JAKARTA, ODIYAIWUU.com — Menteri Kesehatan Republik Indonesia Budi Gunadi Sadikin menegaskan, pihaknya memberikan atensi atau perhatian meninggalnya dr Mawartih Susanty, Sp.P (47), dokter spesialis paru satu-satunya di Provinsi Papua Tengah yang bertugas di provinsi baru itu.
dr Mawartih ditemukan tewas dalam kondisi mulut berbusa di rumah dinasnya di Kompleks Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Nabire, Provinsi Papua Tengah, Kamis (9/3) sekitar pukul 19.00 WIT. Informasi berpulangnya dokter spesialis paru yang mengabdi di Nabire akhirnya didengar Menteri Kesehatan Republik Indonesia.
“Saya sudah minta diteliti penyebab kematiannya. Nanti saya minta secara resmi di-up date. Saya sedang berkomunikasi dan berkoordinasi dengan sejumlah pihak perihal layanan kesehatan di Papua yang terbilang rawan bagi para tenaga kesehatan,” ujar Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin di Jakarta, Jumat (10/2).
Kepala Kepolisian Resor (Polres) Nabire AKBP I Ketut Suarnaya mengatakan, saat ini jajaran Polres Nabire tengah melakukan penyidikan guna mengungkap penyebab kematian korban.
“Benar adanya penemuan mayat yang merupakan seorang dokter. Kini kasus tersebut tengah kami selidiki,” ujar Kapolres Ketut Suarnaya kepada wartawan di Nabire, kota Provinsi Papua Tengah, Jumat (10/3).
Kolega Almarhumah, dr Ningz melalui akun Instagram drningz mengaku ia sangat dekat dengan dr Mawartih karena sama-sama sekolah. Di mata dr Ningz, Almarhumah dr Mawartih adalah sosok orang sangat baik.
“Semua yang kenal beliau pasti ingat sebaik apa beliau. Orang yang ngga pernah marah. Kaget sekali dengar berita ini. Beliau ditemukan meninggal di rumah dinasnya dan ada dugaan sebagai korban tindakan kriminal,” ujar dr Ningz melalui akun Instagram dan dikutip Odiyaiwuu.com di Jakarta, Jumat (10/2).
Menurut dr Ningz, beberapa bulan terakhir dr Mawartih sempat mengeluhkan masalah keamanan di daerah sekitar rumah dinas. Namun, belum mendapatkan tanggapan serius karena belum ada kejadian yang merugikan saat itu.
dr Ningz menambahkan, dr Mawartih bukan orang asli Papua namun ia mau bekerja di sana (Papua), daerah yang kabarnya bukan daerah yang aman. Ia tidak mau meninggalkan Papua karena beliau adalah satu-satunya dokter spesialis paru di sana.
Menurutnya, dr Mawartih tengah menunggu juniornya selesai sekolah spesialis paru dulu untuk menggantikannya di Papua kemudian ia baru meninggalkan Papua. Ironisnya, kata dr Ningz, Kamis (9/3) sebenarnya jadwalnya terbang ke Jawa untuk wawancara kerja. Tapi takdir berkata lain.
“Semoga mbak Mawar tenang di sisi-Nya. Semoga amal baiknya tercatat banyak di Surga. Semoga kasus ini segera jelas supaya tidak terjadi hal-hal seperti ini lagi ke depannya. Dokter bisa banyak yang takut ke daerah jika tidak ada jaminan keamanan,” kata dr Ningz lebih lanjut.
“Saya menerima kabar, jenazah sahabat baik dr Mawar akan dibawa ke kampung halamannya di Makassar. Saya sungguh kehilangan seorang sahabat baik sesama dokter yang pernah mengabdi demi kesehatan masyarakat di Papua Tengah. Doa saya semoga sahabat saya, dr Mawar bahagia di Surga. Semangat dan teladan melayani masyarakat yang membutuhkan menjadi warisan terindah,” ujar dr Katrin kepada Odiyaiwuu.com di Jakarta, Jumat (10/2).
Kapolres Suarnaya melalui Seksi Hubungan Masyarakat (Humas) Polres Nabire sebelumnya mengatakan, saat ini pihak Polres tengah mendalami ihwal penemuan mayat dokter spesialis itu di perumahan dinas dokter, Nabire.
“Iya benar telah terjadi penemuan mayat seorang dokter spesialis berinisial dr M (47). Mayat ditemukan sekitar pukul 19.00 WIT di rumah korban di Perumahan Dokter, Kelurahan Siriwini, Nabire, Papua Tengah,” ujar Ketut Suarnaya mengutip informasi yang diperoleh Odiyaiwuu,com dari Seksi Humas Polres Nabire, Kamis (9/3).
Informasinya bermula pada Kamis (9/3) sekitar pukul 17.53 WIT, saat saksi M (32) yang juga seorang perawat sekaligus sopir hendak menjemput korban ke perumahan dokter untuk diantar ke tempat praktek korban di Apotik Pelita. Setiba di rumah korban, M menunggu di luar, namun korban tidak kunjung keluar.
Kemudian M menghubungi korban lewat pesan singkat WhatsApp (WA) namun tidak ada direspon. M kemudian memanggil tetapi namun tak ada respon sehingga ia menghubungi saksi lain, RR (32), perawat di Apotik Mulia) dan F (30), saksi yang juga perawat di Apotik Pelita untuk datang ke rumah korban.
Sekitar pukul 19.00 WIT, RR dan F tiba di rumah korban lalu bersama M ketiganya berusaha memanggil korban. Panggilan tak dijawab korban sehingga ketiganya membuka jendela di samping pintu yang digrendel dari dalam.
Saat ketiganya masuk ke dalam rumah kemudian menuju ke kamar korban, pintu kamar tidak dalam keadaan terkunci namun tertutup rapat. Mereka membuka pintu dan mendapati korban di tempat tidur. RR melihat mulut korban ada busa sehingga F menghubungi dokter jaga di IGD RSUD Nabire.
Sekitar pukul 19.33 WIT, saksi dr J (30) tiba di rumah korban di perumahan dokter dan masuk ke dalam kamar korban untuk melakukan pengecekan keadaan korban. Namun, saat dr J meraba nadi korban sudah tidak terasa atau tidak ada sehingga saksi dr J menyampaikan untuk menghubungi pihak yang berwajib atau kepolisian.
“Dari kejadian tersebut, pukul 19.45 WIT anggota piket Reskrim, Tim Sus, dan Inafis Polres Nabire mendatangi rumah korban dan langsung melakukan olah tempat kejadian perkara,” kata Ketut.
Kurang lebih dua jam, tim Inafis Polres Nabire selesai melakukan oleh TKP kemudian mengevakuasi jenazah korban ke RSUD Nabire guna dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh dokter.
“Berdasarkan informasi M, terakhir korban terakhir diantar ke rumah Rabu (8/3) sekitar pukul 20.30 WIT usai menunaikan praktek dokter,” kata Ketut. Korban diketahui tinggal seorang diri di perumahan dokter di RSUD Nabire.
“Tim Inafis Polres Nabire tadi sudah ke tempat kejadian untuk olah TKP. Saat ini jenazah sudah di RSUD Nabire dan lagi menjalani pemeriksaan. Kita masih melakukan pendalaman dan menunggu hasil pemeriksaan oleh ahli (dokter) terhadap jasad korban,” ujar Ketut lebih lanjut. (Ansel Deri, Emanuel You/Odiyaiwuu.com)