OKSIBIL, ODIYAIWUU.com — Sekretaris Jenderal (Sekjen) Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr Paskalis Bruno Syukur, OFM, Selasa (21/10) tiba di Bandara Oksibil, Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan.
Kedatangan Uskup Paskalis dalam rangka menghadiri Perayaan 100 Tahun Kongregasi Suster Fransiskan Santa Lusia (KSFL) di Indonesia.
Tiba di Bandara Oksibil, Mgr Paskalis yang juga Uskup Keuskupan Bogor, Jawa Barat, disambut meriah oleh umat Katolik dan masyarakat setempat dengan tarian adat serta lagu-lagu pujian khas daerah.
Suasana penuh sukacita ini dihadiri oleh tokoh masyarakat, panitia pelaksana, para suster KSFL serta umat Paroki Roh Kudus Mabilabol, Dekanat Pegunungan Bintang, Keuskupan Jayapura.
Personel Satuan Tugas (Satgas) Komando Pasukan Gerak Cepat (Korpasgat) yang bertugas di Bandara Oksibil turut memastikan operasional bandara berjalan aman dan kondusif selama proses kedatangan Mgr Paskalis. Para personel Satgas Korpasgat hadir secara profesional dan humanis, mendukung suasana tertib tanpa mengganggu jalannya penyambutan.
Komandan Pos (Danpos) Satgas Korpasgat Oksibil Kapten Pas Achmad Rifai, S.Tr.(Han) menjelaskan peran Satgas dalam pengamanan teknis bandara.
“Kami memastikan operasional bandara tetap aman dan tertib selama kedatangan Uskup. Ini bagian dari tugas kami, sekaligus bentuk penghormatan terhadap kegiatan keagamaan yang membawa semangat persaudaraan dan kedamaian di wilayah ini,” ujar Achmad Rifai.
Mgr Paskalis, Uskup kelahiran Manggarai, Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur, menyampaikan apresiasinya atas dedikasi para suster KSFL para misionaris yang telah melayani umat di wilayah Papua selama satu abad di kabupaten bertajuk Tanah Aplim Apom.
“Pelayanan mereka adalah bukti kasih Allah yang nyata, diwujudkan dalam kerja sederhana namun penuh cinta bagi umat, termasuk di pelosok seperti Pegunungan Bintang,” ujar Mgr Paskalis.
Setelah penyambutan, Uskup Paskalis melanjutkan kunjungannya ke Gereja Katolik Distrik Oksibil untuk memimpin Misa dan Perayaan Syukur bersama umat serta komunitas religius.
Perayaan ini menjadi momentum penting, tidak hanya bagi umat Katolik, tetapi juga bagi seluruh masyarakat Pegunungan Bintang.
Kolaborasi antara masyarakat adat, gereja, dan aparat keamanan mencerminkan semangat persaudaraan lintas budaya dan iman yang terus tumbuh di tengah keberagaman Indonesia. (*)