DEKAI, ODIYAIWUU.com — Pihak Manajemen Markas Pusat Komando Nasional (Komnas) Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB OPM), Kamis (31/7) mengumumkan telah menangkap dan interogasi satu orang asli Papua (OAP) yang diduga menjadi mata-mata atau atau agen Indonesia.
Juru Bicara Komnas TPNPB OPM Sebby Sambom mengatakan, OAP yang dituding jadi agen Indonesia itu ditangkap di Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan pada Senin (28/7) sekitar pukul 08.16 WIT.
Dalam video berdurasi pendek yang beredar di jejaring media sosial (medsos), tampak seorang warga asli Papua dengan mulut dan hidung yang mengucurkan darah dalam posisi duduk dan berada di dalam pengawasan sejumlah orang.
“Dalam interogasi tersebut pelaku mengakui perbuatannya sehingga pasukan TPNPB membebaskannya. Kami menghimbau kepada seluruh orang Papua yang berada di wilayah perang di Yahukimo berhenti terlibat sebagai agen Pemerintah Indonesia,” ujar Sebby Sambon melalui keterangan yang diperoleh pada Kamis (31/7).
Menurut Sebby, pengumuman tersebut disampaikan setelah menerima laporan resmi dari pasukan TPNPB OPM Komando Daerah Perlawanan (Kodap) XVI Yahukimo dari Dekai, kota Kabupaten Yahukimo. Pihak Kodap XVI Yahukimo, sebut Sebby, melaporkan bahwa pada Selasa-Rabu (29-30/7) terjadi kontak senjata antara pihak OPM dengan aparat militer Indonesia.
“Kontak senjata itu mengakibatkan satu aparat Indonesia mengalami luka tembak dan satu unit mobil rantis terkena tembakan sehingga mengalami dua lobang besar. Sementara PIS TPNPB melaporkan bahwa satu aparat Indonesia yang terkena luka tembak telah dikirim ke kampung halamannya di Jakarta,” kata Sebby lebih lanjut.
Sebby menambahkan, pihak Manajemen Markas Pusat Komnas TPNPB menghimbau orang Papua yang terlibat menjadi agen pemerintah dan yang bertugas sebagai tentara, polisi dan pegawai negeri sipil untuk sadar dan berhenti menjadi budak negara Indonesia lalu menyukseskan misi operasi di Papua.
Misi tersebut, lanjut Sebby, mengakibatkan terjadinya penembakan dan pembunuhan terhadap warga sipil lalu melakukan eksploitasi sumber daya alam (SDA) Papua tanpa menghargai hak-hak masyarakat adat dengan tekanan aparat keamanan.
“Kami menghimbau agar hal-hal tersebut segera dihentikan dan seluruh orang Papua kembali bersatu memperjuangkan kemerdekaan bangsa Papua dari jajahan Indonesia,” ujar Sebby lebih lanjut. (*)