Timor Leste Akan Melampaui Indonesia

Timor Leste Akan Melampaui Indonesia. Gambar ilustrasi: Odiyaiwuu.com

Loading

TIMOR LESTE dulu dianggap negara gagal—miskin, terbelakang, dan bergantung pada belas kasihan dunia. Tapi lihatlah hari ini: negeri kecil itu justru menampakkan wajah kemajuan yang lahir dari sesuatu yang sudah lama hilang di Indonesia—”kepemimpinan yang melayani.”

Perdana Menteri Xanana Gusmão bukanlah pejabat glamor yang sibuk membangun pencitraan. Ia berjalan di tengah rakyat, menatap mereka, mendengar mereka, dan bekerja dengan kesederhanaan yang tulus. Ia bukan “bapak bangsa” yang menuntut penghormatan, melainkan pelayan yang memberi teladan. Dalam setiap sikapnya, rakyat melihat kejujuran—dan di situlah letak kekuatan yang membuat Timor Leste melesat pelan tapi pasti.

Sementara itu, Indonesia terperangkap dalam labirin kekuasaan yang penuh sandiwara. Pemimpin datang dan pergi, tapi yang tersisa hanya janji dan pencitraan. Mereka berbicara tentang kesejahteraan, tapi menumpuk kekayaan. Mereka mengatasnamakan rakyat, tapi mengkhianati amanahnya. Negeri besar ini sedang tenggelam dalam kemewahan palsu, di mana jabatan lebih berharga daripada moral dan kebenaran.

Timor Leste tidak punya sumber daya sebesar Indonesia, tapi punya satu hal yang jauh lebih mahal: kepercayaan rakyat kepada pemimpinnya. Dan dari kepercayaan itulah lahir energi kemajuan yang tak bisa dibeli dengan proyek triliunan. Mereka tidak membangun menara, tapi membangun martabat. Mereka tidak mengejar pertumbuhan ekonomi semu, tapi menanam kejujuran dan disiplin.

Di Indonesia, rakyat sudah terlalu sering ditipu oleh wajah-wajah manis politik. Birokrasi dikelola seperti bisnis keluarga, partai menjadi mesin dagang, dan jabatan menjadi barang lelang. Kata “melayani” kini hanya slogan di spanduk. Padahal, tanpa jiwa melayani, negara sebesar apa pun akan keropos dari dalam.

Timor Leste justru memilih jalan sunyi yang tidak populer: memimpin dengan hati! Mereka tidak tergoda untuk meniru gaya mewah tetangganya. Mereka tahu bahwa bangsa besar tidak diukur dari panjang jalan tol, tapi dari lurusnya hati para pemimpinnya. Karena itu, mereka tumbuh dengan arah yang benar, dengan rasa malu yang masih hidup, dan nurani yang belum dijual.

Jika arah ini terus dijaga, maka bukan mustahil dalam beberapa dekade ke depan Timor Leste akan melampaui Indonesia—bukan dalam jumlah penduduk atau kekuatan ekonomi, melainkan dalam kualitas kepemimpinan dan kehormatan bangsa.

Dan ketika hari itu tiba, dunia akan menyaksikan ironi terbesar di Asia Tenggara: negara kecil yang dulu dijajah Indonesia kini berdiri lebih bermartabat, lebih bersih, dan lebih dipercaya.

Karena pada akhirnya, sejarah selalu berpihak kepada yang jujur. Dan kejujuran—itulah yang kini membuat Timor Leste berlari meninggalkan Indonesia. (Editor)