Oleh: Yakobus Dumupa
(Pembelajar Hubungan Internasional dan Isu-isu Global, tinggal di Nabire, Tanah Papua)
PERTANYAAN mengenai kemungkinan pembebasan Marwan Barghouti kembali mencuat setelah kesepakatan tahap pertama antara Israel dan Hamas disepakati pada 9 Oktober 2025. Tokoh yang dijuluki “Mandela Palestina” ini selama dua dekade terakhir menjadi simbol perjuangan nasional Palestina. Namanya berkali-kali muncul dalam daftar tuntutan Hamas dalam berbagai perundingan pertukaran tahanan, tetapi selalu dihapus oleh Israel di detik-detik akhir.
Pertanyaannya kini sederhana tetapi sangat menentukan: apakah Israel akan berani membebaskan Barghouti, atau justru terus mempertahankannya sebagai tahanan politik paling berpengaruh di Timur Tengah?
Simbol Perlawanan yang Hidup
Bagi rakyat Palestina, Marwan Barghouti bukan sekadar tokoh politik. Ia adalah simbol perlawanan dan penderitaan. Lahir pada 6 Juni 1959 di desa Kobar dekat Ramallah, ia tumbuh di tengah pendudukan militer Israel atas Tepi Barat. Sejak muda, ia telah aktif dalam gerakan perlawanan, bergabung dengan Fatah pada 1970-an. Saat Intifada Pertama meletus pada 1987, ia menjadi salah satu aktivis terdepan dalam mengorganisasi demonstrasi, aksi mogok, dan perlawanan sipil terhadap pendudukan.
Popularitasnya melonjak tajam pada masa Intifada Kedua di awal 2000-an. Saat itu, Barghouti muncul sebagai sosok yang bukan hanya vokal menentang Israel, tetapi juga menyerukan kesatuan di antara faksi-faksi Palestina. Keberadaannya menjadi ancaman serius bagi strategi politik Israel yang selama ini mengandalkan perpecahan internal Palestina sebagai penyeimbang kekuatan.
Pada 15 April 2002, Barghouti ditangkap oleh pasukan Israel. Dua tahun kemudian, pengadilan Israel menjatuhinya lima hukuman seumur hidup plus 40 tahun penjara atas tuduhan terlibat dalam serangan mematikan terhadap warga sipil Israel. Ia menolak pengadilan tersebut, menyebutnya tidak sah karena digelar oleh negara penjajah. Sejak saat itu, ia menjadi tahanan paling terkenal dalam sejarah modern konflik Israel–Palestina.
Popularitas yang Menakutkan Israel
Israel bukan tidak sadar bahwa membebaskan Barghouti sama artinya melepaskan figur paling populer di dunia politik Palestina saat ini. Sejumlah survei yang dilakukan Palestinian Center for Policy and Survey Research (PSR) pada 2023–2024 menunjukkan bahwa jika pemilihan presiden Palestina dilakukan hari ini, Barghouti akan menang telak, baik melawan Mahmoud Abbas dari Fatah maupun tokoh Hamas manapun.
Kepopulerannya tidak hanya bersumber dari citra sebagai “pahlawan perlawanan”, tetapi juga dari posisi politiknya yang unik. Berbeda dengan sebagian tokoh Fatah yang dianggap terlalu dekat dengan Israel atau kelompok Hamas yang dicap ekstremis oleh Barat, Barghouti berada di tengah — dihormati oleh kedua belah pihak. Ia dikenal vokal mendukung two-state solution (solusi dua negara), namun tetap keras terhadap pendudukan. Dalam lanskap politik Palestina yang terfragmentasi, Barghouti menjadi jembatan yang sangat berbahaya bagi Israel.
Pemerintah Israel tahu bahwa jika Barghouti bebas, ia berpotensi menyatukan rakyat Palestina dalam satu kepemimpinan kuat yang didukung luas. Ini merupakan skenario terburuk bagi strategi jangka panjang Israel, yang lebih nyaman menghadapi Palestina dalam keadaan terpecah-belah.
