Senyum Damai di Pegunungan Tolikara
Di antara kabut pagi di Lembah Tolikara
namamu mengalun
Willem Wandik, putra tanah yang mengakar pada rimba dan bukit
lahir di bawah cahaya merah putih
tujuh belas Agustus
seperti janji kemerdekaan yang bernafas di nadimu
Engkau pernah berjalan di lorong Senayan
menyuarakan suara lembut dari Papua
membawa cerita kampung ke meja negeri
tanpa meninggikan nada
namun meninggikan martabat
Kini engkau kembali
bukan hanya sebagai pemimpin
tetapi sebagai saudara bagi semua yang kau layani
Bahasamu menyejukkan
seperti hujan yang jatuh di musim kering
membawa damai sejahtera
yang tak memilih warna kulit, suku, atau bahasa
Engkau cerdas
namun tak pernah meninggalkan kesederhanaan
Santun dalam kata
teguh dalam sikap
menjaga integritas seperti menjaga api di tungku
agar tidak padam
agar tetap hangat bagi semua
Willem Wandik
engkau bukan hanya Bupati
engkau adalah penopang jembatan hati
yang menghubungkan pegunungan dengan kota
masa lalu dengan masa depan
dan harapan dengan kenyataan
Di bawah langit biru Papua Pegunungan
namamu akan diingat
bukan karena jabatan
tetapi karena kasih yang kau tabur
dan damai yang kau wariskan
Karubaga, Agustus 2025
Bumi Tolikara Berbunga Kembali
:Untuk Willem Wandik
Dari rahim Agustus, sang Merah Putih berseru
Lahir pemimpin, di tanah Papua nan rindu
Dua kali DPR mengukir jejak langkah
Kini Bupati, harapan di pundak
Bahasa bijakmu bagai lembah sunyi
Menyejukkan hati, mengusir nestapa
Damai sejahtera kau tebarkan tulus
Bagi semua insan, tanpa pilah puspus
Cerdas bersahaja, sikap santun terjaga
Laksana angin gunung, lembut merawat jiwa
Integritas kau pelihara bak batu karang
Jalin silaturahmi, sepanjang zaman
Wahai Bapa, pengayom negeri pegunungan
Tolikara bersemi di bawah panji-panji kejujuran
Teruslah memimpin dengan rendah hati
Agar kesejukanmu abadi di hati
Karubaga, Agustus 2025
Willem Wandik, Damai di Tolikara
Willem Wandik, anak gunung
lahir di hari Merah Putih
hatinya besar seperti langit
tangannya hangat seperti api tungku
Ia bicara pelan
tapi suaranya sampai ke hati
membawa damai di kampung
membawa sejuk di kota
Ia berdiri tegak di jalan benar
tak condong ke kiri, tak goyah ke kanan
menjaga api keadilan
agar tetap menyala untuk semua
Willem Wandik, bupati kita
penjaga jembatan antara kita
penghubung tanah tinggi dan negeri jauh
pembawa kasih untuk semua suku
Namamu, Willem
akan tetap hidup di angin pegunungan
diceritakan di api unggun malam
sebagai pemimpin yang menanam damai
Jayapura, Agustus 2025
Bapak Damai dari Tolikara
Di tanah Tolikara, di puncak Papua
Lahir sang putra, tujuh belas Agustus nan cerah
Willem Wandik, nama yang kini harum semerbak
Membawa semangat di kala fajar menyingsing
Dari kursi DPR RI, dua periode lamanya
Suara Papua digaungkan, hati warga dijaga
Dapil Papua saksi bisu perjuangan tulus
Membangun dari Jakarta, pondasi untuk nusantara
Kembali ke kampung halaman, panggilan jiwa
Memikul amanah Bupati, membawa harapan baru
Lima tahun ke depan, 2025-2030 langkah pasti diayun
Menyusuri lembah, mendaki bukit, bersama rakyat sejiwa
Bukan gemuruh kata yang menggelegar
Tapi tutur santun, sejuk bagai embun pagi
Menyejukkan hati yang resah, meredakan gejolak
Damai sejahtera ditabur, untuk semua tanpa kecuali
Cerdas bersahaja, bagai burung Kasuari
Tinggi terbang namun kaki tetap di bumi
Sikap santun menyapa, tua, muda, kawan, lawan
Integritas teguh, bagai karang dihempas ombak
Jembatan persahabatan, dijaga dengan setia
Menghubungkan hati, merajut tenun kebersamaan
Bapak Willem Wandik, sang pemimpin bijak bestari
Damai Tolikara bersemi, dalam naungan kasihmu abadi
Wamena, Agustus 2025
Tembang Rindu Kepada Ayah dan Ibunda di Konda
Pagi merekah menjemput mentari yang menggantung di kaki langit Konda
Sepoi angin menyasar seisi honai menunggu sang peziarah tiba
Biarkan aku kelak melangkah jauh sekuat tenaga dalam ziarah tak bertepi
