Lagi, Speedboat Hilang di Perairan Papua: Tujuh Penumpang Belum Ditemukan - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan

Lagi, Speedboat Hilang di Perairan Papua: Tujuh Penumpang Belum Ditemukan

Wilayah Papua yang sangat luas antara satu kabupaten dengan kabupaten lainnya menjadikan laut dan sungai sebagai salah satu jalur yang murah meriah bagi warga yang tinggal maupun yang mengabdi di wilayah itu. Namun, tantangan terbesar adalah ketika curah hujan tinggi membuat gelombang laut dan sungai kerap tak bersahabat. Ancaman kecelakaan selalu membayang. Sumber foto ilustrasi: pusatkrisis.kemkes.go.id

Loading

TIMIKA, ODIYAIWUU.com – Penghujung Desember 2021, perairan Papua kembali makan korban. Sebuah speedboat yang membawa tujuh penumpang diduga hilang diterjang ganasnya arus gelombang perairan Papua dari Asmat menuju Mimika. Speedboat berkapasitas mesin 85 per knot (PK) itu, bertolak dari Kabupaten Asmat pada Senin, 28 Desember 2021 dengan tujuan Timika, kota Kabupaten Mimika.

“Kamis (30/12) hari ini pukul 06.45 WIT, pencarian dilakukan dua regu pertama menggunakan 2 unit perahu karet 25 PK,” ujar Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Mimika George LM Randang mengutip Suryapapua.com, Kamis (30/12).

Menurut George LM Randang, informasi hilangnya speedboat itu membuat tim gabungan langsung bergerak. “Begitu dapat laporan, tim gabungan dari SAR Timika, Pos TNI AL, Polairud serta keluarga melakukan pencarian dengan dibagi tiga regu,” ujar George LM Randang lebih jauh.

Tim gabungan, kata George LM Randang, melakukan penyisiran di kali (sungai) dalam yang dicurigai dilewati speedboat naas tersebut. Sedangkan satu tim lain menggunakan RIB 400 PK menyisir perairan terluar. Langkah itu diambil untuk mengantisipasi kemungkinan korban telah hanyut terbawa arus surut laut.

Speedboat naas itu membawa tujuh penumpang yaitu Koko Yudi (40), Mely (22), April (25), Ilham (38), Yeyen (25) dan dua lain yang belum diketahui identitasnya.

Terulang

Peristiwa tenggelamnya speedboat di perairan Papua kembali terulang. Kanisius Ero, seorang guru di Kabupaten Mimika, Provinsi Papua, meninggal dunia akibat speedboat yang ditumpangi bersama para penumpang lain terbalik di muara Aindua, Distrik Mimika Barat Jauh, Mimika, wilayah perairan laut Arafuru, Rabu (22/12) sekitar pukul 16.00 WIT. Selain guru Ero, speedboat itu juga membawa Pastor Driyan SCJ, Sr Reza, FCh, dan beberapa guru YPPK Mimika, motoris, dan seorang anak kecil.

“Informasi yang kami baca di media lokal di Papua dan Timika, speedboat berangkat dari Kokonao, Selasa (21/12) lalu menuju Tapormai untuk perayaan Natal sekalian pemberkatan Puskesmas Tapormai. Dari Tapormai, speedboat akan melanjutkan perjalanan ke Potowaiburu, distrik di perbatasan Mimika dan Fakfak di Papua Barat. Namun, ombak besar akhirnya motoris speedboat memutuskan mengarahkan speedboat ke muara kampung Aindua. Saat itu, speedboat dikabarkan karam,” ujar Petrus Tubun Blikololong, warga asal NTT saat dihubungi Odiyaiwuu,com di Timika, kota Kabupaten Mimika, Papua, Kamis (23/12).

Jenazah Kanisius Ero, guru asal Kabupaten Sikka, Pulau Flores, itu sudah dievakuasi dari Aindua ke Potowayburu. “Jenazah yang rombongan pastor itu sudah dievakuasi ke Potowayburu. Sudah dibawa ke puskesmas kemudian dibereskan dulu, dibersihkan dulu di sana, kemudian disemayamkan,” kata Kapolsek Mimika Barat Jauh, Iptu Sondy Eduard O. Tahapari.

Menurut Sondy, rombongan yang membawa jenazah almarhum Kanis Ero, Kamis (23/12) siang sudah bergeser ke bandara Potowayburu menunggu pesawat jemputan dari Timika. “Pesawat dari Timika sudah berangkat. Pesawat berangkat itu atas koordinasi kami dengan pak wakil bupati. Nanti tidak salah, jam 2 atau lebih sedikit pesawat sudah landing dengan membawa para korban yang kecelakaan itu ke Timika,” ujarnya.

Ia mengatakan, dalam kecelakaan speedboat di muara Aindua, terdapat satu orang penumpang yang merupakan guru meninggal dunia. Sementara penumpang lainnya termasuk motoris dalam keadaan selamat. Rombongan dalam speedboat tersebut dari Kampung Tapormai berencana menuju Potowayburu. Namun, saat melintas muara Kampung Aindua, speedboat mengalami kecelakaan.

Saat itu karena perairan sedang ombak, motoris mengambil keputusan untuk masuk ke muara kampung Aindua. Kemudian baling-baling mesin tersangkut di jaring nelayan dan mesin mati hingga akhirnya speedboat terbalik.

Sedangkan Petrus Tubun, yang pernah mengabdi sebagai Kepala SMP YPPK Kokonao delapan tahun, selama mengabdikan diri di Kokonao, transportasi sungai merupakan pilihan paling murah bagi para guru jika bepergian ke Timika untuk urusan kebutuhan anak-anak, urusan dinas atau untuk berbelanja kebutuhan harian selama tinggal dan mengabdi di Kokonao.

“Selama mengabdi sebagai kepala SMP YPPK Kokonao tahun 2009-2018, tantangannya sangat berat. Kalau mau naik speedboat, saya harus sewa mobil carteran sebsar Rp. 250 ribu dari Timika ke Pomako. Dari Pomako, baru naik speedboat ke Kokonao,” kata Petrus Tubun, lulusan Unika Widya Mandira Kupang, NTT.

Ia menambahkan, kalau tugas mendesak, pilihannya naik pesawat Susi Air dari Bandara Mozez Kilang ke Kokonao dengan biaya Rp. 400 sekali jalan dengan jarak tempuh sekitar 15 menit. Ini tantangan bagi kami para guru yang mengabdi di Mimika demi masa depan anak-anak kami terutama anak asli Papua. “Perhatian pemerintah pusat juga diperlukan agar Pemprov Papua maupun Pemkab Mimika terbantu mengurus pendidikan demi masa depan anak didik,” lanjut Tubun, guru asal Lembata, NTT. (Ansel Deri, Herman Dessa /Odiyaiwuu.com)

Tinggalkan Komentar Anda :