Oleh Sepi Wanimbo
Ketua DPD PPDI Provinsi Papua Pegunungan
BANGKIT dan berbicara melalui pena. Nyatakan kebenaran, kejujuran, dan keadilan di atas tanah Papua. Jangan kita tidur, santai atau biasa-biasa saja. Kita perlu bangkit menggelorakan nilai-nilai universal: kebenaran, kejujuran, keadilan, kesamaan, kesetaraan, dan kedamaian yang diajarkan Tuhan.
Kita nyatakan, tuangkan melalui pena kepada orang yang belum ditolong agar kita dapat menolong, mendidik mereka yang belum terdidik, membantu mereka yang belum atau perlu dibantu. Mencerdaskan mereka yang belum dicerdaskan dan melayani mereka yang belum dilayani dengan totalitas jiwa.
Berbicara adalah suatu aktivitas menyampaikan pesan ke orang lain menggunakan perangkat tubuh tertentu. Berbicara secara lisan jika pesan yang hendak disampaikan berupa lambang bunyi suara. Namun, berbicara juga bisa menggunakan perangkat tubuh yang lain semisal tangan, jika yang disampaikan berupa tulisan.
Berbicara, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), disebut juga berkata, bercakap atau berbahasa yang maknanya adalah melahirkan pendapat dengan perkataan, tulisan dan sebagainya. Menulis hakikatnya seperti berbicara. Kita perlu menyampaikan apa yang ada dalam pikiran dan hati kita kepada orang lain agar mereka memahaminya. Penyampaian pesan itu dalam bentuk tulisan.
Ketika kita bisa berbicara dengan lisan kita rasakan sangat mudah, maka demikian juga seharusnya dengan menulis. Hanya saja, perangkat tubuh yang digunakan berbeda. Berbicara dengan ucapan menggunakan lisan, sedangkan menulis menggunakan tangan. Jika kita merasa kesulitan berbicara melalui tulisan, itu hanyalah karena kita tidak terbiasa melakukannya.
Karena tingkat kemudahan menggunakan kedua perangkat tersebut sama peluangnya, maka mari kita setarakan. Mari kita memulai melatih keterampilan diri untuk menulis. Jika kita sudah terampil, maka menulis itu sama menyenangkan dengan bertutur. Bahkan menulis itu memiliki kelebihan, yaitu sekali ditulis tidak akan hilang (kecuali) jika dihapus. Isi tulisan bisa dibaca oleh orang banyak dalam durasi waktu panjang.
Ucapan akan segera hilang dan dilupakan setelah diucapkan. Apalagi jika pembicaraannya panjang, hanya sedikit yang mampu ditangkap oleh lawan bicaranya atau audiens. Namun demikian, ucapan juga memiliki kelebihan, yaitu kesertaan ekspresi yang mencerminkan perasaan pembicara. Sedangkan pada tulisan, perasaan penulis mewujud dalam rangkaian kata yang membentuk kalimat hingga alinea atau paragraf.
Pesan dan misi tertentu yang dikandung dalam ucapan, misalnya ceramah, jangkauan dan jumlah sasarannya terbatas. Sedangkan tulisan, jangkau dan jumlah audiens atau pembaca tak terbatas, baik lingkup wilayah maupun jangka waktunya. Apalagi jika tulisan itu dituangkan di dunia maya, maka akan dibaca pembaca di seluruh dunia kapan pun dan di mana pun.
Nilai manfaat dari isi tulisan itu akan menginspirasi banyak orang. Jika itu dinilai dari sisi ibadah, bersekutu dengan Tuhan, dan aktivitas lainnya akan terus mengalir selama tulisan itu masih ada dan dibaca orang. Inilah salah satu faktor yang membuat penulis ‘panjang umurnya’ kendati tubuhnya sudah tidak lagi hidup di bumi ini.
Bayangkan, jika yang ditulisnya adalah hal-hal yang positif dan bermanfaat. Apalagi jika tulisannya terus bertambah setiap hari akan menambah khazanah ilmu pengetahuan di bawah kolong langit. Maka manfaat bagi penulis juga akan terus menumpuk, berlipat ganda setiap waktu. Spektakuler, bukan?
Saat ini di tanah Papua, banyak masalah atau persoalan di depan mata kita semua. Sayangnya, saat ini generasi muda tanah Papua tidak bangkit berbicara melalui pena. Ujungnya, di dunia lain belum banyak orang tahu dan memahami isi Papua sesungguhnya. Karena itu, ayolah bangkit mengangkat pena dari tempat di mana Anda sekalian berada, entah di kota hingga pelosok kampung di kaki gunung maupun bukit.
Dengar karya tulis yang mengulas tentang bahasa, budaya atau sejarah generasi akan dapat selamat dan akan berdiri kokoh di atas negerinya sendiri tetapi juga orang lain akan mengetahui Papua. Yang sesungguhnya hanya melalui pena.
Menulis itu tidak membuat orang sakit. Menulis itu tidak membuat orang marah dan tidak membuat orang stres. Menulis itu mencerahkan, mencerdaskan, mendidik, menolong, dan menjangkau yang belum dijangkau, membantu yang belum dibantu untuk dapat diselamatkan.
Pintar berbicara dimana-mana tetapi tanpa tulisan akan mati sia-sia. Sebaliknya, pintar menulis dan berbicara dimana-mana nama dan karyamu akan tercatat di hati generasi ke generasi sepanjang hayat dikandung badan. Selamat membaca sahabat-sahabatku. Selamat memulai berbicara melalui pena. Tuhan Yesus Kristus memberkati kita semua.