Oleh Daniel W Gobai, Pr
Imam Keuskupan Manokwari-Sorong
CATATAN singkat ini sekadar mengingat secuil kisah dan pengalaman penulis bersama Pastor Anton Bartolomeus Maria Tromp, OSA (Pastor Anton Tromp). Penulis hidup bersama Pastor Tromp hampir lima tahun lebih di Seminari Menengah Petrus van Diepen, Sorong.
Catatan ini sederhana, singkat. Ada kekhawatiran dalam hati penulis mereduksi segala hidup dan karyanya yang terkenal luas dan luar biasa di seantero tanah Papua umumnya dan khususnya di vogelkoop, kepala burung Bumi Cenderawasih.
Untuk itu, penulis mencoba mengingat kembali dalam suasana duka mendalam mengingat Almarhum adalah orang yang sangat berjasa bagi sejarah panggilan imamat. Penulis bisa menjadi imam alumni Seminari Petrus van Diepen, juga karena campur tangan Pastor Tromp.
Pengorbanan paripurna
Barangkali banyak orang di luar Papua, khususnya mareka yang belum pernah bertemu muncul pertanyaan, apa saja jasa dan pengorbanan Pastor Tromp? Bagi orang di Papua dan orang asli Papua terkhusus umat Tuhan yang tersebar di wilayah kepala burung Pastor Tromp adalah segalanya. Ia bukan sekadar imam atau pendidik melainkan orangtua lintas generasi dengan pengorbanan paripurna.
Pastor Tromp rela meninggalkan negeri Belanda dengan gemerlap kemajuan di seluruh sudut kota. Bahkan, ia rela pula meninggalkan orangtuanya, saudara/inya. Juga rela berpisah dengan rekan-rekannya, gurunya, sahabat serta teman-teman bermain masa kecilnya.
Ia rela dan berani berkorban. Berani untuk memulai hidup yang sama sekali baru baginya. Dia mau pergi ke negeri lain. Negeri yang kemudian, ia jadikan tanah air kedua, selama setengah abad lebih hidup sebagai imam di Papua hingga saudari maut menjemputnya kembali kepada Allah yang mengutus-Nya. Negeri baru tersebut adalah tanah misi Indonesia dengan fokus pelayanan di tanah Papua.
Pastor Tromp dikirim sebagai misionaris Augustinian (OSA). Menjadi misionaris berarti ia sungguh dikhususkan oleh Allah mewartakan kebaikan Allah bagi sesama di Papua, tanah Misi. Kebaikan demi kebaikan dengan setia ia tabur dari tahun ke tahun. Hal-hal tersebut tentu masih terus diingat oleh semua orang.
Tromp adalah pastor bonus, gembala yang baik. Ia terbuka, komunikatif tetapi juga ia seorang abdi Allah nan. Semua orang mengenalnya. Baik tua, muda, Papua asli maupun non Papua.
Bahkan Tromp bukan sekadar berjumpa namun mengenal silsilah keluarga mereka yang dikenalnya. Inilah keutamaan, kelebihan, dan kualitas sosiolog jebolan Filipina itu. Hidpnya sungguh mencerminkan kasih kebapakan sekaligus keibuan Kristus.
Tak sedikit orang yang mengenalnya. Sekian tahun ia melayani bukan hanya dalam karya pastoral tetapi juga pendidikan dan aneka karya lainnya. Kecuali itu, sebagian besar tempat di Papua, ia kunjungi hingga ke pelosok-pelosok sambil berbuat baik. Ia menebar spiritualitas hidup Kristus kala mengelilingi daerah-daerah sambil berbuat baik.
Tentu terlalu banyak hal yang diurai di sini. Pastinya, teladan dan kesaksian hidupnya menginspirasi umat dan warga. Secuil kisah ini sekadar disisipkan mengenang jasa dan dedikasinya bagi umat Manokwari-Sorong.
Penulis sadar, Pastor Tromp bukan tipikal yang gemar publikasi. Ia melayani umat dalam senyap dengan totalitas jiwa. Militansi dan semangatnya tak terkalahkan. Ia lebih banyak memberi teladan. Penulis sadar sepenuhnya: spiritualis kerendahan hati adalah warisan pendiri OSA Santo Agustinus dari Hippo (354-430).