Ancaman Strategis, Bukan Militer
Banyak tokoh Hamas yang ditahan Israel, tetapi tidak ada satu pun yang membuat elite politik Israel sewaspada Barghouti. Alasannya bukan karena ia memiliki kekuatan militer, melainkan karena ia memiliki kekuatan politik dan simbolik.
Barghouti sudah lebih dari 20 tahun dipenjara, namun popularitasnya tak pernah surut. Ia menulis dari balik jeruji, memberikan pesan politik, dan menjadi rujukan moral bagi banyak aktivis muda Palestina. Ia bahkan dianggap satu-satunya figur yang dapat memulihkan kepercayaan publik terhadap proses politik Palestina yang selama ini dianggap mandek dan korup.
Inilah sebabnya mengapa pemerintah Likud dan koalisi sayap kanan Israel menolak tegas pembebasannya. Mereka menganggap Barghouti sebagai “bom waktu politik” yang jika dilepaskan akan mengguncang keseimbangan kekuatan di kawasan. Dalam logika keamanan Israel, Barghouti lebih aman di dalam sel penjara ketat daripada di panggung politik Palestina.
Posisi dalam Kesepakatan Israel–Hamas Terbaru
Kesepakatan tahap pertama yang ditandatangani pada 9 Oktober 2025 memberikan sinyal penting. Israel dan Hamas sepakat melakukan pertukaran 250 tahanan Palestina dengan sandera Israel yang ditahan di Gaza. Dalam daftar nama yang diumumkan secara resmi oleh pemerintah Israel, tidak ada nama Marwan Barghouti.
Padahal, menurut pernyataan pejabat senior Hamas Mousa Abu Marzouk (10 Oktober 2025), Hamas sejak awal menuntut pembebasan Barghouti sebagai salah satu syarat utama dalam negosiasi. “Kami tidak akan pernah melupakan Barghouti,” ujar Marzouk seperti dikutip Associated Press. Namun Israel menolak mentah-mentah. Seorang pejabat keamanan Israel mengatakan secara terbuka, “Barghouti bukan tahanan biasa. Ia terlalu berbahaya untuk dibebaskan.”
Penolakan ini menunjukkan betapa besar posisi Barghouti dalam kalkulasi politik Israel. Dalam logika Tel Aviv, membebaskan 250 tahanan biasa mungkin masih bisa dikendalikan. Tapi membebaskan satu Marwan Barghouti dapat mengubah peta politik Palestina secara fundamental.
Penegasan Resmi: Netanyahu Menolak Pembebasan Barghouti
Menjelang penandatanganan kesepakatan gencatan senjata, kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengeluarkan pernyataan tegas: Marwan Barghouti tidak akan dibebaskan! Juru bicara pemerintah Israel, Shosh Bedrosian, menyatakan bahwa Israel tidak memasukkan nama tokoh Palestina paling populer itu dalam daftar tahanan yang akan dibebaskan. Pernyataan ini disiarkan melalui Ynet News dan dikonfirmasi oleh Al Jazeera pada 9 Oktober 2025.
Lebih lanjut, Israel juga memberlakukan veto total terhadap enam pemimpin tinggi Palestina — termasuk Barghouti — yang diperjuangkan Hamas dalam proses negosiasi. Netanyahu secara pribadi menyetujui langkah ini. Menurut laporan The Cradle, Israel menilai pembebasan Barghouti akan menjadi “ancaman langsung terhadap stabilitas keamanan nasional Israel” dan dapat memperkuat posisi politik Palestina secara signifikan.
Dengan pernyataan resmi ini, posisi Israel menjadi sangat jelas: pembebasan Marwan Barghouti bukan sekadar masalah hukum atau keamanan, melainkan keputusan politik strategis dari kantor perdana menteri itu sendiri.
Tekanan dari Hamas dan Mediator
Meskipun ditolak, desakan untuk memasukkan nama Barghouti ke dalam kesepakatan pertukaran terus menguat. Delegasi Hamas di Kairo dan Ankara menekankan bahwa pembebasan Barghouti akan menjadi “langkah simbolik penting menuju rekonsiliasi nasional Palestina.”
