Peluncuran Buku Mappi Berkelanjutan: Menata Pembangunan Ekonomi Hijau Berbasis Alam dan Adat

Diskusi buku Mappi Berkelanjutan: Menata Pembangunan Ekonomi Hijau Berbasis Alam dan Adat yang diselenggarakan PD-Institute) bekerja sama dengan Universitas Papua, Yayasan Pusaka Bentala Rakyat dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Kamis (18/12) mulai pukul 15.00-18.00 WIT. Foto: Istimewa

JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — Papua Democratic Institute (PD-Institute) bekerja sama dengan Universitas Papua, Yayasan Pusaka Bentala Rakyat dan Yayasan Pustaka Obor Indonesia, Kamis (18/12) mulai pukul 15.00-18.00 WIT menggelar diskusi buku Mappi Berkelanjutan: Menata Pembangunan Ekonomi Hijau Berbasis Alam dan Adat.

Diskusi buku karya para peneliti PD-Institute yang dilakukan secara virtual melalui zoom meeting dan disiarkan melalui kanal YouTube menghadirkan sejumlah narasumber dan penanggap, baik dari kalangan pegiat sosial, peneliti hingga akademisi, dengan topik bahasan masing-masing.

Para narasumber itu antara lain Septer Manufandu membedah topik Jejak Leluhur, Identitas dan Sistem Penghidupan Masyarakat Adat Mappi, Cypri Dale dengan materi Modal dan Model Ekonomi Hijau pada Masyarakat Adat Awyu, dan Asrida Elisabeth yang membawakan topik Penghidupan Perempuan Awyu di Kampung Kotiak.

Selain itu, tampil juga Jimmy Wanma yang membawakan materi Etnobotani: Kampung Kotiak, Distrik Pasue, Kabupaten Mappi. Sedangkan pihak penanggap yaitu Yulia Sugandi dari Center for Transdisciplinary and Sustainability Sciences (CTSS) IPB University, dan Franky Samperante selalu Direktur Eksekutif Yayasan Pusaka Bentala Rakyat. Diskusi dipandu moderator Petrus K Farneubun.

Dalam keterangan pengantar diskusi pihak PD Institute disebutkan, penerapan ekonomi hijau sebagai agenda global telah diintergrasikan dalam berbagai dokument perencanan pembangunan dari nasional hingga ke daerah. Namun, ‘hijau’ sebagai agenda perlu dikontestasikan baik secara teori, praktikal maupun dalam dimensi kebijakan.

“Pertanyaan tentang siapa yang memframe narasi ‘hijau’, keterkaitan dimensi sosial budaya dalam paradigma hijau; biodiversitas hingga model ‘dari bawah’ sebagai alternatif menjadi penting untuk dielaborasi,” kata Panitia Diskusi PD-Institute melalui informasi yang diperoleh dari Jayapura, Papua, Selasa (16/12).

Buku yang ditulis tim peneliti PD-Institute mencoba menjawab berbagai pertanyaan tersebut. Dengan mengambil Kabupaten Mappi di Papua Selatan sebagai lokus penelitian, buku ini mengelaborasi kebijakan pembangunan berbasis paradigma ekonomi hijau.

Buku itu juga mendokumentasikan identitas suku, mengelaborasi ruang dan biodiversitas, praktik-praktik ekonomi hijau berbasis pengetahuan lokal masyarakat dan mengeksplorasi imajinatif kolektif masyarakat sebagai modal untuk model ekonomi. (*)