JAKARTA, ODIYAIWUU.com — Gubernur Akademi Bela Negara (ABN) NasDem Mayjen (Purn) I Gusti Kompyang Manila alias IGK Manila, Senin (18/8), meninggal dunia di Rumah Sakit Bunda, Jakarta Pusat.
Ketua Bidang Media dan Komunikasi Publik Dewan Pimpinan Pusat Partai NasDem H. Charles Meikyansah meneruskan kabar duka berpulangnya IGK Manila, purnawirawan Perwira Tinggi Tentara Nasional Indonesia (TNI) melalui pesan berantainya.
“Turut berdukacita atas berpulangnya opa Manila (Senin, 18/8) hari ini di Rumah Sakit Bunda, Jakarta,” ujar Charles Meikyansah di Jakarta, Senin (18/8).
Ketua Umum Partai NasDem H. Surya Dharma Paloh mengenang Almarhum Manila sebagai sosok penuh dedikasi dan pengabdian semasa hidup. Melalui Akademi Bela Negara, kata Surya, Manila memberi kontribusi besar dalam mencetak kader-kader muda NasDem dengan menanamkan semangat perjuangan dan cinta Tanah Air.
Surya Paloh, politisi senior Indonesia dan pengusaha nasional melukiskan pengabdian tanpa pamrih Manila kepada bangsa dan negara. Surya juga memuji ketulusan persahabatan yang jarang ditemui.
“Saya katakan sejujurnya kepada semua betapa sosok I Gusti Kompyang Manila ini mendedikasikan diri, waktu, tenaga, pikiran, dan semua energi yang dimilikinya untuk satu yang dikehendakinya memberikan kontribusi yang amat sangat bermanfaat, tidak terbatas kepada kepentingan diri atau kelompok, tapi untuk masyarakat dan bangsa yang kita cintai,” ujar Surya saat perayaan ulang tahun ke-83 IGK Manila di Kampus ABN NasDem, Jakarta Selatan, Selasa (8/7).
Bos Media Group itu juga mengisahkan, Manila adalah salah seorang sosok di balik sukses Operasi Ganesha 1982. Manila di mata Surya juga bukan sekadar teman biasa, melainkan seorang sahabat sejati.
“Termasuk orang-orang yang memiliki keberuntungan mengenal sosok ini. Dia adalah sahabat, bukan sekadar teman. Sahabat dalam terminologi yang saya pahami bisa menerima bukan hanya kehebatan kita, tapi juga kelemahan-kelemahan kita. Itu ada pada diri IGK Manila,” kata Surya lebih lanjut.
Penghormatan terakhir ini akan digelar di Kantor ABN NasDem, Jakarta Selatan. “Jenazah akan disemayamkan di Aula ABN untuk memberikan kesempatan bagi keluarga, sahabat, dan handai taulan memberikan penghormatan terakhir,” ujar Sekretaris Jenderal Partai NasDem Hermawi F Taslim di Jakarta, Senin (18/8).
Menurut Taslim, NasDem juga akan menggelar upacara pelepasan jenazah untuk dilanjutkan proses kremasi. Kegiatan ini akan dilaksanakan pada Rabu (20/8) pukul 11.00 WIB.
“Sebelum pemberangkatan, akan dilaksanakan upacara kebesaran di ABN sebagai penghormatan atas jasa dan pengabdian almarhum kepada bangsa dan negara,” kata Taslim.
Manila lahir di Singaraja Bali 8 Juli 1942. Pengabdiannya sebagai anggota TNI dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal TNI Angkatan Darat. Selain itu, Manila pernah menjadi manajer timnas sepak bola Indonesia saat meraih medali emas SEA Games 1991.
Manila adalah salah satu dari 15 perwira remaja pertama lulusan Akademi Militer Nasional (AMN) dengan kecabangan Corps Polisi Militer (POM). Karier meroket hingga menduduki jabatan strategis dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal TNI AD.
Sejumlah posisi penting pernah diemban mulai dari Kapomdam IV/Sriwijaya, Dan Pusdik POM hingga Staf Ahli Panglima Angkatan Bersenjata (Pangab). Manila dikenal sebagai perwira yang disiplin dan dekat dengan dunia kepemudaan.
Ia dipercaya menjadi Ketua Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) tahun 1995 dan aktif di organisasi sipil seperti Orari dengan callsign radio amatir YB0AA.
Di luar militer, IGK Manila dikenal luas sebagai Bapak Wushu Indonesia berkat dedikasinya mengembangkan cabang olahraga bela diri tersebut di tanah air. Tak hanya itu, namanya melejit saat menjadi manajer olahraga. Dia sukses membawa Timnas Indonesia meraih emas SEA Games 1991 di Manila, sebuah prestasi langka yang masih dikenang hingga kini.
Manila juga pernah menjadi manajer Persija Jakarta lalu mengantarkan Persib Bandung Raya menjuarai Liga Indonesia 1996. Ia sosok yang keras, tegas namun mampu menanamkan disiplin dan mental juara bagi para pemain.
Manila menempuh berbagai pendidikan militer bergengsi. Di antaranya Akademi Militer Nasional (1964), Susarbang Paja POM (1965), Raider (1968), Seskoad (1977), dan Sus Sospol ABRI (1991).
Karier militernya penuh pengalaman operasi, mulai dari Operasi Penumpasan G30S/PKI, Dwikora, PGRS hingga bergabung dalam Kontingen Garuda VII UNEF di Timur Tengah. Manila mengoleksi sederet tanda jasa antara lain Satya Lencana GOM VIII, Wira Dharma, Seroja, hingga Bintang Yudha Dharma. (*)