Mediator dari Mesir, Qatar, dan Turki pun dikabarkan mencoba menyusun “paket diplomatik” tahap lanjutan yang membuka kemungkinan pembebasan tokoh-tokoh kelas berat Palestina — termasuk Barghouti — pada tahap negosiasi selanjutnya. Namun posisi Israel masih sangat keras. Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir bahkan secara provokatif mengunjungi penjara tempat Barghouti ditahan pada pertengahan Agustus 2025. Dalam pernyataan yang dikutip Reuters, Ben-Gvir mengatakan: “Orang ini tidak akan pernah keluar. Tidak selama kami berkuasa.”
Pernyataan semacam ini tidak hanya memperlihatkan kerasnya sikap Israel, tetapi juga menggambarkan ketakutan mendalam terhadap potensi Barghouti di masa depan.
Figur yang Bisa Menyatukan Palestina
Salah satu alasan utama Israel menahan Barghouti adalah kemampuannya menyatukan faksi Palestina yang terpecah. Sejak perpecahan antara Hamas dan Fatah pada 2007, rakyat Palestina hidup dalam dua entitas politik terpisah: Gaza yang dikuasai Hamas, dan Tepi Barat yang dikendalikan Otoritas Palestina (Fatah). Upaya rekonsiliasi nasional berkali-kali gagal karena ketiadaan figur pemersatu yang netral dan disegani oleh kedua pihak.
Barghouti adalah satu dari sedikit tokoh yang memenuhi syarat itu. Ia adalah kader Fatah, tetapi dihormati oleh Hamas. Ia memiliki pengalaman politik panjang, kharisma personal, dan simbol perlawanan yang kuat. Jika bebas, besar kemungkinan ia akan menjadi kandidat paling kuat dalam pemilihan presiden Palestina — atau bahkan pemimpin transisi yang menyatukan Palestina di bawah satu payung politik.
Bagi Israel, skenario ini berbahaya. Lawan yang bersatu jauh lebih sulit dihadapi dibanding lawan yang terpecah belah.
Antara Tekanan Global dan Politik Dalam Negeri Israel
Isu pembebasan Barghouti juga menjadi medan tarik-menarik antara tekanan global dan kepentingan politik dalam negeri Israel.
Sejumlah negara Eropa, PBB, dan berbagai organisasi hak asasi manusia telah berulang kali menyerukan pembebasannya, menyebut hukuman seumur hidup terhadapnya sebagai bentuk penghukuman politik yang bertentangan dengan prinsip hukum internasional. Namun pemerintah Israel — terutama di bawah tekanan kelompok sayap kanan — memilih bersikap keras.
Bagi Netanyahu, membebaskan Barghouti berpotensi melemahkan posisinya di dalam negeri. Ia akan dicap “lemah” oleh para pendukungnya, terutama kelompok ultranasionalis dan religius garis keras. Karena itu, selama konstelasi politik Israel masih dikendalikan sayap kanan, peluang pembebasan Barghouti tetap sangat kecil.
Kesimpulan: Simbol yang Menakutkan
Jika ditanya apakah Israel akan membebaskan Marwan Barghouti dalam waktu dekat, jawabannya realistis: kemungkinan itu kecil, setidaknya selama pemerintahan sayap kanan masih berkuasa. Barghouti bukan hanya seorang tahanan — ia adalah simbol politik, figur pemersatu, dan ancaman strategis terhadap status quo.
Israel lebih rela membebaskan ratusan tahanan lain daripada membebaskan satu orang yang memiliki daya ledak politik seperti Barghouti. Namun di sisi lain, tekanan internasional dan desakan dari Hamas tidak akan berhenti. Semakin lama ia ditahan, semakin besar pula simbol perlawanan yang melekat pada namanya.
Sejarah menunjukkan bahwa tokoh semacam ini seringkali tidak dikalahkan oleh tembok penjara. Mereka justru menjadi lebih kuat dalam diam. Mungkin bukan hari ini atau besok, tapi jika momentum politik berubah, nama Marwan Barghouti bisa saja menjadi kunci dari babak baru perjuangan rakyat Palestina.
Bagi Israel, inilah paradoks yang sulit dihindari: menahan Barghouti berarti menahan sebuah simbol, tetapi semakin lama ia ditahan, semakin besar bayangannya di luar jeruji.