OKSIBIL, ODIYAIWUU.com — Ketegangan politik di Kabupaten Pegunungan Bintang, Kamis (29/8) terjadi di Bandara Ama, Oksibil, Provinsi Papua Pegunungan. Saat tiba membawa rekomendasi B1KWK DPP Partai Golkar, pasangan calon Bupati Theodorus Sitokdana dan Wakil Bupati Terianus Keduman dihadang massa pendukung Wakil Bupati Kris Bakweng Uropmabin.
Massa pendukung Uropmabin marah dan memprotes keputusan Partai Golkar memberikan rekomendasi B1KWK kepada paslon Bupati Theo Sitokdana dan Wakil Bupati Terius Keduman. Buntutnya, paslon ini gagal mendaftar di kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Pegunungan Bintang.
“Kami tiba di Bandara AMA Oksibil (Kamis, 29/8) pagi tadi dengan niat baik untuk mendaftar sebagai calon. Namun, kami disambut oleh massa yang tidak puas dengan keputusan DPP Partai Golkar,” ujar Theodorus Sitokdana melalui keterangan tertulis kepada Odiyaiwuu.com dari Oksibil, kota Kabupaten Pegunungan Bintang, Provinsi Papua Pegunungan, Kamis (29/8).
Menurut Theo, massa pendukung Uropmabin merasa bahwa rekomendasi tersebut seharusnya diberikan kepada pasangan Kris Bakweng Uropmabin. Kejadian di bandara semakin memanas saat massa membawa pasangan calon tersebut ke Sekretariat Ormas Komunitas Pejalan Kaki, tak jauh dari bandara.
“Saat berada di sekretariat ormas tersebut, kekerasan fisik terjadi. Akibatnya, Terianus Keduman dan Sekretaris DPD II Partai Golkar Pegunungan Bintang Anglipki Kalada, mengalami luka akibat serangan benda tajam,” kata Theo lebih lanjut.
Theo mengatakan, situasi saat sangat sulit, tekanan massa Uropmabin terus meningkat sepanjang hari. Pihaknya mencoba untuk berdialog, namun tidak ada tanda-tanda bahwa massa Uropmabin akan mundur dari tuntutan mereka.
Massa menuntut agar model rekomendasi B1KWK diserahkan kepada Uropmabin, dengan alasan bahwa rekomendasi tersebut lebih pantas diberikan kepada Uropmabin dan pasangannya.
Setelah mempertimbangkan keselamatan dan ketertiban masyarakat, Sitokdana dan Keduman akhirnya memutuskan untuk menyerahkan berkas B1KWK kepada Uropmabin. Namun, dengan syarat-syarat tertentu yang harus disepakati bersama.
“Kami membuat keputusan ini demi keamanan masyarakat dan kelancaran proses demokrasi. Namun, saya berharap ada atensi khusus dari DPD Partai Golkar Provinsi Papua Pegunungan dan Dewan Pimpinan Pusat Golkar untuk melihat persoalan ini secara serius dan bijaksana,” kata Theo.
Peristiwa Bandara Ama mencerminkan tingginya tensi politik di Pegunungan Bintang menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak. Kejadian tersebut juga menegaskan pentingnya penyelesaian konflik politik melalui dialog dan jalan damai untuk menghindari korban jiwa atau gangguan sosial lebih lanjut.
“Saya bersama bakal calon Wakil Bupati Pak Terinus Keduman memutuskan untuk mengalah demi menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat sekaligus komitmen kami terhadap proses demokrasi di Pegunungan Bintang berjalan aman dan tertib,” kata Theo. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)