Oleh Muhammad Rifai Darus, SH, MH
Direktur Eksekutif IDR; Ketua Umum DPP KNPI 2015-2018
DI RUANG lingkup geopoltik Indonesia, panorama pilpres 2024 terpampang dalam kontur-kontur dinamis. Sebuah lanskap politik yang dihiasi oleh keterdiversifikasian aktor-aktor yang membawa aneka bekal filosofis dan pragmatis dalam mengarungi samudera demokrasi.
Salah satu perpaduan sinergis yang mengundang refleksi adalah aliansi antara sosok veteran nasionalis, Prabowo Subianto dengan spirit juang anak muda, Gibran Rakabuming Raka. Pasangan ini membawa hembusan udara segar dalam narasi-narasi kekuasaan yang selama ini didominasi oleh elite berumur matang.
Ada beberapa alasan mengapa negeri ini butuh satu sosok generasi muda di kursi kepemimpinan nasional. Pertama, urgensi anak muda dalam panggung kepemimpinan menandai revitalisasi dalam epistemologi kebijakan.
Anak muda seperti Gibran membawa kanvas-kanvas pemikiran yang masih elastis dan siap dicorakkan dengan inovasi dan kreativitas. Mereka memiliki kapasitas adaptasi yang lincah terhadap turbulensi zaman, termasuk dalam menghadapi disrupsi teknologi dan ekonomi global yang volatil.
Kedua, pemimpin muda memiliki akses dan resonansi yang lebih intim dengan populasi muda Indonesia, yang merupakan demografi dominan. Ini membuka celah untuk memahami aspirasi, ekspektasi, dan problematika generasi millennial dan z dengan lebih empatik dan responsif.
Gibran, dengan usianya yang masih muda, dapat menjadi jembatan komunikasi yang efektif untuk mengartikulasikan kebijakan yang resonan dengan kebutuhan generasi muda.
Ketiga, hadirnya pemimpin muda memfasilitasi inklusivitas dan diversitas dalam spektrum kebijakan publik. Pemahaman yang kontemporer dan holistik terhadap isu-isu seperti lingkungan, pendidikan, teknologi, dan sosial budaya, dapat menginspirasi formulasi kebijakan yang lebih inovatif, progresif dan sustainable.
Keempat, pemimpin muda seperti Gibran dapat merespons dinamika global dengan perspektif yang fresh dan out of the box. Dalam arsitektur global yang kompleks, memiliki pemimpin dengan pandangan yang luwes dan terbuka akan menjadi aset berharga dalam merespons perubahan dan menavigasi Indonesia dalam kancah internasional.
Kelima, pemimpin muda dapat mengubah paradigma dan narasi politik dari yang reaktif menjadi proaktif. Mereka dapat merintis kebijakan yang tidak hanya berorientasi pada solusi jangka pendek, tetapi juga pada visi jangka panjang yang sustainable dan inklusif.