Puasa Ramadhan Dalam Damai - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan

Puasa Ramadhan Dalam Damai

Puasa Ramadhan Dalam Damai. Gambar Ilustrasi: Istimewa

Loading

HARI ini, 1 Maret 2025, umat Islam di seluruh dunia memulai ibadah puasa Ramadhan. Bulan suci ini adalah momentum spiritual yang mengajarkan kesabaran, ketakwaan, dan empati terhadap sesama. Di Indonesia, dengan keberagaman yang menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas bangsa, menjalankan ibadah puasa semestinya menjadi ajang refleksi diri, bukan ajang penegakan aturan dengan cara yang meresahkan masyarakat.

Namun, kita masih sering menyaksikan fenomena di mana sejumlah kelompok ormas Islam melakukan razia terhadap rumah makan atau warung yang tetap buka di siang hari. Tindakan seperti ini kerap menimbulkan keresahan, bahkan berujung pada tindakan anarkis yang tidak hanya bertentangan dengan hukum, tetapi juga mencederai semangat Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin.

Perlu kita sadari bahwa puasa adalah kewajiban individu yang bersifat pribadi. Setiap Muslim diperintahkan untuk menahan diri dari makan, minum, dan segala hal yang membatalkan puasa—bukan untuk memaksa orang lain agar menghormati puasanya dengan cara yang mengintimidasi. Tidak ada dalil dalam Islam yang membenarkan tindakan main hakim sendiri atas nama agama. Bahkan, Rasulullah SAW mengajarkan untuk mengedepankan akhlak yang baik dalam menyebarkan nilai-nilai Islam.

Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi kebhinekaan memiliki aturan hukum yang jelas dalam menjamin kebebasan beragama dan berusaha. Warung makan yang tetap beroperasi di siang hari selama Ramadhan tidak melanggar hukum, karena negara kita bukan negara yang memberlakukan hukum Islam secara formal bagi seluruh warga negara. Apalagi, tidak semua orang yang tidak berpuasa adalah orang yang tidak menghormati Ramadhan. Ada mereka yang beragama lain, ada yang sakit, musafir, ibu hamil, atau kelompok lain yang mendapatkan keringanan dalam berpuasa.

Sebagai Muslim yang baik, seharusnya kita lebih berfokus pada peningkatan kualitas ibadah dan akhlak, daripada mencari-cari kesalahan orang lain. Puasa tidak hanya menahan lapar dan haus, tetapi juga mengendalikan emosi, amarah, dan perilaku yang dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain. Justru, Ramadhan adalah waktu yang tepat untuk menebarkan kebaikan, bukan menebar ketakutan.

Selain itu, semangat Ramadhan juga harus diisi dengan aktivitas yang positif dan bermanfaat bagi masyarakat. Alih-alih melakukan tindakan yang meresahkan, mengapa tidak mengarahkan energi tersebut ke dalam kegiatan sosial? Misalnya, berbagi makanan untuk kaum dhuafa, mengadakan pengajian yang menyejukkan, atau menggalang dana untuk membantu mereka yang membutuhkan. Islam mengajarkan bahwa pahala kebaikan berlipat ganda di bulan Ramadhan, dan ini adalah kesempatan emas untuk meningkatkan amal.

Di sisi lain, pemerintah dan aparat keamanan perlu mengambil sikap tegas terhadap tindakan razia ilegal yang dilakukan oleh kelompok tertentu. Ketertiban umum harus tetap dijaga, dan hukum harus ditegakkan agar tidak terjadi tindakan sewenang-wenang yang melanggar hak individu maupun kelompok lain. Ramadhan adalah bulan kedamaian, bukan bulan ketakutan.

Lebih jauh, penting bagi tokoh agama dan pemuka masyarakat untuk memberikan pemahaman yang benar tentang esensi puasa. Puasa adalah tentang menahan diri, termasuk menahan diri dari keinginan untuk memaksakan kehendak kepada orang lain. Dengan pemahaman yang baik, umat Islam dapat menjalankan ibadahnya dengan tenang tanpa harus mengusik kehidupan orang lain.

Kepada seluruh umat Islam di Indonesia, mari kita jalani ibadah puasa dengan penuh kedamaian dan keikhlasan. Biarlah nilai-nilai Islam bersinar melalui keteladanan, bukan melalui paksaan. Karena sejatinya, Islam mengajarkan kelembutan dan kasih sayang, bukan kekerasan dan pemaksaan. Puasalah dalam damai, bukan dalam kemarahan. (Yakobus Dumupa/Editor)

Tinggalkan Komentar Anda :