Rasul Thomas dan Papua Youth Day - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan
OPINI  

Rasul Thomas dan Papua Youth Day

Mgr Bernardus Bofitwos Baru, OSA, Uskup Keuskupan Timika, Papua. Foto: Istimewa

Loading

Oleh Mgr Bernardus Bofitwos Baru, OSA

Uskup Keuskupan Timika, Papua

THOMAS adalah salah seorang anggota para Rasul Yesus. Masing-masing rasul tampil dengan keunikannya masing-masing. Santo Petrus menampilkan keunikannya sendiri. Seorang pribadi yang spontan, ceplas-ceplos mengungkapkan isi hatinya kepada Yesus, Sang Gurunya.

Sebagaimana bacaan hari Minggu kemarin, di mana ia dengan spontan menjawab pertanyaan Yesus, ‘menurut kamu siapakah Aku ini’ dengan jawaban, ‘Engkaulah Mesias Anak Allah yang Hidup’. Jawaban Santo Petrus ini membuat Yesus tercengang-cengang dan terpesona.

Demikian juga Yohanes, rasul yang dikasihi Yesus. Rasul Yohanes menampilkan kekhasannya sebagai pribadi yang bersama ibundanya Yesus menemani penganiayaan dan penyaliban Yesus. Demikian juga halnya dengan Rasul Yakobus yang berkarakter ambisius, mau menjadi orang besar dan terkenal.

Dan demikian juga rasul Thomas yang berkarakter tidak mudah percaya cerita orang lain. Rasul Thomas adalah tipe orang yang tidak mudah percaya tentang cerita orang lain. Ia percaya sesuatu ketika ia menyaksikannya secara langsung, dengan mata kepala sendiri.

Karena itu, rasul Thomas tidak mudah percaya tentang kebangkitan Tuhan Yesus karena cerita dari teman-temannya. Ia tidak percaya atau tidak yakin atas cerita mereka tentang kebangkitan Tuhan Yesus. Ia percaya kalau ia menyaksikannya secara langsung dengan mata kepala sendiri dan memegang serta meraba-Nya.

Jikalau ia tidak melihat secara langsung dengan mata kepalanya dan meraba-Nya, maka ia tidak percaya tentang kebangkitan Tuhan Yesus yang dikisahkan oleh teman-temannya.

Oleh karena itu, cerita Injil Yoh 20:24–29 hendak menampilkan karakter rasul Thomas yang tidak mau percaya cerita orang lain di satu sisi, dan di sisi yang lain menampilkan pernyataan atau penegasan Tuhan Yesus, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yoh 20: 29).

Maka figur rasul Thomas dapat mewakili mereka yang tidak cepat percaya kepada cerita dan omongan serta informasi dari orang lain. Dari segi positifnya, sikap orang yang tidak mudah percaya cerita, omongan, dan informasi dari orang lain atau media sosial adalah hal baik yang perlu ditirunya.

Pribadi orang tidak mudah percaya cerita, omongan dan informasi dari orang lain atau dari media sosial, dapat terhindar dari gosip-gosip murahan dan tidak jatuh kepada skenario provokasi, yang sengaja diciptakan untuk memancing konflik yang memecah-belah kesatuan masyarakat, gereja dan bangsa.

Orang yang berkarakter tidak mudah percaya cerita, omongan, informasi dari orang lain atau dari media sosial (medsos) dapat membantu masyarakat untuk menciptakan suasana tenang dan damai–harmoni.

Orang yang berkarakter tidak mudah percaya cerita, omongan, dan informasi dari orang lain atau media sosial dapat membantu meredakan isu-isu yang seringkali bermuara kepada konflik agama, etnis, politik, dan lain-lain.

Pribadi yang tidak mudah percaya kepada cerita, omongan, dan informasi dari orang lain atau media sosial adalah cerminan dari pribadi yang kritis dan selektif terhadap berbagai cerita dan informasi yang diterimanya.

Demikian pula tipe orang seperti ini adalah tipe orang yang mampu menjaga kerahasiaan suatu lembaga agar tidak mudah diketahui dan disebar luas dalam masyarakat.