Spiritualis Agustinus merupakan keutamaan dan harta rohani yang dihayati, dihidupi, dipraktekkan dalam seluruh karya pelayanannya bagi umat dan masyarakat di tanah Papua. Atas dasar inilah, sepotong demi sepotong tulisan ini terajut kembali. Sekadar mengenang dan mengembalikan memori kolektif indah bersamanya saat masih di Seminari Petrus van Diepen Sorong.
Rektor pertama
Setelah Seminari Petrus van Diepen Sorong diresmikan Mgr Hilarion Datus Lega (Uskup ke-3 Keuskupan Manokwari-Sorong) sejak 7 September 2003 hingga saat ini, Uskup Datus mempercayakan Pastor Tromp sebagai rektor pertama.
Karya dan tugas ini bukanlah hal mudah. Tugas pelayanan ini tidak pula mengenakkan. Ia mesti bertanggungjawab penuh pada penyelenggaraan pendidikan dan pembinaan calon imam Katolik di seminari itu tahun-tahun awal. Namun, tugas dan kepercayaan itu ia terima sebagai anugerah dan berkat. Ia menjalankan tugas sepenuh hati.
Kerelaan dan kesediaan serta kepercayaan pucuk pimpinan Keuskupan Manokwari-Sorong tersebut memperlihatkan kesetiaannya kepada Allah dan Gereja-Nya sekaligus cerminan kesetiaan kepada persaudaraan OSA Christus Totus Papua-Indonesia.
Selama ia bertugas sebagai rektor, para calon imam sering mengalami kebaikannya. Tak ada sekat. Ia merangkul para frater, mengajak jalan-jalan keliling kota Sorong. Banyak seminaris dibuat kerasan, nyaman, dan merasa at home di seminari.
Ia sungguh membawa kesejukan, kedamaian, kerukunan, dan kenyamanan. Bahkan setiap minggu kedua dalam bulan, ia mengadakan rekreasi terpimpin di aula seminari. Dia bekerja hingga larut malam dan sibuk dengan rutinitas tugas tetapi selalu hadir dan rekreasi bersama.
Bahkan rekreasi dalam suasana penuh kekeluargaan meski dalam selama acara hiburan hingga guyonan sekalipun ia setia duduk, mendengarkan, dan menikmati cerita lucu ala Papua yang lazim dikenal dengan akronim MOB. Bahkan ia juga kreatif dan kerap mengocok perut para seminaris dengan membawakan dan menceritakan MOB ala Papua. Sekali lagi, ia sungguh pastor bonus, gembala baik.
Dia setia hadir dengan tulus bagi para frater. Pastoral kehadiran, keterlibatan Tromp dalam seluruh dinamika hidup bersama patut diancungi jempol. Namun demikian, sekali lagi ia bukanlah orang dengan tipe gemar untuk dipopulerkan. Ia rektor namun dalam komunikasi harian menyapa dengan ‘sobat’. Inilah kekuatan, kasih, dan cinta seorang pastor bonus kepada para frater kala itu.
Nilai plus lain adalah ia mengenal setiap seminaris. Bahkan ia mengenal dengan baik orang tua mereka, termasuk mengetahui opa dan omanya. Sejatinya, ia abdi Allah yang setia mengejawantahkan Sabda-Nya: “Sebab aku mengenal dan memanggil engkau dengan namamu” (Bdk Yes 43:1b).
Untuk itu, tak berlebihan orang-orang kerap menyebutnya sosiolog hidup atau kamus hidup. Bagi para seminaris Tromp adalah segalanya. Ia mengenal para frater, termasuk daerah asal dan ciri khas kearifan lokal masyakarat di mana ia kunjungi dan layani di hampir seantero tanah Papua.
Pada Senin, 8 Mei 2023, Pastor Anton Tromp, OSA berpulang. Ia memenuhi panggilan Tuhan, sang Sabda. Selamat jalan menuju rumah Bapa di Surga, Pater. Engkau telah menunjukkan kesetiaanmu, imam Allah terkasih. Selamat jalan, misionaris sejati. Terima kasih karyamu bagi umat Katolik Indonesia, khususnya umat-Nya di tanah Papua.