Hak Kesulungan yang Kembali - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan
OPINI  

Hak Kesulungan yang Kembali

Paskalis Kossay, tokoh masyarakat Papua Pegunungan. Foto: Istimewa

Loading

Oleh Paskalis Kossay

Tokoh Masyarakat Provinsi Papua Pegunungan

SEJAK 1998 tongkat kepemimpinan Jayawijaya diambil alih oleh Drs David Hubi, putera daerah. Selama dua periode, tahun 1998 – 2003 dan 2003 – 2008 Hubi memimpin Kabupaten Jayawijaya.

Selama masa Orde Baru berkuasa kurang lebih 30 tahun, Jayawijaya dikendalikan penuh oleh hegemoni Orde Baru, kalangan militer sebagai alat kekuasaan negara. Mulai dari Albert Dien selama dua periode yaitu tahun 1978 – 1982 dan 1982 – 1987. Setelah itu masuk JB Wenas memimpin Jayawijaya dua periode yaitu 1987 – 1992 dan 1992 – 1997.

Setelah tongkat kepemimpinan diambil David Hubi, peluang kontestasi putera daerah semakin terbuka. Maka muncullah Nicolas Yigibalom (Almarhum) dan John Wempi Wetipo hingga tahun 2018. Setelah Wempi Wetipo, tongkat kepemimpinan Jayawijaya direbut oleh John Richard Banua sampai dengan 2024.

Tongkat kepemimpinan Jayawijaya tersebut direbut kembali oleh pasangan Athenius Murip dan Ronny Elopere, anak daerah. Merebut kembali tongkat estafet kepemimpinan anak daerah dari genggaman John Banua, bukanlah hal mudah. Mesti dilalui dengan beraneka tantangan.

Kita semua tahu, Banua menguasai pemerintahan di Jayawijaya bukan setahun atau dua tahun. Selama 15 tahun, Banua menguasai Jayawijaya dengan segala cara dan gaya kepemimpinannya. Tidak mudah dipatahkan dalam kontestasi pilkada tahun ini. Semua orang memprediksi bila Banua akan menang dan kembali memimpin Jayawijaya.

Prediksi orang-orang tersebut bukan tanpa alasan. Semua orang tahu, yang namanya keluarga besar Banua adalah grup miliarder di Indonesia. Maka semua orang meremehkan kekuatan anak daerah untuk melumpuhkan raksasa goliat yang namanya alias JRB.

Dari nama sumber kekuatan JRB? Tentu saja dari Jayawijaya. Selama 15 tahun berkuasa, menghimpun harta karun dari Jayawijaya menjadi kekuatan politik, ekonomi, dan kekuasaan. Alam dan masyarakat Jayawijaya sudah tidak bersahabat lagi dengan JRB. Selama 15 tahun sudah merasakan manis pahitnya buah kepemimpinan JRB.

Maka Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak tahun 2024 adalah momentum tepat. Masyarakat Jayawijaya harus mengambil keputusan politiknya dengan memberikan hak suaranya kepada putra daerah, Athenius Murip dan Ronny Elopere.

Keputusan politik rakyat ini sudah tepat. Dengan demikian hak kesulungan politik kembali diambil oleh anak daerah. Tongkat kepemimpinan Jayawijaya ke depan, kurun waktu 2024  – 2029 akan dapat dikendalikan oleh anak daerah.

Setelah diambil alih tongkat kepemimpinan Jayawijaya oleh anak daerah, maka sudah dipastikan terbuka peluang serta ruang politik dan demokrasi anak-anak daerah dapat bersaing bebas memperebutkan tongkat estafet kepemimpinan daerah untuk selamanya.

Patut kita berikan penghormatan dan apresiasi setinggi-tingginya kepada kedua tokoh anak daerah ini. Dengan keterbatasan mereka, bermodal sebagai anak daerah mampu melumatkan raksasa dengan sejuta harta bernilai miliaran rupiah.

Banyak harta bukan jaminan dalam sebuah kontestasi politik, tetapi taktik dan strategi menjadi alat menggapai kemenangan. Itulah yang dilakukan pasangan Murni dalam proses memperebutkan tongkat kepemimpinan Jayawijaya. Modal dasar sebagai anak daerah dipadu figur yang tepat mendapat respon dan dukungan masyarakat Jayawijaya luar biasa.

Dukungan masyarakat tersebut tak henti-hentinya terus mengalir hingga penetapan calon terpilih Bupati dan Wakil Bupati Jayawijaya oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Jayawijaya, Rabu (11/12) sore.

Masyarakat Jayawijaya terlihat begitu sejahtera secara batin, ketika palu KPU Jayawijaya diketuk untuk kemenangan Athenius Murip dan Ronny Elopere. Masyarakat Jayawijaya sudah merasa puas dengan hasil kemenangan yang diperoleh pasangan ini. Semoga hasil kemenangan ini terus dikawal sampai pada pelantikan bupati dan wakil bupati terpilih nanti. 

Tinggalkan Komentar Anda :