Nabire Pecahkan Rekor Kasus HIV/AIDS Tertinggi di Indonesia, Generasi Muda Dalam Ancaman - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan

Nabire Pecahkan Rekor Kasus HIV/AIDS Tertinggi di Indonesia, Generasi Muda Dalam Ancaman

Peserta diskusi bertajuk Pengenalan dan Pencegahan Penyakit Menular Seksual di Kalangan Remaja di Nabire yang diselenggarakan Yayasan Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat (Yapkema) di Aula Kantor Distrik Teluk Kimi,  Kabupaten Nabire, Papua Tengah, Jumat (21/2). Foto: Istimewa

Loading

NABIRE, ODIYAIWUU.com — Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh. sedangkan Acquired Immuno-Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kondisi di mana sistem kekebalan tubuh sangat lemah akibat infeksi HIV. Penyebaran kasus HIV/AIDS kini melanda Nabire, Papua Tengah dan memecahkan rekor tertinggi di Indonesia.

Manager Program Kepemudaan Yayasan Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat (Yapkema) Mis Murib mengatakan, rekor penyebaran HIV/AIDS itu terjadi mengingat Nabire adalah pusat pertemuan masyarakat dari berbagai daerah di tanah Papua, termasuk warga nusantara. Nabire menjadi semacam kota pusat pergaulan dan perlintasan budaya.

“Kabupaten Nabire menempati posisi teratas penyebaran HIV/AIDS di seluruh Indonesia. Masa depan generasi Papua terancam,” ujar Murib dalam diskusi bertajuk Pengenalan dan Pencegahan Penyakit Menular Seksual di Kalangan Remaja di Nabire di Aula Kantor Distrik Teluk Kimi, Kabupaten Nabire, Papua Tengah, Jumat (21/2).

Dalam penjelasannya di hadapan peserta yang merupakan perwakilan pelajar dari lima SMA dan SMK di wilayah timur Nabire, Murib juga menyoroti problem penyebaran penyakit menular seksual yang melanda Nabire. Termasuk fenomena kehamilan dini dan tak direncanakan serta masalah kesehatan reproduksi remaja di kalangan generasi muda putra-putri asli tanah Papua di kota Nabire.

“Melalui diskusi ini Yapkema ingin ambil bagian, sekecil apapun untuk menyelamatkan masa depan generasi muda Papua dari penyakit dan pergaulan bebas yang berujung pada kualitas hidup generasi muda,” kata Murib. 

Selain itu, melalui diskusi dan sharing bersama pihaknya terus mendorong agar generasi muda tanah Papua, khususnya di Nabire dan Papua Tengah memiliki informasi memadai untuk melindungi dirinya, keluarga, teman-temannya untuk masa depannya sendiri. Generasi muda juga merupakan bagian elemen sosial strategis menyebarluaskan informasi tentang penyakit menular seksual dan upaya mencegahnya. 

Diskusi perdana Bidang Kepemudaan Yapkema tersebut kini difokuskan pada persoalan HIV/AIDS, fenomena kehamilan dini dan tak direncanakan serta kesehatan reproduksi remaja di kalangan generasi muda. Selama 25 tahun terakhir, lokus kegiatan menyentuh aneka program pendampingan ekonomi petani, kesehatan keluarga, dan pendidikan anak di Kabupaten Paniai, Dogiyai, dan Deiyai. 

“Kabupaten Nabire, yang juga merupakan ibu kota Provinsi Papua Tengah saat ini menjadi sasaran perluasan aktivitas penjangkauan yayasan. Generasi muda di Papua dari delapan kabupaten kerap singgah, tinggal, bersekolah, dan melakukan aktivitas di Nabire,” ujar Murib. 

Murib menjelaskan, diskusi juga akan dilanjutkan di wilayah barat dan kota Nabire dengan melibatkan peserta kalangan pelajar dari SMA serta SMK, mahasiswa, dan berbagai komunitas muda. 

“Dalam tiga tahun kami akan gelar aneka kegiatan yang melibatkan anak-anak muda. Kami akan bicarakan bersama isu-isu seputar kesehatan reproduksi, penyakit menular seksual dan literasi digital bagaimana hidup sehat pergaulan,” kata Murib. 

Penyuluh HIV/AIDS dr Ferina Steffi Aronggear dalam diskusi ini menekankan beberapa alasan pentingnya membahas persoalan penyakit menular seksual di kalangan remaja di Nabire. 

Salah satunya, angka HIV/AIDS sebagai salah bentuk penyakit menular seksual tertinggi di Nabire. Selain itu, perempuan lebih banyak terkena infeksi menular seksual (IMS) namun tidak diketahui atau tidak ada gejalanya. 

