Isu Penggunaan Mortir dari Serbia di Papua Seharusnya Case Closed - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan

Isu Penggunaan Mortir dari Serbia di Papua Seharusnya Case Closed

Boni Hargens

Loading

JAKARTA, ODIYAIWUU.com — Analis politik Boni Hargens menilai, isu atau tuduhan Badan Intelijen Negara (BIN) menggunakan mortir dari Serbia di Papua seharusnya dihentikan atau kasusnya ditutup, case closed. Langkah tersebut perlu diambil mengingat BIN sudah tegas membantah isu atau tuduhan tersebut.

“Pernyataan Pak Edmil selaku Deputi terkait di BIN sudah jelas dan kita harus apresiasi. Bahwa memang tidak ada penggunaan senjata macam itu oleh BIN. Artinya, ya, case closed,” ujar Boni Hargens kepada wartawan di Jakarta Minggu (19/6).

Sebelumnya, Deputi II BIN Bidangi Keamanan Dalam Negeri Mayjen Edmil Nurjamil telah menyatakan bahwa tuduhan penggunaan mortir tersebut hanya berita palsu. BIN, kata Edmil, samasekali tidak memiliki senjata yang dimaksud. “Enggak, enggak ada. Iya kita enggak punya itu. Itu punya TNI,” kata Edmil kepada wartawan di Jakarta Kamis (16/6).

Isu penggunaan mortir dari Serbia oleh BIN ini berdasar laporan Conflict Armament Research (CAR), kelompok pemantau senjata berbasis di London. Isi laporan CAR itu menyebut BIN membeli sekitar 2.500 mortir dari Serbia untuk operasi di Papua pada 2021 lalu.

Boni menilai, jika ada pihak yang masih menggunakan isu atau tuduhan tersebut, maka tujuannya jelas yakni merusak stabilitas bangsa. “Kalau masih ada yang menyebarkan fitnah macam ini, jelas mereka bertujuan merusak stabilitas bangsa dan ingin merongrong negeri ini dari dalam,” tegas Boni, doktor lulusan terbaik dari Walden University, Minneapolis, Amerika Serikat.

Apalagi, kata Boni, penyebaran hoaks di tengah situasi politik yang mulai kurang stabil jelang Pemilu Serentak 2024. Bahkan terkesan isu dan tuduhan ke BIN sengaja dihembuskan untuk memperkeruh suasana.

“Para pelaku tahu situasi politik lagi kurang stabil karena partai-partai pemerintah sebagian sibuk berkampanye untuk 2024 dan hanya sebagian yang masih konsisten membantu presiden. Isu macam ini jelas untuk menciptakan destabilisasi politik,” jelas Boni.

Sementara Pengamat Intelijen dan Keamanan Stanislaus Riyanta mengaku isu penggunaan senjata pemusnah massal di Papua bukan hal yang mengejutkan karena menyebarkan hoaks juga bagian dari strategi perjuangan kaum separatis di mana pun di dunia.

“Ada yang namanya active measures. Itu suatu strategi perang politik yang dalam sejarahnya dulu digunakan Uni Soviet pada decade 1920-an. Kelompok separatis di dunia sering menerapkan strategi ini. Ada skenario disinformasi, propaganda, desepsi, sabotase, dan sebagainya. Saya melihat ini juga dipakai banyak orang untuk mendukung Papua merdeka,” jelas Stanislaus.

Stanislaus mengatakan pendukung separatis sudah terbiasa menyebarkan propaganda dan hoaks untuk menyudutkan otoritas negara dan mencari dukungan dunia internasional. “Karena memang begitulah caranya mereka berjuang,” kata Stanislaus. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)

Tinggalkan Komentar Anda :