Dengan demikian lawan tidak dengan mudah mengetahui rahasia-rahasia suatu lembaga atau keluarga. Karena ketika suatu rahasia dapat terbongkar, maka akan membawa konsekuensi negatif bagi kehidupan bersama.

Contoh, orang Maybrat percaya bahwa rahasia adat yang disebut boosnuk yang hanya diketahui oleh orang-orang inisiasi yang disebut wuon, bila diketahui oleh orang yang bukan orang wuon, maka akan membawa bencana kelaparan atau wabah penyakit yang mematikan.

Maka pribadi-pribadi yang mampu menjaga kerahasiaan suatu lembaga adalah pribadi–pribadi yang turut menciptakan suasana ketenangan, kedamaian, dan harmoni bagi hidup bersama.

Opposit atau lawan dari karakter orang yang tidak mudah percaya cerita atau informasi orang lain atau media sosial adalah pribadi yang dengan mudah percaya dan menerima cerita, omongan, dan informasi dari orang lain atau dari media sosial.

Pribadi yang dengan mudah percaya dan menerima cerita, omongan, dan informasi dari orang lain atau media sosial adalah pribadi yang tidak kritis, tidak analitis. Pribadi yang mudah menelan semua informasi mudah menelan semua informasi tanpa menyaringnya.

Akibat negatifnya adalah mudah tertipu dan terprovokasi. orang seperti ini pada umumnya dengan mudah menyebarkan kepada orang lain apa yang ia terima atau dengar dari orang lain secara mentah-mentah tanpa seleksi dan tidak mengkritisi informasi-informasi tersebut. Karena ini, berpotensi memicu suatu konflik.

Selain itu, Orang yang berkarakter mudah mempercayai cerita, omongan, dan informasi dari orang lain atau media sosial dengan mudah pula membuka rahasia suatu lembaga atau keluarga atau rahasia teman kepada orang lain.

Karena menurutnya ketika menceritakan kepada orang lain apa yang ia dengar membuat ia tenar. Karakter ini cenderung dimiliki oleh orang muda. Kaum muda lazimnya lebih suka menceritakan kepada teman-temannya apa yang ia dengar dari teman-temannya yang lain.

Sedangkan pernyataan Tuhan Yesus bahwa “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya” (Yoh 20: 29) menegaskan kepada kita bahwa iman kepercayaan atau yang disebut fides et credere bukan pertama-tama tergantung pada apa yang dilihat dengan mata kepala sendiri dan disentuh secara fisik.

Fides et credere terletak pada tatapan secara batiniah yang oleh Santo Augustinus menyebutnya interioritas versus ekterioritas. Fides adalah aspek personal subjektif yang melibatkan dimensi interioritas masing-masing orang, ketika mengalami pengalaman spiritual–rohani atau mistik atas kehadiran yang ilahi.

Sedangkan credere adalah aspek objektif yang berkaitan dengan perbuatan-perbuatan dan sikap-sikap hidup yang dilihat oleh orang lain, yang memperlihatkan dimensi eksterioritas.

Maka fides dapat diwujudnayatakan melalui credere yaitu pewudnyataan iman atau fides yang dilihat dan dialami oleh orang lain melalui perbuatan-perbuatan nyata.

Fides atau iman lahir pertama-tama karena mendengarkan melalui cara pengajaran atau katekese dan pidato-khotbah serta sharing pengalaman iman. Sedangkan credere adalah perwujudan atas iman tsb melalui tindakan nyata, perbuatan-perbuatan nyata, dan karya nyata.

Jadi kalian anak-anak muda pasti memiliki karakter yang beragam seperti para rasul. Anda sekalian memiliki masing-masing karakter positif yang yang harus dapat dikembangkan agar dapat membantu menumbuhkembangkan iman dan mematangkan perwujudan iman yang anda miliki, sehingga dapat menghasilkan karya-karya nyata yang dapat memajukan gereja, masyarakat, dan bangsa. Selamat Pesta Rasul Thomas.

*) Khotbah berdasarkan Teks Kitab Suci: Efesus 2:19–22 dan Injil Yoh 20: 24–29 saat Misa Pembukaan Papua Youth Daya di Nabire, Kamis, 3 Juli 2025

Tinggalkan Komentar Anda :