Sejarah Misi Katolik di Kampung Yogonima, Kabupaten Jayawijaya - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan

Sejarah Misi Katolik di Kampung Yogonima, Kabupaten Jayawijaya

Kegiatan lepas sambut tahun baru umat Katolik di Kampung Yogonima pada 2-10 Januari 2024. Foto: Dok. Soleman Itlay

Loading

GEREJA Katolik Santo Yohanes Yogonima, Paroki Kristus Gembala Kita Pugima, Keuskupan Jayapura, Papua Pegunungan memiliki sejarah sendiri. Sejarah tersebut berkaitan dengan peran masyarakat adat lokal, misionaris, dan petugas katekis yang membangun kontak awal untuk mendirikan sebuah Gereja baru.

Selain itu, ada peristiwa-peristiwa penting yang berhubungan dengan pendirian gereja darurat, baptisan pertama dan peresmian gedung gereja permanen yang dipimpin oleh Uskup Emeritus Jayapura, Mgr Leo Laba Ladjar OFM melalui Ekaristi Kudus.

Peristiwa-peristiwa penting di bawah ini hanya ditulis secara garis besar. Namun, catatan lengkap mengenai “Sejarah Perkembangan Misi Katolik di Kampung Yogonima” ini akan dicatat dalam sebuah buku dan diarsipkan di kemudian hari. 

Berikut ini adalah ringkasan mengenai “Sejarah Perkembangan Misi Katolik di Kampung Yogonima, Distrik Itlawisage, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua Pegunungan”. Semoga catatan kecil ini menambah pengetahuan untuk merawat ingatan kolektif.

Tokoh masyarakat lokal

Tokoh awam yang berperan penting untuk mendirikan gereja Katolik, Kapela Santo Yohanes Yogonima adalah Howalin Weakhalok Itlay. Dia ini yang nantinya Tuhan pakai untuk mengajak semua orang guna membangun gereja baru.

Weakhalok pernah mengikuti sekolah mula-mula di Lukaken, tapi tidak serius. Bakal tidak tahu baca tulis. Buta aksara masih melekat dalam dirinya, tapi Tuhan pakai dengan cara paling sederhana dan apa adanya.

Weakhalok menjadi tokoh sentral yang dapat menggerakkan sejumlah tokoh awam dari kalangan masyarakat adat lokal setempat. Semua klan Itlay, Hisage, Pawika, Mulait, Halitopo, Oagay, Molama dan lainnya sejak awal ikut berperan aktif atas ajakannya untuk mendirikan gereja sendiri.

Mereka yang ia ajak pada mula-mula, antara lain Hageyarogo Harto Itlay, Hupalogo Itlay, Howalin Lemon Itlay, Aweak Itlay, Inyokotna Itlay, Kepuaike Itlay, Wumane Itlay, Wamanuok Itlay, Yokoma Itlay, Hakiiklek Itlay, Wasilagama Itlay, Lilareke Itlay dan lainnya.

Selain itu, ada lagi Imagare Hisage, Waraloklek Hisage, Ena, Yoel, Wasugunsalek Hisage, Mayai Lalegen Pawika, Kira, Tinus Hisage, Yogotuklek Hisage, Holomi Hisage, Areakma Hisage, Kepuelu Halitopo, Inukalok Mulait, Hawel Mulait, Homok Hisage, Wuluwarek Pawika, Sayurai Hisage, Welaluk Lagowan, Hialisa Hisage, Minugi Hisage, Yewisaken Hisage, Hokowen Hisage, Hesun Hisage dan masih banyak lagi.

Tidak hanya itu, tokoh-tokoh perempuan juga ikut terlibat aktif. Istri dari tokoh-tokoh adat dan gereja yang disebutkan diatas ikut berperan penting. Mereka adalah Elawohe Hisage, Homo Hisage, Yokohe Yusmina Halitopo, Kulawaga Eyiiklek Hisage, Pasete Hisage, Awarin Itlay, Wiwuke Itlay, Sueruke Oagay, dan masih banyak lagi.

Dari kalangan anak-anak muda yang berperan aktif untuk mendirikan gereja ini, antara lain Sogopun Ananias Hisage, Towai Benny Halitopo, Zeth Lagowan, Michael Itlay, Obet Hisage, Carlos Oagay, Yeremias Hisage, Hakai Hisage, Wilem Hisage, Paulina Itlay dan lainnya.

Tokoh misionaris

Pastor Audifax Arie Apemosi Blokdijk, OFM menjadi tokoh misi Katolik yang merintis lembah Hugulama pertama. Ia tiba pada 5 Februari 1958 bersama Anton Ano dan Dionisius Lenk Maunda (Waris, Keerom).

