Pegiat Literasi Salurkan Tiga Judul Buku Kepada Komunitas Literasi Weneninu di Jayawijaya

Pegiat literasi Papua Pegunungan Sepi Wanimbo dari Gerakan Literasi Mencerdaskan Anak Negeri Papua Pegunungan (GLMANPP) bersama rekan-rekannya saat menyalurkan buku bacaan kepada Komunitas Literasi Weneninu di Distrik Sinakma, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan, Minggu  (17/8). Foto: Istimewa

Loading

WAMENA, ODIYAIWUU.com — Pegiat literasi Papua Pegunungan Sepi Wanimbo dari Gerakan Literasi Mencerdaskan Anak Negeri Papua Pegunungan (GLMANPP) bersama rekan-rekannya, Minggu  (17/8) menyalurkan buku bacaan kepada Komunitas Literasi Weneninu di Distrik Sinakma, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan.

Sepi mengatakan, tiga buku masing-masing Sejarah Kepemimpinan Pemuda Baptis Papua, Analisis Kepemimpinan Big Man Dalam Pembangunan Pendidikan di Kampung Oji, Distrik Tiom, Kabupaten Lanny buah karyanya. Kemudian, buku Prabowo dan Tantangan Penyelesaian Konflik Papua karya Dr Socratez Sofyan Yoman. Buku tersebut diterima Ketua Komunitas Literasi Weneninu Erik Tabuni dan kawan-kawan.

“Saya secara pribadi menyampaikan terima kasih karena Komunitas Literasi Weneninu  sudah berjalan cukup lama dalam gerakan literasi. Komunitas ini bergerak dalam kegiatan baca tulis, diskusi dan berbagai pelatihan bertempat di Ilekma Napua,” ujar Sepi dari Wamena, Jayawijaya, Papua Pegunungan, Senin (18/8).

Menurut Sepi, ia sudah lama mendengar komunitas ini sangat membutuhkan buku bacaan karena sangat peduli dengan generasi emas pegunungan Papua. Karena itu, komunitas tersebut berharap agar semua pihak yang memiliki kelebihan koleksi buku dapat disumbangkan kepada komunitas ini sehingga memacu generasi muda meningkatkan semangat belajar menambah pengetahuannya.

“Upaya mencerdaskan anak negeri pegunungan Papua dengan belajar saja tidak cukup. Mereka juga perlu dibekali dengan sumber bacaan yang digerakkan komunitas yang concern di jalur literasi. Kalau gerakan literasi ini sudah tumbuh, tentu ada perhatian pemerintah daerah,” kata Sepi.

Menurutnya, bila gerakan literasi seperti komunitas ini tumbuh, ke depan pembangunan sumber daya manusia (SDM) pegunungan Papua akan maju bersaing dengan provinsi lain di Indonesia. Namun, bila gerakan literasi diabaikan maka SDM tentu akan mengalami kemunduran.

“Gerakan literasi membuat orang pikiran jernih, cerdas, dan bijaksana. Karena itu setiap gereja di tanah Papua perlu menyiapkan SDM pemuda agar generasinya mempunyai kualitas ilmu yang baik sekaligus menjadi pintu masuk peningkatan pelayanan bagi Tuhan dan sesama di tanah Papua,” katanya.

Sepi menilai, budaya baca bagi orang asli Papua sangat rendah sehingga mulai sekarang perlu membangkitkan budaya membaca dimulai di mana generasi muda tinggal. Entah di perkotaan maupun di perkampungan.

“Lemahnya budaya baca saat ini membuat banyak generasi muda pegunungan Papua jadi korban aneka penyakit sosial seperti seks bebas, isap aibon, isap ganja, pesta minuman keras bahkan angka pengangguran usia sekolah meningkat,” ujar Sepi. 

Pihaknya berharap agar melalui ketersediaan buku bacaan generasi muda terbuka peluang memahami beragam sumber informasi bahkan ilmu pengetahuan. Buku, katanya, adalah jendela dunia karena melalui buku setiap orang tahu berbagai informasi dan ilmu pengetahuan yang tersaji.

“Kami berharap agar saat sudah ada buku baru generasi muda tak bosan membaca. Dengan demikian, akan memberi spirit dan penebar dan penyalur informasi kepada orang lain. Kita menjadi berkat bagi sesama di sekitar kita,” kata Sepi. (*)