Presiden GIDI Dorman Wandikbo Apresiasi Pattyona dan Tim Hukum Mendiang Gubernur Enembe - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan

Presiden GIDI Dorman Wandikbo Apresiasi Pattyona dan Tim Hukum Mendiang Gubernur Enembe

Presiden Gereja Injil di Indonesia (GIDI) Pendeta Dorman Wandikbo, S.Th (kanan) dan Petrus Bala Pattyona, SH, MH, anggota THAGP Lukas Enembe (kiri). Foto: Istimewa

Loading

MUARA TAMI, ODIYAIWUU.com — Presiden Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Pendeta Dorman Wandikbo, S.Th menyampaikan apresiasi, penghargaan kepada para advokat dan pengacara Gubernur Papua periode 2013-2018 dan 2018-2023 Lukas Enembe, SIP, MH.

Menurut Dorman, para pengacara yang tergabung dalam Tim Hukum dan Advokasi Gubernur Papua (THAGP) sudah bekerja maksimal memberikan advokasi dan bantuan hukum sejak penangkapan, proses persidangan, putusan hingga mantan orang nomor satu Papua dua periode tersebut meninggal di RSPAD Gatot Subroto Jakarta, Selasa (26/12) pukul 11.00 WIB.

“Bangsa ini yang salah bilang salah, yang benar bilang benar kita semua sudah tahu. Kami, masyarakat Papua dari hati paling dalam menghargai kerja keras bapa Petrus (Petrus Bala Pattyona) dan tim,” ujar Dorman dalam sambutannya saat prosesi pemakaman mendiang Lukas Enembe di kediaman pribadinya, di Koya Tengah, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura, Papua, Jumat (29/12).

Sebanyak lima anggota THAGP Lukas Enembe masing-masing Petrus Bala Pattyona, Cosmas Refra, Antonius Eko Nugroho, dan Nuruf Fajri masuk rombongan Yulce Wenda, isteri Almarhum Lukas Enembe, tiga anaknya: Astract Bona TM Enembe, Eldorado Gamael Enumbi, dan Dario Alvin Nells Isak Enembe serta adik almarhum, Elius Enembe dan para kerabat ikut mengantar jenazah dari Jakarta ke Jayapura, Rabu (28/12) dini hari.

Menurut Wandikbo, pihaknya bangga kepada tim hukum Enembe karena telah membantu urusan hukum yang dialami Lukas Enembe, pemimpin yang dipandang sebagai tokoh peradaban Papua.

Dorman juga menambahkan, bila ada kasus hukum yang menimpa atau dialami orang Papua, ia pasti akan datang kepada advokat dan pengacara Bala Pattyona dan tim hukum yang sukses menangani kasus Lukas Enembe untuk membantu mereka.

“Ade-ade dari Papua yang selalu bersama Pak Lukas Enembe semasih hidup sering mendengar ucapan Lukas ke Pak Petrus. Dia (Lukas Enembe) bilang begini, ko orang Papua, tinggal di Papua, sa kasih ko tanah. Ini pengakuan jujur,” ujar Dorman di hadapan ribuan pelayat yang memadati kediaman pribadi Almarhum sesaat sebelum prosesi pemakaman.

Menurut Bala Pattyona, Lukas Enembe adalah tipikal gubernur dan pemimpin yang bekerja dengan hati membangun masyarakat dan provinsi yang dipimpinnya selama dua periode lepas dan plus-minusnya. Enembe juga bukan pemimpin bertangan dingin sejak menjadi ASN lalu dipercaya menjadi wakil bupati dan bupati sebelum akhirnya mendapat mandat mayoritas masyarakat Papua menjadi gubernur dua periode.

“Beliau itu orangnya humoris, celetukan dan selalu mengundang tawa. Orangnya tulus bekerja dan tak macam-macam. Suatu waktu saya antar beliau ke kamar mandi pengadilan sesaat break. Di kamar saya buka ikat pinggangnya. Sesudah kencing mau pasang Kembali ikat pinggang itu tetapi selalu melorot karena pakai lubang, bukan rel. Lalu ikat pinggang saya, saya copot kasi beliau. Kemudian, ikat pinggangnya dikasi saya. ‘Ini buat ko. Ikat pinggangnya emas kepala macan’. Kami dua ketawa ngakak,” ujar Bala Pattyona mengenang sosok Enembe.

Sedangkan saat prosesi pemakaman, Bala Pattyona mengaku nerasa terharu karena dari ribuan pelayat ia bertemu Carolus Boli, kolega dan sahabat baik Almahrum Enembe semasa kuliah di Manado, Sulawesi Utara. Boli adalah salah seorang sahabat Almarhum yang sangat setia sejak Enembe dirawat dan menjalani proses persidangan hingga prosesi pemakaman.

“Beberapa kali saya bertemu Pak Boli. Saya juga kurang begitu kenal tetapi saat prosesi pemakaman saya juga masih ketemu Pak Boli. Beliau ternyata dari Pulau Adonara, Flores Timur. Beliau sangat setia bersama Pak Lukas hingga pemakaman. Sungguh sebuah pelajaran berharga bahwa sahabat sejati tak akan meninggalkan temannya di semua situasi,” kata Bala Pattyona, praktisi hukum kelahiran kampung Kluang, Desa Belabaja (Boto), Nagawutun, Lembata, NTT.

Jenazah Enembe tiba di Bandara Sentani, Jayapura dan disambut ribuan orang, Kamis (28/12) pagi. Massa kemudian mengarak jenazah dengan berjalan kaki menuju Stakin Sentani. Jenazah kemudian dipikul ke kediaman pribadinya, di Koya Tengah, Distrik Muara Tami, Kota Jayapura.

Enembe lahir di Tolikara, Papua, 27 Juli 1967. Enembe menjabat Gubernur Papua dua periode, 2013-2018 dan 2018-2023. Enembe mengenyam pendidikan di SD YPPGI Mamit tahun 1983. Ia kemudian masuk SMPN 1 Jayapura dan lulus SMAN 3 Sentani tahun 1986.

Enembe kemudian masuk Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (Fisip) Universitas Sam Ratulangi Manado dan lulus tahun 1995. Tahun 2001 Enembe belajar di The Christian Leadership & Secound Leanguestic, Cornerstone College, Australia.

Sepulang dari negeri Kanguru, ia mengawali karier sebagai CPNS hingga PNS di Kantor Sospol Kabupaten Merauke. Tahun 2001, ia terpilih menjadi Wakil Bupati Kabupaten Puncak Jaya, mendampingi Eliezer Renmaur. Kariernya menanjak setelah terpilih menjadi Bupati Puncak Jaya dalam usia 40 tahun.

Pada tahun 2013, Enembe maju menjadi calon Gubernur Papua berpasangan dengan Klemen Tinal dan rakyat memilih pasangan ini memimpin Papua periode 2013-2018. Pasangan ini kembali terpilih mempimpin Papua periode kedua setelah mendulang 1.939.539 suara atau 67,54 persen periode 2018-2023.

Enembe juga tercatat sebagai kader senior Demokrat Papua yang memimpin partai itu periode 2006-2011, 2012-2017, dan 2017-2022. Lalu pada periode 2022-2027, ia kembali terpilih pada periode keempat memimpin Partai Demokrat Provinsi Papua. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)

Tinggalkan Komentar Anda :