Oleh Dr Gregor Neonbasu SVD
Imam dan Antropolog Unika Widya Mandira Kupang
YESUS solider dengan kesalahan dan dosa-dosa manusia sehingga Ia datang dan menyerahkan diriNya sebagai tebusan untuk membawa ‘hidup baru’. Kunci untuk masuk dalam ‘lingkaran hidup baru’ ini tak pernah luput dari ‘jalan salib’. Via Dolorosa adalah kunci ‘kehidupan baru’ yang penuh iman, harap dan kasih dalam nama Dia yang telah wafat di atas Salib untuk menyelamatkan semua manusia.
Kemarin Kamis Putih, kita telah mengikuti perjalanan Kasih Allah yang lestari, yang itulah cinta kasih yang paling agung. Hari ini kita menyaksikan bukti Kasih yang paling Agung itu: Kristus taat untuk manusia berdosa sampai wafat di Salib, agar semua manusia memperoleh ‘karya penebusan’, yakni ‘hidup baru’ dalam nama-Nya yang kudus.
Bukti ‘Kasih yang paling agung’ dilukis dengan sangat indah ketika Tuhan Yesus dengan sangat perkasa memilkul salib. Ia konsisten pada jalan terjal yang direkayasa oleh intelektualitas manusia yang serba salah. Ia komitmen pada struktur sosial, yang sedemikian mudah menarik kesimpulan untuk membebaskan Barabas lalu menyalibkan Tuhan yang lurus hati. Ia tidak gentar terhadap penguasa yang ‘haus darah’, dan tertipu berbagai bukti gombal, namun dibenarkan secara structural dalam kehidupan sosio-politik saat itu.
Langkah kaki Uskup Agung via Dolorosa Mgr Gabriel Manek memang sangat dramatis jika dikontemplasi dalam bingkai ‘jalan salib’ dan ‘penderitaan’ yang dialami sang Guru Yesus Kristus. Tanpa memperhatikan derita dan salib yang dipikul, Mgr Manek menegaskan: sesulit apapun persoalan yang dijumpai manusia, Terang Kristus harus diwartakan ke segala penjuru bumi.
Di sini terlihat komitmen tunggal Mgr Manek untuk tidak saja bersandar pada Tuhan, melainkan juga secara missioner tampil dengan gagah perkasa sebagai ‘musafir via Dolorosa’, yakni hadir sebagai ‘petualang rohani’ yang dengan gigih dan tangguh memikul derita dan salib. Mengapa? Ya.. sebagai saudara sulung, Kristus telah membuka jalan… dan Mgr Manek mengikuti jejak sang Guru dengan penuh sukacita.
Dengan penuh sukacita Mgr Manek terlibat dalam seribu satu kesulitan hidup orang-orang di New Mexico. Ia tidak mundur selangkah pun ketika ditegur (baik secara halus maupun kasar) mengenai ‘bahasa sosial’ untuk berada dekat dengan kelompok terbuang, kaum papa, kelompok tapaleuk, orang-orang pengacau, mereka yang selalu mencari soal untuk menarik perhatian plus, mereka yang dinilai sebagai sampah masyarakat.
Sebagai Anggota Serikat Sabda Allah, Mgr Manek menghayati kaul-kaul kebiaraan: hidup miskin, murni dan taat. Kaul lain yang dihidupi Mgr Manek adalah ‘kaul via Dolorosa’, yakni membiarkan diri hanyut dalam segala ‘perspektif salib! Ia dengan kesadaran penuh terlibat dalam karya-karya pastoral yang dihindari banyak orang.
Misalnya memberi sedekah atau melayani orang-orang miskin dengan cara ‘memungut’ dari tempat-tempat sampah (menjadi pamulung); membiarkan diri menjadi ‘sahabat kental’ kelompok orang-orang yang dihujat dan tidak jelas status sosialnya; Ia bersaksi di tengah situasi sosial yang tidak bersahabat; Ia berjuang untuk menyalakan ‘cahaya Kristus’ di tempat-tempat ‘hal seperti itu’ dilarang; Ia bersaksi tentang Tuhan yang diimaninya dalam dan dengan cara orang-orang New Mexico yang kasar; Ia cerdik dan pandai menerjemahkan ‘Tuhan tersalib’ sesuai dengan kebiasaan ‘masyarakat kasar’ yang dihadapi.
Bersama Tuhan yang menderita, Mgr Manek tidak menjadikan kesulitan dan penderitaannya sebagai beban yang menakutkan. Bersama Tuhan yang disoraki ‘salibkan Dia’, salibkan Dia’, Mgr Manek tidak membalas setiap kata fitnah dan tuduhan palsu baginya. Bersama Tuhan yang diam membisu di hadapan Pilatus dan Kaifas, Mgr Manek mencari daya agar kebenaran dapat ditegakkan. Bersama Tuhan yang memanggul Salib, Mgr Manek selalu gembira memikul berbagai kesulitan dan derita bathin yang dialami.
Bersama Tuhan di lorong-lorong jalan salib, Mgr Manek selalu setia memberi sesuatu yang bermanfaat bagi orang-orang sederhana. Bersama Tuhan ketika berjumpa dengan Bunda Maria di jalan salib, Mgr Manek sungguh setia mengikuti jejak sang Bunda dengan dua jurus (1) menyimpan semuanya dalam hati dan (2) mendaras sepanjang waktu… aku ini hamba Tuhan terjadilah padaku menurut perkataan-Mu.
Bersama Tuhan yang dihibur wanita-wanita Yerusalem di jalan salib, Mgr Manek tiada henti memperjuangkan nasib kaum papa yang suara mereka tidak diperhatikan oleh kelompok berkuasa di New Mexico. Bersama Tuhan yang dibantu oleh Simon dari Sirene, Mgr Manek selalu mencari orang-orang yang terlantar dan menyapa mereka sebagai saudara dan saudari terkasih.
Bersama Tuhan yang jatuh tiga kali di perjalanan derita menuju Golgota, Mgr Manek tak pernah gentar memandang berbagai rekayasa sosial tentang dirinya. Bersama Tuhan yang tersalib, Mgr Manek selalu berusaha untuk mengenal Wajah Allah dalam setiap orang yang dijumpai. Bersama Tuhan di Golgota, Mgr Manek tiada henti menimba kekuatan untuk menghantar setiap orang mengenal Wajah Allah yang kudus. Doaku dan berkat bagimu.