Refleksi Teologis Konsep Matek Weron Suku Ngalum - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan
OPINI  

Refleksi Teologis Konsep Matek Weron Suku Ngalum

Novilus Uropmabin, mahasiswa STFT Fajar Timur Abepura, Jayapura. Foto: Istimewa

Loading

Oleh Novilus Uropmabin

Mahasiswa STFT Fajar Timur Abepura, Jayapura

MANUSIA Ngalum OK pada dasarnya adalah manusia yang selalu mendambakan kehidupan  damai. Dalam kehidupan sehari-hari kedamaian menjadikan sebuah landasan penting yang dapat mendorong mereka untuk terus hidup dan damai menjadi tujuan hidup manusia Ngalum OK. Artinya, damai dijadikan landasan atau titik dasar mewujudkan kehidupan yang lebih bermartabat, bernilai, damai, adil, sejahtera, dan makmur. 

Dengan demikian dalam kehidupan manusia Ngalum selalu berupaya menghindari hal-hal yang menimbulkan konflik dengan sesama, alam dan Atangki (Allah).  Manusia Ngalum OK damai selalu tercermin dalam ucapan salam khas sehari-hari mereka yakni Yepmum

Secara literer, harfiah kata Yepmum  dipilih menjadi dua suku kata yaitu Yep dan mum. Yep artinya baik, selamat, sehat, damai, bagus dan indah. Sedangkan mum artinya senantiasa, selalu, sangat, bersama dan hanya. Sehingga kata Yepmum diartikan sebagai baik, senantiasa, damai sejahtera, selamat dan lain sebagainya.

Dalam Perdamaian Pegunungan Bintang Untuk Membangun Peradaban Manusia Aplim Apom terbitan Universitas Satya Wacana Salatiga (2020), Melkior Sitokdana dkk menjelaskan, dalam rangka melangsungkan kehidupan yang penuh damai manusia Ngalum memiliki pemahaman tentang sistem perdamaian atau rekonsiliasi. 

Dalam bahasa Ngalum sistem ini disebut matek weron yang berarti makan lemak babi sebagai simbol perdamaian sekaligus mendatangkan kesuburan, kesejahteraan, dan perdamaian dengan alam, Atangki, sesama dan lain sebagainya. Berikut diuraikan tiga aspek matek weron dalam budaya suku Ngalum: apa makna matek weron bagi suku Ngalum dan  makna teologis matek weron bagi suku itu.

Matek Weron

Secara filosofis manusia Ngalum Ok memiliki kehidupan Yepmum, artinya senantiasa mendambakan kehidupan yang baik, bahagia, tentram, damai dalam diri sendiri, damai dengan sesama, alam semesta, dan Atangki

Untuk itu dalam kehidupan manusia Ngalum selalu berlandaskan nilai-nilai kebaikan, kedamaian, sukacita menjadi falsafah hidup sekaligus ideologi untuk bertindak dan bertingkalaku baik kepada sesama, alam semesata, dan dengan Atangki. Nilai-nilai tersebut mengandung norma-norama hidup bermoral dan beretika dalam kehidupan bersama, dengan alam semesta dan Atangki.  

Dalam rangka melangsungkan kehidupan yang damai mereka memiliki konsep tentang perdamaian atau rekonsiliasi dalam bahasa Ngalum matek weron artinya makan lemak babi bersama sebagai simbol perdamaian. Sitokdana dkk menguraikan tata cara perdamaian manusia Aplim Apom pada umumnya dengan cara matek weron

Matek weron dalam kebudayaan suku Ngalum Ok dapat disesuaikan dengan skala konfliknya. Misalnya, konflik ringan atau personal dengan personal tata cara perdamaian selalu sederhana yaitu saling memaafkan dan memberi serta menerima barang berharga yang berkesan di hati masing-masing pihak. Tetapi kadang berdamai dengan menggunakan lemak babi sebagai simbol perdamaian. Itupun kalau konfliknya terjadi antara orang-orang dewasa.

Konflik sedang yaitu personal dengan kelompok, proses perdamaiannya sering menggunakan gemuk babi dan juga memberikan barang berharga, tergantung kesempatan kedua belah pihak. Pemberian barang berharga dimaknai sebagai upaya memulihkan harga diri masing-masing pihak yang bertikai. 

Oleh karena itu, pihak korban maupun pelaku sama-sama memberikan barang berharga. Namun, pihak korban memberi barang yang nilainya setengah dari yang diberikan pihak pelaku. 

Sedangkan konflik berat yaitu antar kelompok dengan kelompok membutuhkan sumber daya yang lebih dan tata cara perdamaian atau rekonsiliasi selalu dilakukan secara sistematis. Secara umum tahap perdamaian baik dalam konflik kecil, sedang maupun besar semata bertujuan mewujudkan damai sejahtera sehingga matek weron, rekonsiliasi adalah jalannya. 

