Tukang Iris Tuak "Sakti" di NTT: Berjalan di Atas Tali, Berpindah dari Satu Pohon Lontar ke Pohon Lain

Tukang Iris Tuak “Sakti” di NTT: Berjalan di Atas Tali, Berpindah dari Satu Pohon Lontar ke Pohon Lain

Pria tukang iris tuak “sakti” sedang berpindah dari satu pucuk pohon lontar yang tinggi ke pucuk pohon lontar lainnya bermodal seutas tali yang kedua ujungnya masing-masing diikat pada kedua pucuk lontar. Sumber: kupang.tribunnews.com, Selasa, 8 Agustus 2023

Loading

KUPANG, ODIYAIWUU.com — Sebuah video pendek berdurasi 30 detik memperlihatkan seorang pria sedang berpindah dari satu pucuk pohon lontar yang tinggi ke pucuk pohon lontar lainnya hanya dengan berjalan di atas seutas tali yang kedua ujungnya masing-masing diikat pada kedua pucuk pohon tersebut.

Mengutip kupang.tribunnews.com, Selasa (8/8), video yang memacu adrenalin ini sedang viral di sejumlah grup WhatsApp disertai keterangan “Hanya Ama sa yang bisa iris tuak dari pohon tuak lontar yang satu ke lontar lainnya” dan emotikon beberapa jempol dan tersenyum.

Tidak dicantumkan keterangan mengenai siapa tukang iris tuak “sakti” itu, lokasi dan kapan kejadian dalam video tersebut. Namun, dari keterangan tersebut, kita dapat menafsirkan bahwa berpindah dari satu pohon ke pohon lain dengan berjalan di atas tali bukan cara yang biasa, melainkan cuma orang tertentu yang memiliki keahlian dan lain-lain yang memungkinkannya bisa melakukan hal luar biasa tersebut.

Dari dialek yang digunakan dalam keterangan itu, kemungkinan video itu terjadi di Kupang, di Sabu, di Rote, di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur. Orang Kupang, Sabu, Rote dan Flores sudah biasa menyapa seorang pria dengan “ama” (saudara).

Seperti terlihat dalam video, dua utas tali mirip kabel listrik terentang antara pucuk lontar yang satu ke pucuk lontar lainnya berjarak sekitar 20 meter dengan posisi atas bawah.

Kemudian seorang pria yang mengenakan celana pendek putih dan kaos oranye berdiri memegang dahan lontar mulai melangkah menginjak tali, sementara dua tangannya memegang tali bagian atas yang serata dengan kepalanya bergerak maju mengikuti langkah kaki.

Di video tersebut tidak kelihatan jelas apa yang dikenakan pada kedua kakinya. Sepertinya dia mengenakan sepatu dengan kaos kaki hitam setinggi lutut. Saat dia berjalan, tali tampak lentur turun naik mengikuti berat badan.

Jalannya sempat terlihat sedikit oleng karena lekak-lekuk tali, tapi tidak sedikit pun dia lepas dari tali atau sekadar berhenti untuk mengamankan posisinya. Kedua kakinya tetap menginjak tali, sementara dua tangannya memegang erat tali di atasnya, sampai akhirnya dia hampir menyentuh dahan lontar yang dituju pada detik ke-30, saat video berakhir.

Tidak diketahui pasti apakah pria yang berjalan di atas tali tersebut adalah seorang tukang iris nira dari pohon lontar atau orang yang sekadar memperlihatkan kemampuan lalu disyuting untuk disebarluaskan.

Karena yang bersangkutan tidak terlihat membawa peralatan untuk iris tuak. Dari balik video terdengar suara orang, entah dari videografernya atau orang lain yang sedang menonton atau mengendalikan aksi tersebut.

Namun, kalau dikaitkan dengan latar belakang Nusa Tenggara Timur di mana populasi pohon lontarnya sangat banyak, mengiris tuak dari pohon lontar sudah menjadi budaya. Di beberapa tempat seperti di Kupang, Sabu, Rote dan Sumba dan Flores mengiris tuak dari lontar sudah menjadi pekerjaan rutin untuk menghidupi keluarga.

Di tempat yang ketiadaan pohon lontar, bahkan orang bisa mengiris dari pohon kelapa atau pohon enau, yang kemudian airnya diminum sendiri atau dijual untuk mendapatkan uang.

Kebanyakan air (nira) dari pohon tersebut dimasak lalu disuling dengan kualitas tertentu untuk menghasilkan sopi dengan kadar alkohol tertentu sehingga bisa disimpan lama atau dijual untuk keperluan adat atau pesta.

Meskipun kegiatan mengiris tuak pada orang NTT begitu membudaya, tidak semua orang bisa menjalani pekerjaan tersebut. Selain dibutuhkan keterampilan mengiris, pengiris juga harus memiliki keterampilan memanjat pohon lontar dan punya nyali (tidak merasa gamang pada posisi ketinggian).

Untuk orang yang tidak biasa apalagi tidak punya nyali, pekerjaan mengiris tuak merupakan pekerjaan menakutkan. Tetapi untuk orang yang punya nyali dan punya keterampilan, pekerjaan mengiris tuak merupakan pekerjaan yang menyenangkan. Ada yang mengiris sambil menyanyikan lagu-lagu kesayangannya.

Bagi mereka pekerjaan turun naik pohon bukan masalah. Tidak hanya pada siang hari, pada malam hari pun mereka berani panjat pohon lontar hanya dengan penerangan senter kepala.

Untuk memudahkan naik pohon lontar, sebelumnya pengiris membuat takik dengan jarak terjangkau atau mengikat bambu merapat pada batang pohon lontar di mana dia bisa naik sampai mencapai buah lontar yang mau diiris.

Dalam kenyataan, orang tidak hanya mengiris dari satu pohon lontar. Untuk meningkatkan jumlah nira yang dihasilkan, orang berani mengiris nira dari banyak pohon lontar. Itu artinya pengiris harus naik turun dari satu pohon ke pohon lainnya. Tentu saja memakan waktu dan melelahkan.

Mungkin demi efisiensi, maka ada pengiris yang berani meningkatkan keterampilan dan upayanya dengan, antara lain merentang tali dari pohon yang satu ke pohon lainnya, seperti yang terlihat dalam video tadi.

Jauh sebelum video ini, viral pula sebuah video yang memperlihatkan aksi seorang pengiris nira lontar yang berpindah dari pohon yang satu ke pohon lainnya dengan cara meloncat. Hanya dengan menjangkau ujung daun pohon lontar saja, dia sudah berhasil pindah ke pohon lontar lainnya.

Rawan kecelakaan memang, tetapi dengan memiliki keterampilan dan nyali untuk berjalan di atas tali atau meloncat, pengiris sudah bisa menghemat waktu dan terhindar dari kelelahan karena turun naik pohon.

Sekali lagi, tentu tidak semua orang bisa melakukannya. Hanya orang yang berani, tekun, ulet dan mencintai pekerjaan sebagai pengiris tuak bisa melakukannya. Proficiat!

Tinggalkan Komentar Anda :