Badan Riset dan Inovasi Nasional Dukung Bupati Yan Bidana Bentuk Badan Riset dan Inovasi Pegunungan Bintang - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan

Badan Riset dan Inovasi Nasional Dukung Bupati Yan Bidana Bentuk Badan Riset dan Inovasi Pegunungan Bintang

Bupati Pegunungan Bintang Spey Yan Bidana (paling kiri) bersama Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah Aloysius Giyai (paling kanan), dan Staf Khusus Yohanes Sardjono (kedua dari kanan) saat bertemu Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Dr LT Handoko di Lt. 24 Gedung B.J. Habibie. Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat, Jumat (7/1). Foto: Istimewa

Loading

JAKARTA, ODIYAIWUU.com — Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mendukung gebrakan Bupati Spey Yan Bidana, ST, M.Si bersama jajaran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pegunungan Bintang, Provinsi Papua membentuk Badan Riset dan Inovasi Daerah (BRIDA) Pegunungan Bintang. Dukungan BRIN terkait pembentukan BRIDA Pegunungan Bintang merupakan yang pertama di Papua dan sedianya akan dibangun di Distrik Batom.

“Badan Riset dan Inovasi Nasional sangat mendukung rencana kami membentuk Badan Riset dan Inovasi Daerah Pegunungan Bintang. Badan Riset dan Inovasi Nasional akan mengirim tim ke Pegunungan Bintang dan dalam waktu dekat kami akan lakukan penandatanganan nota kesepahaman, Memorandum of Understanding atau MoU,” ujar Bupati Pegunungan Bintang Spey Yan Bidana dalam keterangannya yang juga diperoleh Odiyaiwuu.com di Jakarta, Jumat (7/1/).

Bupati Spey Yan Bidana mengatakan, dukungan pembentukan Badan Riset dan Inovasi Daerah Pegunungan Bintang diperoleh setelah ia bersama Pelaksana Tugas Sekretaris Daerah drg Aloysius Giyai, M.Kes dan Staf Khusus Bidang Penelitian, Pengembangan, Pengkajian IPTEK dan Infrastruktur Yohanes Prof Ir Yohanes Sardjono, APU bertemu Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Dr LT Handoko di kantornya, Lantai 24, Gedung BJ Habibie Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.

Spey Yan Bidana lebih jauh mengatakan, untuk Papua, Badan Riset dan Inovasi Nasional masih kosong, Pegunungan Bintang menjadi yang pertama. Prinsip Badan Riset dan Inovasi Nasional, daerah atau kabupaten mana yang siap, di situ mereka masuk membentuk Badan Riset dan Inovasi Daerah.

“Ketika kami hadir dengan konsep inovasi ini, nah mereka memberi apresiasi dan menyambut baik. Secara kebetulan, mereka juga sedang mencari mitra daerah,” ujar Spey Yan Bidana, mantan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Pegunungan Bintang.

Dalam pertemuan itu, Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Dr Handoko mengapresisi inisiatif Bupati Spey Bidana untuk membentuk Badan Riset dan Inovasi Daerah guna mendukung kemajuan pembangunan di wilayah Pegunungan Bintang. Kedua pihak juga berkomitmen untuk menyiapkan sumber daya manusia (SDM) guna mendukung rencana ini, baik untuk peningkatan SDM Pegunungan Bintang baik pendidikan tingkat sarjana, magister maupun doktoral guna mendukung penelitian dan pengembangan. Sekaligus, komitmen kerjasama untuk membesarkan Universitas Okmin Papua yang sudah berdiri di Oksibil, kota Kabupaten Pegunungan Bintang.

Menurut Bupati Spey Yan Bidana, dipilihnya Batom sebagai pusat riset dan inovasi daerah karena distrik ini memiliki letak sangat strategis yang mendukung konsep pengembangan terintegrasi dari kawasan strategis perbatasan. Batom berada di wilayah yang berbatasan langsung dengan negara tetangga Papua Nugini dan juga dekat dengan Jayapura di bagian utara.

Saat ini, kata Spey Yan Bidana, tata ruang Distrik Batom sedang dirancang dan dikembangkan menjadi salah satu kota satelit di Pegunungan Bintang dan menjadi landasan untuk mendorong penetapan wilayah itu oleh Presiden Jokowi sebagai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Perbatasan dengan mengandalkan potensi sumber daya alam energi terbarukan, konservasi alam, dan keanekaragaman hayati (biodiversity).

“Batom itu daerahnya dataran, lembahnya bagus. Dekat dengan Jayapura dan berbatasan dengan Papua Nugini. Untuk mendukung rencana ini, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat mulai 2022 membangun infrastruktur jalan dari Towe di Kabupaten Keerom tembus Batom, Pegunungan Bintang. Kita juga sedang mendorong dan akan menyurati Bapak Presiden Jokowi agar Pegunungan Bintang ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus yang mulai dibangun dari Batom,” katanya.

Apresiasi Utamakan SDM

Yohanes Sardjono menjelaskan, saat ini Papua memiliki peran penting bagi ekonomi dunia. Bahan baku industri dunia saat ini ada di perut bumi Pulau Papua, di mana Pegunungan Bintang menjadi titik pusat pulau itu.

“Baik itu mining dan mineral, baik itu biodiversity, dan bahkan budaya Melanesia, pusatnya ada di Pegunungan Bintang. Pegunungan Bintang juga menjadi sumber kehidupan bagi seluruh manusia yang ada di Papua, baik Papua dalam NKRI maupun PNG. Karena seluruh air kehidupan di pulau itu, datang dan mengalir dari Pegunungan Bintang,” kata Sardjono.

