JAKARTA, ODIYAIWUU.com — Isak tangis mewarnai 21 pekerja PT Honay Ajkwa Lorentz (HAL) saat berpamitan dengan puluhan mahasiswa asal Mimika di Asrama Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Asal Mimika (Ipmami) Jakarta, Bekasi, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek), kawasan Asem Baris, Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (1/5).
Puluhan pekerja itu tidak bisa menahan tangis saat dijemput tim utusan Bupati Mimika Johannes Rettob saat hendak berpamitan dengan pengurus dan anggota Ipmami setelah dijemput dan ditampung di asrama mahasiswa tersebut.
Tim utusan Bupati John Rettob terdiri dari Pelaksana Tugas Asisten 1 Setda Mimika Ananias Faot dan Kepala Dinas Tenaga Kerja Paulus Yanengga bersama tim advokasi Victor Tsenawatme dan Ana Bala Liman. Dalam kesempatan tersebut hadir juga Ketua DPRD Mimika Primus Natikapereyau dan anggota DPRD Agustinus Murib.
“Pertama saya mengajak kita semua bersyukur kepada Tuhan karena atas kasih-Nya sehingga kita bisa bertemu di sini. Saya juga menyampaikan permohonan maaf Pak Bupati dan Pak Wakil Bupati karena beliau berdua juga berniat ke Jakarta untuk menjemput langsung saudara dan saudari para pekerja ini. Tetapi niat ini tidak terwujud karena beliau berdua bersama Bapak Gubernur dan para bupati sedang menerima kunjungan DPR RI di Timika,” ujar Ananias.
Ananias mengatakan, agenda urgen Bupati dan Wakil Bupati menerima para wakil rakyat yang sedang melakukan kunjungan kerja di Timika maka ia bersama Kepala Dinas Tenaga Kerja dan tim advokasi yang disaksikan langsung para awak media, menjemput para pekerja kembali ke Mimika.
“Puji Tuhan. Saat ini kami tim juga tidak pernah membayangkan kalau ternyata saat ini Ketua DPRD Mimika Pak Primus Natikapereyau dan anggota DPRD Pak Agustinus Murib juga hadir di tempat ini. Kehadiran dua anggota DPRD Mimika ini juga berkat Tuhan yang luar biasa besar. Apa yang kita lakukan saat ini, Tuhan lengkapi,” kata Ananias.
Ananias menambahkan, ia bersama Kepala Dinas Tenaga Kerja Mimika bersama tim mendapat tugas untuk menjemput para tenaga kerja agar sama-sama kembali ke Mimika. Pemerintah Kabupaten Mimika, ujarnya, juga menyiapkan tiket pesawat 21 pekerja.
“Langkah memulangkan para pekerja ini diambil pemerintah daerah dan semata karena pertimbangan kemanusiaan. Jadi, kepada adik-adik pekerja kami minta tidak berpikir yang lain. Kami hanya tahu adik-adik semua ditelantarkan sehingga langkah pemulangan ini atas dasar pertimbangan kemanusiaan,” kata Ananias.
Ananias mengaku, setiba di Timika, Jumat (2/5) pagi, 21 pekerja ini akan diterima langsung Bupati dan Wakil Bupati kemudian dikembalikan ke rumah masing-masing. Tugas pemerintah daerah adalah menyelamatkan para pekerja yang sempat terlantar selama beberapa waktu di Jakarta.
“Atas nama pemerintah daerah, kami menyampaikan terima kasih berlimpah kepada para pengurus dan anggota Ipmami yang punya hati baik dan mulia untuk melihat saudara dan saudari kita para pekerja ini kemudian memberikan tumpangan di asrama ini. Saat ini adalah waktu Tuhan yang tepat bagi kita semua melakukan kebaikan bagi sesama,” kata Ananias.
Ananias mengatakan, pihaknya juga akan meneruskan masukan dan aspirasi mahasiswa anggota Ipmami wilayah Jabodetabek terkait kehidupan di Jakarta selama menunaikan perkuliahan. Namun, kata Ananias, atas nama pemda Mimika sekali lagi menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada para pengurus dan anggota Ipmami yang berkenan menampung para pekerja yang sempat terlantar di Jakarta.
Kepala Dinas Tenaga Kerja Mimika Paulus Yanengga dalam kesempatan tersebut juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas kebaikan pengurus dan anggota Ipmami Jabodetabek yang berkenan menampung 21 pekerja PT HAL saat para pekerja terlantar di Jakarta.
“Sekali lagi saya menyampaikan terima kasih kepada para pengurus dan anggota Ipmami Jabodetabek yang merespon cepat persoalan yang dihadapi 21 saudara dan saudarinya yang terlantar di Jakarta. Sekali lagi, atas nama pemerintah daerah menyampaikan terima kasih. Semoga Tuhan memberkati adik-adik semua hingga lulus kuliah. Saat ini kita semua melakukan yang terbaik bagi para pekerja, saudara dan saudari kita ini,” ujar Yanengga.
Yanengga menambahkan, para pekerja asal Mimika langsung kembali ke Mimika pada Kamis (1/5) dan pada Jumat (2/5) akan tiba di Timika. Para pekerja ini, katanya, menurut rencana akan diterima langsung Bupati Mimika dan Wakil Bupati setiba di Bandara Udara Mozes Kilangin Timika.
“Sekali lagi, saya juga menyampaikan permohonan maaf Pak Bupati dan Pak Wakil Bupati karena sedianya beliau berdua yang menjemput langsung. Tetapi, mengingat agenda lainnya sangat penting maka beliau berdua menugaskan kami tim menjemput. Satu dan dua hari ini beliau berdua bersama Bapak Gubernur dan para bupati menerima kunjungan kerja para anggota DPR RI di Timika,” ujar Yanengga.
Ketua DPRD Mimika Primus Natikapereyau dalam kesempatan tersebut mengharapkan agar ke depan perusahaan-perusahaan yang masuk di Mimika melewati regulasi sehingga tidak merugikan masyarakat sebagaimana dialami 21 karyawan PT HAL. Sejak awal, katanya, pihak DPRD secara kelembagaan sudah mengingatkan agar setiap perusahaan yang masuk ke daerah menaati aturan dan regulasi daerah.
“Kami sangat menyayangkan PT HAL ini masuk lewat mana sehingga saat ini banyak warga Mimika jadi korban dan ditelantarkan berbulan-bulan. Tapi, puji Tuhan. Pemerintah daerah melalui dinas terkait cepat tanggap sehingga hari ini Pa Plt Asisten 1 Setda dan Pa Kepala Dinas Tenaga Kerja bersama tim bisa menjemput saudara dan saudara kita ini,” kata Primus kepada Odiyaiwuu.com di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (1/5).
Sejak Januari 2025 sebanyak 50 calon pekerja PT HAL dikirim perusahaan tersebut mengikuti on the job training (pelatihan) di Pulau Jawa. Para pekerja ini sempat tinggal di Surabaya, Sukoharjo lalu terakhir berangkat menggunakan bus menuju Jakarta.
Setiba di Jakarta, mereka ditelantarkan tanpa kepastian setelah pelatihan tiba-tiba dihentikan pihak pengurus PT HAL sejak Februari 2025. Puluhan pekerja itu kemudian ditampung mahasiswa asal Mimika di Jakarta.
“Tidak benar bahwa kebutuhan kami selama pelatihan telah dipenuhi perusahaan. Kami justru keluar dari penginapan yang sudah tidak dibayar perusahaan, kemudian kami terlantar,” kata seorang pekerja dengan mata sembab menahan tangis. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)