SUGAPA, ODIYAIWUU.com — Pihak Gereja Katolik Dekanat Moni-Puncak Jaya, Keuskupan Timika membantah keterangan pihak Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam berita yang dilansir sejumlah media nasional dan lokal pada Jumat (16/5), terkait konflik bersenjata yang berujung 19 anggota Organisasi Papua Merdeka (OPM) meninggal dunia di Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua Tengah.
“Pernyataan yang dimuat beberapa media nasional dan lokal tanggal 16 Mei 2025 menyebutkan ada 19 orang meninggal dalam konflik antara TPNPB OPM dan TNI di Intan Jaya merupakan anggota OPM, itu tidak benar,” ujar Dekan Dekanat Moni-Puncak Jaya, Keuskupan Timika Pastor Yanuarius Yance Yogi, Pr dari Sugapa, kota Kabupaten Intan Jaya, Provinsi Papua Tengah, Selasa (27/5).
Padahal, kata Pastor Yance Yogi, dalam konflik bersenjata tersebut ada empat warga sipil dari 19 orang yang disebut menjadi korban. Empat warga sipil itu adalah Kepala Desa Hitadipa Ruben Wandagau, petugas Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua di Sugapa Lama Evangelis Elisa Wandagau, mama Depamina yang terkena tembakan peluru, dan mama Etina Mirip, seorang warga sipil yang mengalami gangguan jiwa. Etina kemudian dimakamkan di kampung halamannya, Ndugu Siga, Intan Jaya, Kamis (23/5)
“Mama Etina Mirip dapat tembak saat terjadi baku tembak tanggal 16-17 Mei. Jenazah mama Etina lalu dikubur di Kampung Ndugu Siga. Keempat mereka ini benar-benar masyarakat murni (warga sipil). Selain dari empat korban ini, adalah musuh dan lawan TNI dan TPNPB OPM yang terlibat konflik,” kata Pastor Yance, imam diosesan Keuskupan Timika.
Selaku Dekan Dekanat Moni-Puncak yang meliputi Kabupaten Intan Jaya dan Kabupaten Puncak, ujar pastor putra asli Papua, wilayah pelayanan dekanatnya meliputi Paroki Santo Yohanes Pemandi Bilai, Paroki Santo Fransiskus Xaverius Titigi, Paroki Santo Misael Bilogai, dan Paroki Santo Petrus Mbugulo di Intan Jaya serta Paroki Santo Petrus Ilaga di Puncak.
“Sekali lagi saya tegaskan bahwa berita yang dilansir sejumlah media yang menyebut 19 korban meninggal adalah musuh dan lawan pihak yang terlibat konflik (TNI-OPM) tidak benar. Sedangkan empat dari 19 orang yang dikabarkan meninggal itu masyarakat murni (warga sipil). Jadi, berita yang menyebut 19 orang meninggal itu anggota kelompok kriminal bersenjata, tidak benar,” ujar Yance tegas.
Pihaknya juga menghimbau kepada wartawan, pengguna media sosial, dan siapapun, bila menyebarkan informasi ke publik terlebih dahulu memastikan akurasi data yang diperoleh di tempat kejadian perkara, TKP sebelum disebarluaskan kepada masyarakat luas, Dengan demikian, tidak terjadi tindakan penyebarluasan informasi hoaks kemudian menjadi konsumsi publik.
“Saya berharap agar rekan-rekan wartawan, pengguna medsos, dan pihak-pihak terkait terlebih dahulu dilakukan pengamatan lapangan. Verifikasi data, lalu menyebarluaskan ke publik agar semua pihak tahu berbagai kejadian baik di Intan Jaya maupun di Puncak,” ujar Yance.
Pimpinan Gereja Katolik, pimpinan denominasi gereja-gereja Protestan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Intan Jaya dan Puncak, Ketua Tm Penanganan Konflik Kabupaten Intan Jaya, tokoh intelektual, pemuda, perempuan, masyarakat serta berbagai pihak lainnya sedang berupaya untuk bersama-sama mencari jalan keluar agar konflik tidak semakin melebar.
Menurut Pastor Yance, informasi akurat itu penting agar membuat semua pihak, baik pemerintah, TNI-Polri, pihak gereja, dan masyarakat merasa tenang dan tidak terkecoh dengan informasi yang belum akurat,” kata imam lulusan Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Fajar Timur, Abepura, Jayapura, Papua.
Pihaknya menegaskan, tidak boleh mengorbankan nyawa manusia di Intan Jaya dan Puncak melalui peperangan, konflik dengan membunuh warga sipil. Pemerintah daerah, pemerintah provinsi, para tokoh gereja, dan pihak-pihak terkait segera mengambil langkah konkrit berdiskusi bersama atau dialog.
“Diskusi bersama, dialog adalah cara konkrit dan manusiawi demi menyelamatkan nyawa masyarakat tak berdosa di Intan Jaya dan Puncak. Negara tidak boleh membiarkan warga sipil di dua kabupaten itu mati sia-sia. Dialog adalah langkah urgen dan beradab dalam upaya menyelamatkan manusia yang merupakan citra Allah,” ujar Pastor Yogi. (*)