SENTANI, ODIYAIWUU.com — Sepotong wajah buram praktik pendidikan di Necheibe, Distrik Ravenirara, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua, masih disaksikan dengan terang-benderang. Nestapa seolah masih setia membelit dunia pendidikan di kampung adat di wilayah Kabupaten Jayapura.
“Ada bangunan sekolah dasar di kampung kami. Fasilitas sekolah sudah lengkap, namun kendalanya saat ini tenaga pengajar, guru belum aman,” ujar Kepala Kampung Necheibe Gustaf Rudolof Toto di Necheibe, Ravenirara, Kabupaten Jayapura melalui keterangan yang diterima Odiyaiwuu.com di Jakarta, Senin (15/5).
Menurut Rudolof, hampir semua guru yang ditugaskan mengajar di SD di Necheibe, tidak ada yang betah tinggal di kampung ini. Para guru hanya datang lalu tinggal beberapa hari. Setelah itu mereka pergi ke kota atau mungkin kembali ke kampung atau daerah masing-masing.
Rudolof menjelaskan, tak hanya tenaga guru SD yang menjadi kebutuhan warga tetapi juga akses telekomunikasi. Padahal, dua aspek tersebut menjadi kebutuhan pemerintah dan masyarakat Necheibe.
“Kampung adat ini memiliki 312 jiwa dari 74 kepala keluarga, KK. Dari jumlah ini tidak seluruhnya tinggal di Necheibe. Ada yang pergi bekerja di kota tapi tetap dari data kependudukan mereka tercatat sebagai warga Necheibe,” lanjut Rudolof.
Menurut Rudolfo, dalam 5 tahun terakhir kondisi sekolah dibiarkan tanpa aktivitas belajar-mengajar. Selaku kepala kampung, ia sering bertanya mengapa tenaga pengajar yang datang atau ditugaskan di Necheibe selalu tidak betah. Pertanyaan lain yang sering muncul yaitu apakah ketidakhadiran guru di Necheibe karena akses komunikasi yang sulit untuk berkomunikasi dengan keluarganya.
“Tingkat kehadiran guru di tempat sangat rendah. Padahal, saat ini ada sekitar 30-40 siswa. Saat ini anak-anak hanya diasuh para guru honorer. Dengan kondisi sekolah seperti itu, banyak dari orangtua siswa memindahkan anak-anaknya pergi ke daerah atau kota terdekat agar bisa mengikuti pelajaran,” ujar Rudolfo.
Sedangkan terkait infrastruktur telekomunikasi di Necheibe, Rudolfo mengatakan, pada Desember 2022 sudah dibangun satu tower jaringan Indosat. Fasilitas telekomunikasi ini, ujarnya, sangat membatu warga masyarakat dan sekolah dasar di Necheibe.
“Setelah dibangun dan diaktifkan oleh provider Indosat sempat digunakan masyarakat tetapi hanya bertahan 2 bulan. Setelah itu mengalami kendala seperti jaringan sering hilang tidak menentu, lalu mati total hingga saat ini,” katanya.
Akibatnya, selain tak bisa berkomunikasi atau mengakses internet, warga juga kesulitan membeli pulsa di konter penjualan dari jaringan Indosat. Pihaknya berharap kepada Pemerintah Distrik Ravenirara, Dinas Pendidikan, dan Dinas Kominfo Kabupaten Jayapura agar membantu mengatasi persoalan-persoalan di atas.
“Guru dan akses telekomunikasi sangat dibutuhkan masyarakat, guru, dan para pedagang pulsa di kampung Necheibe,” kata Rudolfo. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)