Janjiku: suatu waktu tapak kakiku kembali menjejak awal ziarahku di Konda
Jangan lupa kamu jadi petarung sejati dalam jejak ziarah tak bertepi, kata Ayah
Modali diri kamu dengan kasih seperti sang Sumber Kasih, kata Ibunda
Ziarahku tak akan berkesudahan dan aku harus kembali ke Konda, kataku
Aku akan menelusuri kebun kita; membiarkan jiwa berkelana dalam diam
Jangan lupa luangkan hatimu merasakan keluh setiap mereka yang masih berkelana
Lemparkan doa ke langit: Tuhan, jadikan kami semua dalam satu semangat
Kami akan bergandengan tangan menjemput hari-hari yang terus berganti
Dalam doa dan kerja keras seperti nasehat para Penginjil yang tiba di Konda
Biarkan kami semua menjadikan cinta dan persaudaraan modal utama, Tuhan
Jauhkan kami semua dari petaka yang kadang datang dan pergi tanpa janji Konda adalah tanah terberkati seperti Tolikara yang bersolek aneka harta di atasnya
Gandakan semangat di antara kami, para pemilik tanah Injil dalam melangkah
Kepada Ayah, ibunda, dan orang-orang terkasih di Konda dan Tolikara, tanah Papua
Kepadamu semua aku titip jiwa dan raga mengabdi semesta demi keagungan nama-Mu
Sepanjang musim belum berganti dan matahari setia menyapa, aku ada di sana
Menunaikan tugas dan kewajibanku sejak pertama kali ketuban ibu pecah di Konda
Hari ini setengah abad lalu mataku pertama menatap langit Tolikara dari Konda
Aku lalu melangkah jauh, mengikuti rindu yang kian membawa demi negeriku
Lalu aku kembali sebagai peziarah yang jauh melangkah bersama pelangi
Mewujudkan cita-cita yang menggunung sejak mengitari tuin jardim kita di Konda
Apakah tanganmu masih kuat mengulur menggandeng kami semua melangkah?
Lalu sang bunda tak ketinggalan: masih adakah cinta warisan tersimpan rapi?
Semangat dan cinta warisanmu dari Konda masih kubawa hingga hari ini.
Aku akan meneruskan semangat dan cinta itu seturut ajaran sang Sabda
Wamena, 16 Agustus 2025
Ket: honai, rumah khas Papua;
tuin jardim, kebun
Dr Yosua Noak Douw, S.Sos, M.Si, MA lahir 18 November 1982 di Karubaga, kota Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua Pegunungan. Masuk SD Negeri Karubaga tahun 1989-1991, SD YPPGI Tulem tahun 1991-1992, dan SD Inpres Porome, Distrik Kelila, Kabupaten Jayawijaya tahun 1992-1994.
Kemudian masuk SLTP Negeri 2 Wamena, Jayawijaya tahun 1994-1997 dan SMU Negeri 1 Wamena tahun 1997-2000. Kuliah pada Fisip Universitas Cenderawasih (Uncen) Jayapura tahun 2000-2004 dan meraih Magister Ilmu Ekonomi Uncen tahun 2011-2013. Tahun 2023 meraih doktor (S3) di Uncen.
Menikah dengan gadis pilihannya, Novita Ronsumbre, dan dikaruniai anak-anak: Hadasah Douw, Priskila Douw, Yusuf Douw, Beruriah Douw, David Douw, Yuliana Douw, dan Yehoshua Douw. Yosua terlahir dari pasangan suami-isteri: Yerry Douw, S.Th, MA, M.Th dan Yuliana Agapa.
Ayahnya adalah seorang guru perintis pendidikan sekaligus hamba Tuhan di Tolikara. Sedangkan sang bunda, ibu rumah tangga. Yosua adalah seorang ASN penikmat sastra. Ia lama mengabdi di birokrasi dengan sejumlah penugasan. Kini, menjabat Sekda Tolikara, Papua Pegunungan dan satu-satunya Sekda termuda di seluruh tanah Papua.
Puisi-puisi karyanya ini adalah doa mini merayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-50 Bupati Kabupaten Tolikara Willem Wandik, S.Sos pada 17 Agustus 2025. Puisi ini melukiskan ziarah pengabdian sosok Willem Wandik sekaligus mengenang kedua orangtuanya yang telah membesarkan Wandik, buah hati mereka sejak di Konda dan kini menjadi orang nomor satu Tolikara.
Willem Wandik, tokoh kebanggaan Tolikara ini kelak melanglang buana dalam peziarahaannya sebelum akhirnya kembali ke Tolikara. Kepulangan Wandik ke Tolikara selain melanjutkan ziarah baktinya setelah mendapat kepercayaan rakyat memimpin Tolikara, tanah Injil di Papua Pegunungan. Selamat Ulang Tahun ke-50, Pa Bupati Tolikara. Tuhan berkati selalu. Wa wa wa…….