TIMIKA, ODIYAIWUU.com – Kanisius Ero, seorang guru di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, meninggal dunia akibat speedboat yang ditumpangi bersama para penumpang lain terbalik di muara Aindua, Distrik Mimika Barat Jauh, Mimika, wilayah perairan laut Arafuru, Rabu (22/12) sekitar pukul 16.00 WIT. Selain guru Ero, speedboat itu juga membawa Pastor Driyan SCJ, Sr Reza, FCh, dan beberapa guru YPPK Mimika, motoris, dan seorang anak kecil.
“Informasi yang kami baca di media lokal di Papua dan Timika, speedboat berangkat dari Kokonao, Selasa (21/12) lalu menuju Tapormai untuk perayaan Natal sekalian pemberkatan Puskesmas Tapormai. Dari Tapormai, speedboat akan melanjutkan perjalanan ke Potowaiburu, distrik di perbatasan Mimika dan Fakfak di Papua Barat. Namun, ombak besar akhirnya motoris speedboat memutuskan mengarahkan speedboat ke muara kampung Aindua. Saat itu, speedboat dikabarkan karam,” ujar Petrus Tubun Blikololong, warga asal NTT saat dihubungi Odiyaiwuu,com di Timika, kota Kabupaten Mimika, Papua, Kamis (23/12).
Mengutip seputarpapua.com, Kamis (23/12), jenazah Kanisius Ero, guru asal Kabupaten Sikka, Pulau Flores, itu sudah dievakuasi dari Aindua ke Potowayburu. “Jenazah yang rombongan pastor itu sudah dievakuasi ke Potowayburu. Sudah dibawa ke puskesmas kemudian dibereskan dulu, dibersihkan dulu di sana, kemudian disemayamkan,” kata Kapolsek Mimika Barat Jauh, Iptu Sondy Eduard O. Tahapari.
Menurut Iptu Sondy, rombongan yang membawa jenazah almarhum Kanis Ero, Kamis (23/12) siang sudah bergeser ke bandara Potowayburu menunggu pesawat jemputan dari Timika. “Pesawat dari Timika sudah berangkat. Pesawat berangkat itu atas koordinasi kami dengan pak wakil bupati. Nanti tidak salah, jam 2 atau lebih sedikit pesawat sudah landing dengan membawa para korban yang kecelakaan itu ke Timika,” ujarnya.
Ia mengatakan, dalam kecelakaan speedboat di muara Aindua, terdapat satu orang penumpang yang merupakan guru meninggal dunia. Sementara penumpang lainnya termasuk motoris dalam keadaan selamat. Rombongan dalam speedboat tersebut dari Kampung Tapormai berencana menuju Potowayburu. Namun, saat melintas muara Kampung Aindua, speedboat mengalami kecelakaan.
Saat itu karena perairan sedang ombak, motoris mengambil keputusan untuk masuk ke muara kampung Aindua. Kemudian baling-baling mesin tersangkut di jaring nelayan dan mesin mati hingga akhirnya speedboat terbalik.
Sedangkan Petrus Tubun, yang pernah mengabdi sebagai Kepala SMP YPPK Kokonao delapan tahun, selama mengabdikan diri di Kokonao, transportasi sungai merupakan pilihan paling murah bagi para guru jika bepergian ke Timika untuk urusan kebutuhan anak-anak, urusan dinas atau untuk berbelanja kebutuhan harian selama tinggal dan mengabdi di Kokonao.
“Selama mengabdi sebagai kepala SMP YPPK Kokonao tahun 2009-2018, tantangannya sangat berat. Kalau mau naik speedboat, saya harus sewa mobil carteran sebsar Rp. 250 ribu dari Timika ke Pomako. Dari Pomako, baru naik speedboat ke Kokonao,” kata Petrus Tubun, lulusan Unika Widya Mandira Kupang, NTT.
Ia menambahkan, kalau tugas mendesak, pilihannya naik pesawat Susi Air dari Bandara Mozez Kilang ke Kokonao dengan biaya Rp. 400 sekali jalan dengan jarak tempuh sekitar 15 menit. Ini tantangan bagi kami para guru yang mengabdi di Mimika demi masa depan anak-anak kami terutama anak asli Papua. “Perhatian pemerintah pusat juga diperlukan agar Pemprov Papua maupun Pemkab Mimika terbantu mengurus pendidikan demi masa depan anak didik,” lanjut Tubun, guru asal Lembata, NTT, yang kini mengabdi di Timika. (Herman Dessa, Ansel Deri /Odiyaiwuu.com)