DEKAI, ODIYAIWUU.com — Salah satu sisi gelap dunia pendidikan dijumpai di Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan. Aktivitas kegiatan belajar mengajar (KBM) Sekolah Dasar (SD) YPK Maranatha Ibiroma, Distrik Kurima, tidak berjalan atau terhenti selama tiga tahun belakangan.
Buntutnya, para siswa dari tujuh kampung terlantar, tidak mengikuti ujian sekolah. Saat dilihat dari dekat, kondisi SD dikelola Yayasan Kristen Injili di Tanah Papua itu juga sangat memprihatinkan. Halaman sekolah ditumbuhi rumput liar. Pintu sekolah digembok dan tidak pernah dibuka.
“Saat mengunjungi SD YPK Maranatha Ibiroma (Selasa, 6/6) kemarin, masyarakat sampaikan, selama 3 tahun aktivitas belajar mengajar di SD YPK Maranatha tidak berjalan sejak tiga tahun belakangan hingga saat ini,” ujar pegiat HAM Papua Theo Hesegem kepada Odiyaiwuu.com dari Dekai, kota Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan, Rabu (7/6).
Menurut Theo, warga mengaku, anak-anak mereka terlantar di kampung-kampung karena tidak mengikuti pelajaran bahkan ujian sekolah sejak tiga tahun belakangan tak ada aktivitas belajar-mengahar. Bahkan warga heran, bagaimana anak-anak mereka mau pintar kalau proses belajar mengajar tidak berjalan selama ini.
Warga menitip pesan kepada Theo agar meneruskan kabar pilu pendidikan ini kepada Bupati Kabupaten Yahukimo Didimus Yahuli, SH. Anak-anak tidak mengikuti ujian karena selain aktivitas KBM SD itu puasa tiga tahun belakangan, para guru juga dikabarkan tidak berada di tempat.
“Saya sangat berharap Pemerintah Kabupaten melalui Dinas Pendidikan Yahukimo dan Pemerintah Provinsi Papua Pegunungan melalui dinas terkait memberikan perhatian serius menyikapi kondisi ini. Guru-guru telah mengabaikan hak anak-anak memperoleh pendidikan. Kontrol pemerintah kepada para guru mendesak agar mereka menunaikan tugasnya dengan penuh tanggungjawab,” lanjut Theo.
Setelah melihat langsung kondisi sekolah tersebut, Theo juga mengirim surat terbuka kepada Bupati Yahukimo Didimus Yahuli menggambarkan kondisi sekolah tersebut agar segera ditindak lanjuti Pemerintah Kabupaten Yahukimo melalui dinas terkait.
“Sebagai pembela HAM, saya berpendapat bahwa pendidikan yang layak sangat penting dan merupakan hak anak. Namun, Pemerintah Kabupaten Yahukimo telah mengabaikan hak anak-anak memperoleh berpendidikan layak. Apalagi selama 2 tahun anak-anak tidak ikut semester dan ujian akhir. Sedangkan guru-guru telah menerima haknya, namun mengabaikan kewajibannya dengan baik sebagai abdi negara,” ujar Theo.
Kurun waktu dua tahun aktivitas belajar mengajar di SD YPK Maranatha tak berjalan dinilai Theo menunjukkan Dinas Pendikan Yahukimo melalui para guru gagal mendidik anak-anak melalui proses belajar mengajar. Pihaknya meminta Pemerintah Kabupaten Yahukimo segera memantau kondisi sekolah-sekolah di seluruh wilayah Yahukimo guna memastikan aktivitas belajar mengajar berjalan normal.
“Pemerintah Kabupaten Yahukimo segera mengevaluasi kinerja pimpinan dan staf Dinas Pendidikan Yahukimo. Setelah melakukan pemantauan guna memastikan guru-guru segera menunaikan kewajibannya mengajar murid-murid mereka. Saya berharap Bupati melalui Dinas Pendidikan tidak menempatkan guru-guru orang asli, di tempat kelahiran mereka sendiri karena guru-guru orang asli tidak bisa melaksanakan tugas di daerahnya sendiri,” katanya.
Bupati Didimus Yahuli ketika dikonfirmasi terkait informasi tersebut belum merespon. Pertanyaan yang diajukan terkait masalah yang tengah dihadapi sekolah di atas serta langkah-langkah yang akan diambil juga belum merespon hingga berita ini tayang. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)