Mengapa upaya perdamaian selalu ditandai dengan makan bersama lemak babi sebagai simbol perdamaian? Dalam kebudayaan Melanesia umumnya dan Papua wilayah pegunungan khususnya, babi merupakan hewan yang sangat berharga. Babi memiliki nilai historis, filosofis, ekologis, ekonomis, sosial, politik dan religi. 

Menurut mitos manusia Ngalum Ok, babi adalah hewan jelmaan manusia untuk menyelamatkan dan memanusiakan manusia yang lain. Oleh karena itu, babi mempunyai nilai mitologis dan hewan terpenting dalam siklus kehidupan manusia Ok dan simbol perdamaian. 

Dalam Perdamaian Pegunungan Bintang untuk Membangun Peradaban Manusia Aplim Apom (2020), Melyanus Bidana menguraikan babi sebagai materi dasar dalam rekonsiliasi atau matek weron dalam kebudayaan Ngalum. Bagi manusia Ngalum Ok babi bukan sekadar memenuhi kebutuhan protein hewani. 

Babi adalah hewan yang memiliki nilai mistis, spiritual, sosial, dan status sosial bagi kehidupan seseorang. Maka proses menyelesaikan persoalan sebagai medium utama dalam menangani dan membantu menyelesaikan semua masalah hidup manusia Ngalum Ok untuk mewujudkan perdamaian. Jadi, babi menjadi sumber segala bagi kehidupan manusia Ok di Pegunungan Bintang.

Mencari makna

Dalam konteks mencari makna, manusia berusaha untuk mendamaikan kembali atau merekonsiliasi dirinya sendiri, sesama, dengan alam semesta, leluhur, dan yang Ilahi atau Pencipta. Tujuan dan makna matek weron bagi suku Ngalum Ok adalah membangun kembali budaya damai dalam kehidupan sehari-hari.  

Pemahaman ini sejalan dengan konsep dan usaha pemulihan kembali setelah ada konflik atau mengembalikan sebuah hubungan ke kondisi semula yang pernah retak akibat perbedaan pendapat, cara pandang, dan lain sebagainya.  

Makna atau simbol matek weron mengandung makna dalam konteks kehidupan manusia Ngalum Ok berdimensi kedamaian. Makna kata ini penting bagi orang Ngalum karena mengungkapkan kesejahteran sosial-ekonomi maupun ritual-ritual adat. Misalnya dalam konteks proses inisiasi memiliki makna yang sangat mendalam. 

Alasannya, untuk menerima tahap tersebut dengan matek (lemak babi) dapat memberkati anak dalam proses dewasa secara rohani maupun jasmani. Juga menjadi manusia yang berkarter unggul dalam segala aspek dan berani bertanggung jawab dalam segala hal. Karena itu watek weron bukan sekadar simbol perdamaian. Ia memiliki ragam fungsi dalam kehidupan manusia Ngalum Ok.

Menurut Oksakan Lepki dalam Rekonsiliasi Dalam Upacara Matek Weron dan Keselarasannya Terhadap Ritus Sakramen Tobat (2021) diuraikan, term matek weron dijelaskan sebagai upaya membangun kembali hubungan intim antara keluarga, sesama, alam, dan Atangki. Artinya, setelah ada persoalan lahir pertobatan untuk membangun kembali hubungan menjadi harmonis dalam kehidupan bersama. 

Dengan demikian, matek weron dapat dimengerti sebagai rekonsiliasi berdimensi teologis bagi suku Ngalum Ok. Mengapa? Karena ada aksi pemulihan relasi yang telah rusak oleh kejahatan, dosa manusia antara manusia dengan Atangki, tanah, alam sekitar, sesama, arwah leluhur dan dengan diri sendiri. Dengan upaya ini dapat mewujudkan kembali kehidupan yang adil, damai, sejahtera, dan makmur serta hidup dalam kelimpahan.

Maka, manusia Ngalum Ok memakani matek weron sebagai suatu simbol perdamaian bagi kehidupan manusia, alam semesta dan Atangki. Dengan matek weron dapat memulihkan kembali hubungan dan menciptakan kehidupan yang harmonis di tengah kehidupan dengan sesama, masyarakat, dan alam semesta. 

Upaya ini dapat menghadirkan keselamatan, kedamaian, kesejahteraan, keadilan, kemudian membangung tatanan hidup yang lebih baik dan bermartabat demi kelangsungan hidup manusia Ngalum Ok. Matek weron merupakan upaya internalisasi pemulihan kembali semua persoalan demi terciptanya hidup yang baik manusia Ngalum dalam berbagai aspek kehidupan.

Tinggalkan Komentar Anda :