Posisi penting lain dari Pegunungan Bintang dan Papua umumnya adalah perannya sebagai penyumbang oksigen terbesar bagi dunia dengan hutannya yang masih lestari. Sekitar 90 persen hutan hujan (rain forest) dunia di Papua, selain Amazon-Brazil, di mana Pegunungan Bintang memiliki 1,6 juta hektar hutan.

Oleh karena itu, menurut Sardjono, pembangunan di Pegunungan Bintang dan Papua pada umumnya harus dilakukan dalam konsep pembangunan berkelanjutan, sustainable development goals (SDGs) yang dirumuskan PBB guna menyejahterakan masyarakat dunia. Sumber daya alam di bawah perut bumi maupun di atas bumi seperti biodiversity, ekologi dan ekosistem harus dikelola berbasis sumber daya alam dan lingkungan.

“Nah Papua ini tinggal satu kekurangannya yaitu SDM yang masih terbatas. Karena itu, SDM harus dipercepat. Dengan meningkatnya SDM Papua, tidak perlu lagi eksplorasi sumber daya alam di perut bumi, mineral. Tetapi optimalkan yang di atas perut bumi. Nah itulah alasan, kami bersama Pak Bupati mendorong hadirnya badan riset dan inovasi daerah ini,” kata Sardjono menjelaskan.

Ia menambahkan, posisi strategis Pegunungan Bintang yang berada di tengah-tengah Pulau Papua, mendorong Bupati Spey Yan Bidana memandang perlu dibentuknya Badan Riset dan Inovasi Daerah berupa research station center berbasis konservasi alam dan lingkungan. Tujuannya agar sumber daya itu terus dijaga dan dipelihara untuk keberlanjutan hidup anak cucu.

“Membangun dari jumlah uang akan habis, membangun dari jumlah emas akan juga habis. Tapi membangun dari sisi otak atau SDM, itu akan memberi nilai tambah beribu kali. Ini yang sedang dilakukan Bupati Spey. Tadi Pak Bupati dapat apresiasi sebagai sosok kepala daerah yang visioner dari Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Pak Handoko. Pak Handoko juga langsung menunjuk timnya terdiri dari beberapa doktor untuk membantu Pegunungan Bintang terkait BRIDA ini,” katanya.

Yohanes Sardjono yang juga dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, menegaskan, perkembangan teknologi sejatinya ditopang oleh empat faktor yakni inovasi (45 persen), networking (25 persen), teknologi (20 persen), dan sumber daya (10 persen). Artinya, orang-orang pintar yang memiliki inovasi, networking, dan teknologi maka sumber daya alam yang dimilikinya bisa diirit dan dipertahankan keberlanjutannya.

“Saya sangat apresiasi Bupati dan Sekda Pegunungan Bintang yang tinggalkan meja kerja untuk bertemu para dirjen dan menteri-menteri supaya program pembangunan di daerahnya bisa sinergis. Pemerintah Pusat itu senang bertemu pemimpin visioner seperti Bupati dan Sekda Pegunungan Bintang supaya bisa berkolaborasi membangun daerah bersama-sama,” urainya.

Misionaris baru

Sementara itu, Aloysius Giyai mengapresiasi gebrakan brilian Bupati Spey Yan Bidana dan Yohanes Sardjono dan “membaptis” keduanya menjadi misionaris baru. Sebab keduanya telah membuat konsep baru pembangunan di Papua dan kawasan perbatasan dengan tiga prinsip penting.

Pertama, pelestarian peningkatan dan pengendalian sosial budaya, terutama antropologi regional Melanesia. Kedua, konservasi dan pelestarian lingkungan dan sumber daya alam serta energi-energi terbarukan dalam rangka mengikuti perkembangan IPTEK, globalisasi dan modernisasi dunia. Ketiga, penguatan sistem Informasi Teknologi dan potensi inovasi terbaru yang dimulai dari pendidikan di mana Universitas Okmin Papua menjadi dasar percontohan.

“Dengan hadirnya Badan Riset dan Inovasi Daerah nanti, tentu saja sangat mendukung ekonomi dan pendidikan di Pegunungan Bintang yang mengarah kepada kesejahteraan masyarakata,” ujar Aloysius Giyai.

Untuk diketahui, Badan Riset dan Inovasi Nasional adalah lembaga pemerintah non kementerian yang idbentuk Presiden Joko Widodo melalui Peraturan Presiden Nomor 74 Tahun 2019. Sejak 29 April 2021, Badan Riset dan Inovasi Nasional yang sebelumnya berada di bawah Kemenristek, berdiri sendiri dan berada di bawah presiden.

Adapun tugas Badan Riset dan Inovasi Nasional yaitu menjalankan penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan, serta invensi dan inovasi yang terintegrasi, dan 18 fungsi. Pada 5 Mei 2021, Presiden Joko Widodo menandatangani Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2021, yang secara efektif menetapkan Badan Riset dan Inovasi Nasional sebagai satu-satunya badan penelitian nasional.

Peraturan tersebut memutuskan bahwa semua badan penelitian nasional Indonesia seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) bergabung menjadi BRIN. (Ansel Deri, Gusty Masan Raya/Odiyaiwuu.com)

Tinggalkan Komentar Anda :