil autopsi, terdapat sisa air liur. Polisi melakukan pemeriksaan ulang terhadap sejumlah saksi yang diduga terlibat dalam kasus tersebut hingga kemudian menjurus ke KW.
“Dari hasil pemeriksaan, KW mengaku bila dirinya yang melakukan pembunuhan karena sakit hati akibat honor Covid-19 dipotong,” ujar Kepala Kepolisian Daerah Papua Irjen Pol Mathius Fakhiri di Jayapura, Papua, Rabu (29/3). Penyidik polisi sebelumnya meminta keterangan 68 saksi.
Fakhiri menjelaskan, saat ini pihak penyidik masih terus mendalami apakah ada tersangka lainnya atau tidak dalam kasus pembunuhan terhadap dr Mawar, dokter spesialis paru satu-satunya di Papua Tengah yang bertugas di RSUD Nabire. Penyidik juga sudah menemukan ponsel yang disembunyikan tersangka di salah satu ruang di RSUD Nabire.
Berdasarkan pengakuan Martawara, ibunda dr Mawar, terdapat sejumlah kejanggalan terkait ihwal kematian sang putri, seperti luka lebam, patah tulang di rusuk, dan pergelangan tangan. Pihak Polres Nabire kini tengah mendalami misteri kematian tragis tersebut.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Papua Kombes Pol Ignatius Benny Ady Prabowo, SH, SIK, M.Kom mengatakan, kasus kematian dr Mawar, dokter spesialis di RSUD Nabire dalam tahap penyelidikan Satuan Reserse dan Kriminal Polres Nabire.
Benny menyebut, Kapolres Nabire bersama tim masih melakukan penyelidikan secara profesional untuk mengungkap motif serta penyebab di balik meninggalnya dokter spesialis tersebut.
“Kami sudah melakukan pemeriksaan terhadap saksi. Selain itu hasil medis oleh pihak terkait masih kami tunggu sehingga dapat kita padukan dengan hasil penyelidikan tim Reskrim serta barang bukti yang kami temui di TKP,” ujar Benny kepada Odiyaiwuu.com di Jakarta, Kamis (16/3).
Menurut Benny, pihak kepolisian akan bekerja semaksimal mungkin sehingga kasus ini dapat cepat terungkap dan akan disampaikan kepada media. Hingga kini, lanjut Benny, masih belum bisa dipastikan penyebab meninggal dokter itu.
“Kepada warga untuk tetap bersabar sambil menunggu hasil penyelidikan oleh personel di lapangan. Jangan membangun opini yang dapat mengganggu situasi kantibmas khususnya di Nabire. Percayakan semuanya kepada pihak kepolisian untuk bekerja secara profesional mengungkap kasus ini,” kata Benny lebih lanjut.
Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Nabire AKP Akhmad Alfian, SIK, MH menambahkan, dari hasil visum yang dilakukan petugas medis ditemukan beberapa lebam di bagian tubuh jenazah yaitu di wajah, leher, dan di perut. Kondisi lemab itu merupakan hal yang tidak wajar.
“Temuan tersebut yang saat ini juga sedang kami dalami terus guna mengungkap apa penyebab kematian. Hal ini perlu karena sebelumnya almarhumah diketahui tidak mempunya rekam jejak penyakit,” ujar Benny.
Menurut Benny, hingga kini pihak dokter ahli forensik secara resmi belum ada namun diketahui ada tanda-tanda kekerasan yang dialami almarhumah dan untuk pelaku juga sedang diselidiki dari keterangan saksi yang diperiksa serta barang bukti yang ditemukan di TKP.
dr Mawar ditemukan meninggal dalam kondisi mulut berbusa di rumah dinasnya, Kompleks RSUD Nabire, Kamis (9/3) sekitar pukul 19.00 WIT. Belakangan, misteri kematian terkuak setelah Martawara, ibunda Mawar mengungkap sejumlah kejanggalan terkait kematian sang putri. Kejanggalan itu, seperti luka lebam dan patah tulang di rusuk dan pergelangan tangan.
“Ada banyak luka lebam di dada anak saya. Tulang rusuknya dan pergelangan tangannya patah. Berdasarkan foto-foto dan bukti dari kedokteran yang diberikan kepada kami. Kematian anak saya tidak wajar,” kata Martawara di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (14/3).
Martawara berharap agar aparat kepolisian mengungkap penyebab kematian dr Mawar, sang putri, tidak terjadi lagi jatuh korban tim medis secara misterius.
“Anak saya dokter yang ditugaskan melayani masyarakat di Nabire. Jadi polisi harus ungkap ini kasus, agar tidak ada lagi korban selanjutnya. Kalau kasus ini tidak diungkap, bisa-bisa tidak ada lagi dokter yang mau ke Nabire,” ujarnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin berjanji mengusut kematian dr Mawar. Pihaknya bahkan meminta bantuan Kapolri Jenderal Pol Drs Listyo Sigit Prabowo, M.Si dan Panglima TNI Laksamana TNI Yudo Margono untuk mengungkap kasus tersebut dan menjaga tenaga kesehatan di Papua.
“Kembali dari sini (Makassar), saya harus ketemu juga dengan Pak Kapolri dan Panglima TNI agar kesehatan masyarakat harus kita jalankan dengan adil dan merata. Selain itu, disertai jaminan keamanan yang baik bagi tenaga-tenaga kesehatan, dokter-dokternya,” kata Budi di Makassar, Senin (13/3).
Budi sudah mengantongi data sementara hasil autopsi dr Mawartih, tapi ia belum mau membeberkannya. “Sebagai ungkapan rasa duka yang sangat mendalam kami mengimbau kepada segenak anggota Ikatan Dokter Indonesia untuk mengenakan pita hitam di lengan kanan selama tiga hari, yang dimulai dari Senin, 13 Maret,” kata Sekjen Pengurus Besar IDI dr Ulul Albab, Sp.OG di Jakarta, Senin (13/3). (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)