“Remaja pelajar menjadi sasaran penting untuk mendapatkan informasi karena hal-hal ini tidak diperoleh di sekolah tetapi harus dicari sendiri,” ujar dr Steffi, Anggota Tim Dokter Klinik Santo Rafael Bukit Meriam Nabire 

Remaja adalah usia peralihan dengan rasa ingin tahu (curiosity) yang tinggi. Karena itu, dalam diskusi tersebut ia mengajak generasi muda memanfaatkan rasa ingin tahu itu untuk mendapatkan informasi yang benar untuk pergaulan yang sehat dan berkualitas.

dr Steffi juga mengajak para remaja tidak malu berbicara dan bertanya pada dokter terkait hal-hal yang ia rasakan atau alami di seputar alat kelaminnya. Karena jika dideteksi lebih awal pengobatannya pun bisa lebih cepat. 

Dalam kesempatan itu ia mengungkapkan, ada berbagai macam penyakit menular seksual. Misalnya, radang saluran kencing, kencing nanah (gonorrhea), jamur pada alat kelamin perempuan, sipilis dan HIV. 

“Penyakit-penyakit ini menular lewat aktivitas seks genital (alat kelamin) dan anal (anus) dengan cara gonta ganti pasangan seks yang tidak aman. Medium penularan HIV adalah darah, cairan sperma dan vagina serta air susu ibu,” ujar dr Steffi.

Mantan Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nabire Paula S Pakage mengatakan, saat ini di Kabupaten Nabire terdapat 12 layanan Puskesmas dan 1 klinik untuk penanganan infeksi menular seksual (IMS). Karena itu, ia mengatakan sangat penting untuk diketahui terlebih dahulu dimana itu puskesmas. 

“Maksudnya, kalau ada yang sakit tidak perlu ke klinik berbayar mahal. Puskesmas itu lebih terjangkau bahkan tak berbayar. Hanya klinik Santo Rafael di Bukit Meriam Nabire yang juga ramah akses terhadap pasien IMS,” ujar Pakage.

Pakage menceritakan, prosedur pelayanan pemeriksaan agar para remaja tidak canggung untuk datang dan berkonsultasi. “Tes atau tidak para dokter tidak akan paksa tetapi konsultasi menjadi hal yang lebih penting,” ujar Pakage. 

Perempuan asli tanah Papua yang sudah puluhan mendedikasikan tenaga menjadi relawan dalam penanganan isu AIDS ini menghimbau para remaja menggunakan gawai untuk mencari informasi yang berguna, membekali diri dengan pengetahuan sejak dini agar dapat membangun sistem pertahanan diri yang tepat. 

“Maling bisa masuk mencuri jika pagarnya tidak digembok atau dikunci dengan baik. Sama halnya dengan penyakit HIV/AIDS, masuk menyerang kita kalau kita tidak dibekali dengan pengetahuan tentang penyakit tersebut. Termasuk penyebab, penyebaran, dan gejala-gejalanya setelah terinfeksi,” kata Pakage. 

Selama diskusi puluhan peserta yang hadir seperti SMA YPBI Sion, SMKN 4, SMK N 3 Lagari, SMK Bakidi Yasebaper, dan SMAN 6 Lagari aktif mengajukan pertanyaan. Mulai dari medium penularan HIV, cara mencegah agar tidak tertular serta istilah-istilah yang disajikan pemateri selama diskusi berlangsung. 

Diskusi diawali dengan sambutan Program Manager Ekonomi Yapkema Marsel Pigai dan Sekretaris Distrik Teluk Kimi Daud Sawaki dengan doa pembukaan dipimpin Direktur Klink Santo Rafael Nabire Suster Kristin. 

“Kami sangat mendukung diskusi seperti ini untuk terus dilakukan termasuk di kalangan masyarakat umum di kampung-kampung. Kami menghimbau para remaja menggunakan kesempatan ini untuk mengedukasi diri dan menjadi pemancar informasi kepada teman-temannya,” kata kader Sirkumsisi Medis Sukarela (SMS) Nabire Daud Sawaki.

Diskusi yang dimulai pukul 10.30 berakhir sekitar pukul 15.00 WIT. Para pelajar berharap diskusi dengan topik seputar masalah reproduksi dan seksual semakin banyak dilakukan di kalangan remaja usia sekolah. Hal itu penting mengingat pengetahuan adalah gerbang mengendalikan dan melindungi diri. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)

Tinggalkan Komentar Anda :