Keduanya menjadikan Wisagenya, Wesaput sebagai pusat misi Katolik pertama. Tempat itu sekarang berdirilah sebuah monumen bersejarah yang dalam bahasa Hugula disebut Olinmo, yang artinya tempat bekas pemukiman rumah. 

Pada Minggu, 9 Februari 1958 memimpin Ekaristi Kudus pertama kali di sini. Sekitar 20 orang terlibat dalam perayaan Ekaristi. Sebagian dari petugas katekis, pegawai Belanda (tentara) dan lainnya.

Selain itu, Uskup Rudolf Staverman, OFM pun mempunyai andil yang besar. Uskup Staverman tiba dari Jayapura pada 19 Januari 1958 dan memimpin Ekaristi pertama kali di Olinmo. Ekaristi ini menandai akan memulainya misi perintisan di beberapa wilayah, termasuk Paroki “Kristus Gembala Kita” Pugima.

Untuk wilayah aliansi Itlawisage, pertama dirintis oleh Pastor Nico Verheyen OFM –sebelumnya tim ekspedisi dari Richard Achbold pertama kali masuk di Seterekama. Ia merupakan misionaris kedua yang tiba di Lembah Hugulama pada 10 September 1958 setelah Apemosi Blokdijk, OFM.

Pastor Nico Verheyen tiba di kampung Lukaken pada Maret 1966. Mulanya hendak membuka pos di Lembah Pugima, tetapi sulit karena CAMA sudah masuk lebih dulu.

Karenanya, ia mulai bergerak dari gunung Itlawisage turun ke lembah Pugima. Hal ini ditandai dengan pembukaan pos misi pertama di Lukaken. Dari sinilah misi Katolik di wilayah Pugima, termasuk Itlawisage dan Itlay-Lokowal mulai berkembang.

Orang-orang tua yang mendirikan gereja di Kampung Yogonima juga mulanya ikut sembahyang dan sekolah di Lukaken. Tetapi lama-lama kemudian, mulai berpikir untuk bangun gereja sendiri di kampung ini.

Tokoh petugas katekis

Wenewolok atau pewarta pertama di Kapela Santo Yohanes Yogonima adalah Bartolomeus Mulait. Ia berasal dari Kampung Minimo. Dulu ia menjadi katekis di Lukaken, tetapi kemudian setelah kapela ini berdiri, ia menjadi pewarta mula-mula di sini. Selain mengajar katekese di kampung Lukaken, Sagesalo dan Kemisake, ia melayani umat.

Kalau pagi jam 7 atau 8 melayani di Lukaken, maka pukul 9 atau 10 mengajar di Yogonima. Setelah itu, lanjut lagi di Kemisake. Hal itu dilakukan secara rutin hingga orang-orang tua panggil dia menjadi kepala kampung di Minimo. 

Selama tugas di Lukaken, Yogonima dan Kemisake, ia tinggal dengan bapak Hageyarogo Harto Itlay di Kampung Wisageyo, Sagesalo. Sebagai bentuk penghormatan terhadapnya, orang tua memberikan nama anak laki-lakinya Bartolomeus Itlay.

Ia melepaskan tugas pelayanan ini pada tahun 1998. Hingga saat ini (2024), ia masih menjadi Kepala Kampung Minimo.

Pos misi pertama Kapela Santo Yohanes Yogonima dibangun di dekat Gereja baru saat ini. Jaraknya hanya 10-15 meter. Dibangun dengan bahan lokal, seperti kayu buah, alang-alang dan tali.

Gereja mula-mula ini bersifat darurat. Karena itu ukurannya tidak terlalu besar, kurang lebih 6 x 12 meter. Tingginya seperti orang-orang tua membangun rumah tinggal (lesema). Katakanlah 3-4 meter.

Baptisan pertama

Baptisan pertama yang diterima dari Kapela ini adalah Weakhalok Itlay, Elawohe Hisage, Homo Hisage, Yeremias Hisage dan lainnya.

Belum ada kepastian tanggal. Saat ini masih dicari lebih lanjut. Dokumen di Paroki “Kristus Gembala Kita” Pugima belum mendokumentasikannya. Begitupun belum  ada data dari pusat Fransiskan, mengingat wilayah ini Fransiskan yang merintis lebih dulu.

Tetapi menurut Bartol Itlay, peresmian kapel semi permanen pertama dilakukan pada 12 Mei tahun 1994 atau a945. Yang jelas, kapela ini diresmikan langsung oleh Uskup Emeritus Jayapura, Mgr Leo Laba Ladjar.

Peresmian Kapel baru ini sekaligus dilakukan dengan Ekaristi Kudus. Sejak saat itu, umat setempat melakukan ibadah sendiri. Artinya, tidak lagi pergi ke Kampung Sikan dan Lukaken. (Soleman Itlay)

Tinggalkan Komentar Anda :