DAERAH  

Pengungsi Intan Jaya yang Dituding Anggota OPM Ditangkap di Nabire, Satgas Cartenz Menyebut Sebaliknya

Siprianus Weya, warga sipil dan pengungsi asal Kabupaten Intan Jaya yang ditangkap Satgas Damai Cartenz di Kepolisian Sektor (Polsek) Topo, Kepolisian Resor Nabire, Polda Papua Tengah, Rabu (20/8. Siprianus bersama warga sipil lainnya mengungsi ke hutan dan Kabupaten Nabire, Puncak Jaya, Puncak serta Mimika akibat konflik yang melanda Intan Jaya. Foto: Istimewa

Loading

NABIRE, ODIYAIWUU.com — Manajemen Markas Pusat Komando Nasional (Komnas) Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat, sayap militer Organisasi Papua Merdeka (TPNPB OPM) mengatakan, Kamis (21/8) pihaknya menerima laporan dari Papua Intelijen Service (PIS) TPNPB di Nabire ihwal penangkapan enam orang warga sipil di Distrik Topo, Kabupaten Nabire, Papua Tengah pada Rabu (20/8) sekitar jam 17.55 WIT.

“Kami menerima informasi dari PIS TPNPB dari Nabire bahwa enam orang warga sipil itu mengungsi dari Kabupaten Intan Jaya ke Nabire,” ujar Juru Bicara Komnas TPNPB OPM Sebby Sambon melalui keterangan yang diperoleh dari Intan Jaya, Papua Tengah, Jumat (22/8).

Menurut Sebby, warga sipil tersebut mengungsi karena kampungnya di Intan Jaya menjadi sasaran operasi militer Indonesia. Banyak warga sipil Intan Jaya mengungsi ke hutan. Ada juga yang mengungsi ke Nabire. Mereka yang ditangkap aparat keamanan adalah warga sipil.

Sebby mengatakan, warga sipil yang ditangkap di Distrik Topo adalah Jemi Mirip, Botanus Agimbau, Meinus Mirip, Yupinus Weya, Melianus Mirip, dan Siprianus Weya. Mereka adalah warga sipil yang tinggal di Distrik Sugapa. 

“Karena kampung mereka terus menjadi sasaran kontak senjata antara aparat militer indonesia dengan TPNPB sejak 2019 sehingga mereka hidup tidak aman di Intan Jaya, sehingga terpaksa mengungsi ke Nabire. Namun mereka ditangkap dan dituduh sebagai anggota TPNPB. Tudingan itu tidak benar. Faktanya mereka adalah warga sipil,” kata Sebby lebih lanjut.

Pihak Manajemen Markas Pusat Komnas TPNPB juga mengingatkan aparat keamanan Indonesia untuk menghentikan upaya kriminalisasi terhadap enam warga sipil yang ditangkap. Mereka semua itu tampak berambut gimbal dan kumis tebal. 

“Di Papua, terutama wilayah Pegunungan Tengah, orang yang berambut gimbal dan kumis tebal adalah identitas budaya dan ekspresi diri dan simbol kebanggaan atas identitas lokal di seluruh tanah Papua. Kami minta aparat keamanan Indonesia menghentikan kriminalisasi terhadap enam warga sipil yang sudah ditangkap,” kata Sebby.

Pihak Komnas TPNPB juga menghimbau kepada aparat keamanan Indonesia untuk segera membebaskan enam warga sipil yang tak bersalah karena mereka tidak terlibat dalam aksi pembunuhan terhadap dua anggota Brimob di kilometer 128 Nabire. 

“Kasus pembunuhan terhadap dua anggota brimob adalah murni dilakukan oleh TPNPB Kodap VIII Intan Jaya di bawah pimpinan Komandan Batalyon D Dulla Mayor Aibon Kogoya. Sehingga penangkapan terhadap enam warga sipil asal Intan Jaya yang mengungsi ke Nabire tidak tepat sasaran sehingga segera dibebaskan,” ujar Sebby.

Menurutnya, banyak warga sipil sudah mengungsi dari kampung mereka di Intan Jaya tujuan Mimika, Puncak Ilaga, dan Nabire. Pengungsian tersebut hingga kini masih terus terjadi sehingga aparat keamanan Indonesia diminta untuk hentikan melakukan penangkapan sewenang-wenang terhadap warga sipil yang menjadi korban selama konflik bersenjata terjadi di Intan Jaya. 

“Manajemen Markas Pusat Komnas TPNPB juga menegaskan kepada semua pihak untuk dapat menangani para pengungsi di Intan Jaya agar tidak menjadi korban susulan dalam aksi penangkapan yang dilakukan oleh aparat keamanan Indonesia,” kata Sebby lebih lanjut.

Sementara itu, Satuan Tugas (Satgas) Operasi Damai Cartenz menyebut, anggota kelompok kriminal bersenjata Siprianus Weya yang ditangkap di Nabire terlibat penembakan dua anggota Brimob. Siprianus Weya disebut terlibat dalam aksi penembakan dua anggota Brimob saat mengawasi pekerjaan Jalan Trans Nabire.

“Satgas Operasi Damai Cartenz berhasil mengamankan Siprianus Weya, salah satu anggota kelompok kriminal bersenjata pimpinan Aibon Kogoya alias Daniel Kogoya. Penangkapan ini berkaitan dengan kasus pembunuhan terhadap Brigpol Arif Maulana dan Bripda Nelson Runaki,” ujar Kepala Operasi Damai Cartenz Brigjen Faizal Ramadhani melalui keterangan tertulis kepada wartawan, Kamis (21/8).

Siprianus Weya ditangkap Satgas Damai Cartenz di wilayah Kepolisian Sektor (Polsek) Topo, Nabire, pada Rabu (20/8) sekitar pukul 17.55 WIT. Siprianus disebut berperan sebagai dokumentator aksi kelompok kriminal bersenjata pimpinan Aibon dalam insiden penembakan di KM 128 di Distrik Siriwo pada Rabu (13/8).

Ramadhani mengatakan, video pernyataan sikap kelompok tersebut direkam menggunakan ponsel yang kini sudah diamankan sebagai barang bukti. Video yang direkam tersebut selanjutnya dikirim ke Yosua Waker melalui aplikasi WhatsApp.

“Selain Siprianus, lima orang lain turut diamankan, yakni Jemi Mirip, Botanus Agimbau, Meinus Mirip, Yupinus Weya, dan Melianus Mirip. Satgas Ops Damai Cartenz juga menyita sejumlah barang bukti berupa jaket, noken, telepon genggam, hingga perlengkapan pribadi lain,” kata Ramadhani.

Dari hasil pemeriksaan, ujar Ramadhani, diketahui Siprianus merupakan anggota bagian media Kelompok Kriminal Bersenjata Komando Daerah Pertahanan (Kodap) III D Dulla dengan wilayah operasi meliputi Intan Jaya hingga Paniai. Siprianus juga disebut terlibat dalam aksi penembakan yang menewaskan dua anggota Polri serta perampasan dua pucuk senjata api milik korban.

Kepala Satgas Hubungan Masyarakat Operasi Damai Cartenz Kombes Yusuf Sutejo mengimbau masyarakat untuk tidak terprovokasi dan tetap menjaga keamanan di wilayahnya.

“Kami mengajak seluruh masyarakat Kabupaten Nabire untuk tidak mudah terpengaruh oleh isu-isu menyesatkan dan selalu menjaga situasi kamtibmas tetap kondusif. Percayakan sepenuhnya proses penegakan hukum kepada Satgas Ops Damai Cartenz dan aparat kepolisian,” ujar Sutejo. (*)