Oleh Yosua Noak Douw
Doktor Lulusan Universitas Cenderawasih
PEMERINTAH dan masyarakat Indonesia, Senin (4/12) merayakan Hari Noken Sedunia (Noken World Daya) atau ke-11 tahun 2023. Kemeriahan perayaan Hari Noken Sedunia nyaris tenggelam di tengah gempita kampanye calon presiden-calon wakil presiden bersama tim pemenangan yang menukik hingga daerah-daerah di pelosok tanah Air.
Suasana sedikit berbeda dialami pemerintah dan masyarakat di seluruh wilayah tanah Papua. Pemerintah dan masyarakat bumi Cenderawasih merayakan Hari Noken Sedunia ke-11 dengan penuh penghayatan, sebuah momentum peringatan ulang tahun global memuliakan Noken, tas rajutan atau ayaman khas masyarakat tanah Papua.
Sebagaimana diketahui, Noken ditetapkan masuk dalam daftar Intangible Cultural Heritage (Warisan Budaya Tak Benda) Badan Dunia Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) untuk Bidang Pendidikan, Keilmuan dan Kebudayaan atau The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (Unesco) di Paris, Prancis pada 4 Desember 2012.
Noken, warisan budaya khas tanah Papua, wilayah paling timur Indonesia, menambah daftar panjang kekayaan budaya Indonesia dalam Intangible Cultural Heritage yang diakui Unesco menyusul Wayang, Keris, Batik, Diklat Warisan Budaya Batik untuk Siswa Sekolah, Angklung, dan Saman, yang sudah mendahului melambungkan nama Indonesia di tingkat global.
Tak berlebihan, perayaan Hari Noken Sedunia ke-11 tahun 2023 layak dirayakan pemerintah dan masyarakat tanah Papua, ‘rumah besar’ di mana Noken lahir lalu dilestarikan dan dimuliakan warganya terutama kaum perempuan sebagai warisan budaya leluhur.
Apa yang menarik dicatat dan menjadi refleksi kolektif dari Noken dan Hari Noken Sedunia bagi pemerintah dan masyarakat, teristimewa pemilik sekaligus pewaris kekayaan khas budaya ini? Jawaban atas pertanyaan itu dapat dilihat dalam sejumlah aspek.
Warisan leluhur
Pengakuan Badan Dunia PBB Unesco terhadap Noken kemudian masuk dalam daftar sebagai Intangible Cultural Heritage bukan waktu pendek. Ia memakan waktu panjang dan terukur lewat kesetiaan dan kerja keras masyarakat tanah Papua tak hanya di kota-kota tetapi juga di kampung-kampung. Selain itu, ada aspek lain.
Pertama, praktik merajut atau menganyam Noken bermodal kekayaan sumber daya alam (SDA) melimpah di tanah Papua sudah berlangsung turun temurun. Pekerjaan merajut dan menganyam hingga mendapat produk khas bernama Noken merupakan bentuk tanggungjawab kepada para leluhur yang telah mewariskan kekayaan khas itu untuk dilanjutkan demi menjaga identitas komunal Papua tak hanya di tingkat lokal namun global.
Kedua, Noken adalah identitas kultural masyarakat tanah Papua. Tas tradisional khas Papua ini dibuat dari serat tumbuhan. Noken dianyam dengan tangan-tangan telaten, keterampilan, dan keahlian para perempuan lebih dari 250 suku di tanah Papua. Ia (Noken) memiliki bentuk sederhana dengan sentuhan artistik tinggi dan multi fungsi semisal menyimpan barang-barang atau hasil pertanian sepulang dari kebun.
Ketiga, Noken mengandung makna filosofis. Noken mencakup pula nilai-nilai komunitas, keberlanjutan, dan keterhubungan spiritual. Ia menjadi simbol kuat dari relasi yang dalam antara masyarakat Papua dengan komunitas dan alam serta keyakinan spiritual mereka. Bentuk dan motif Noken juga mengandung makna simbolis seperti keberuntungan, kesuburan atau perlindungan dari roh-roh leluhur.
Keempat, Noken juga menjadi simbol tentang pentingnya hidup berdampingan dengan alam dan tindakan kolektif dan kolaborasi komunitas. Sebagai simbol persatuan dan saling ketergantungan, Noken menawarkan pelajaran berharga pewarisnya yang semakin individualistik dan tercerai berai.
Noken juga menjadi simbol pengikat relasi komunikasi manusia dengan Tuhan yang telah menyediakan berkat berlimpah di atas tanah Papua. Bumi tempat manusia berdiam dengan aneka tumbuhan, hewan serta bentang alam yang sangat indah di setiap sisinya dihayati sebagai berkat Tuhan.
Kelima, Noken merupakan simbol relasi harmonis kehidupan manusia Papua dengan alam. Noken juga menjadi hadiah paling bernilai sekaligus simbol dan cermin persahabatan karena di sana cinta, solidaritas, dan rasa senasib dan sepenanggungan sebagai makluk ciptaan Tuhan lahir.
Peran perempuan
Sebagai warisan budaya khas Papua, cerita Noken tak pernah lepas dari perempuan Papua. Dalam kehidupan sosial budaya, upaya melestarikan Noken melibatkan dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Papua. Pembuatan Noken yang dilakukan perempuan Papua turun-temurun dan lestari hingga saat ini sebagai bagian budaya.
Tak berlebihan Noken digunakan perempuan untuk membawa hasil kebun atau barang dagangan. Noken di tangan perempuan mengabarkan juga geliat ekonomi berdenyut tanpa henti. Karena itu, noken bukan sekadar sebuah tas tradisional.
Lebih dari itu, Noken juga merupakan simbol kehidupan, kekayaan alam, peran perempuan, dan nilai-nilai kearifan lokal dalam masyarakat Papua. Kehadiran Noken dalam kehidupan sehari-hari masyarakat juga mencerminkan keberlanjutan budaya dan tradisi.
Noken mesti bergerak untuk dilestarikan dan dimuliakan sebagai warisan budaya leluhur. Sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia, Noken memiliki nilai yang sangat berharga yang harus dijaga dan dilestarikan untuk generasi mendatang.
Noken juga mengandung makna yang besar dalam budaya Papua karena menggambarkan nilai-nilai dan tradisi komunitas pribumi. Ini merupakan simbol persatuan dan kerjasama karena proses pembuatannya melibatkan usaha bersama dari beberapa orang dalam kerjasama harmonis untuk merajut serat-serat hingga menghasilkan tas tradisional tersebut.
Semangat kolaborasi ini tertanam dalam masyarakat Papua, di mana kegiatan kolaboratif dan mutalistik harus seiring-sejalan. Tugas pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan penting melalui sentuhan anggaran memadai. Membiarkan masyarakat Papua berjalan sendiri melestarikan Nonek sebagai warisan luhur tanpa dukungan program dan anggaran memadai hanya utopis.
Noken merupakan warisan terindah dalam khasanah budaya nasional dari timur Indonesia. Noken adalah simbol persatuan dan solodaritas. Noken bukan sekadar tas tradisional.
Ia (Noken) penanda heterogenitas budaya Indonesia sekaligus perekat solidaritas identitas yang wajib hukumnya dilestarikan dan diperhatikan pemerintah melalui sentuhan anggaran hingga para pengrajinnya di kampung-kampung. Selamat Hari Noken Sedunia ke-11 Tahun 2023.