Perspektif Pemekaran Daerah Otonom Baru di Tanah Papua (7) - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan
OPINI  

Perspektif Pemekaran Daerah Otonom Baru di Tanah Papua (7)

Methodius Kossay, kandidat Doktor Ilmu Hukum Universitas Trisakti. Foto: Istimewa

Loading

Oleh Methodius Kossay

Kandidat Doktor Ilmu Hukum Universitas Trisakti

GEREJA memiliki peranan yang sangat penting dalam dinamika kehidupan sosial budaya di Tanah Papua. Salah satu misi gereja dalam pelayanannya adalah melalui pengabaran Injil yang banyak memberikan perubahan signifikan dan mengakar dalam kehidupan orang Papua.

Tabir peradaban orang Papua terbuka, sejak Injil pertama kali masuk Papua tahun 1855 melalui dua orang misionaris asal Jerman yaitu Carl Wilhelm Ottow dan Johann Gottlob Geissler di Pulai Mansinam, Teluk Doren, Kabupaten Manokwari, Papua Barat. Keterikatan Gereja dan orang Papua sangat kuat dan tidak bisa dipisahkan satu dengan yang lain.

Membela kaum lemah, miskin, tak berdaya dan ketidakadilan adalah marwah keterpanggilan hati dalam misi pelayanan Gereja di Papua melalui para misionaris dan hamba Tuhan. Misionaris menjadi garda depan dalam membuka tingkap pemikiran mengenal sang Khalik secara mendalam.

Dalam pelayanannya pun tak terlepas dari prolematika yang kompleks dan beragam dalam dinamika kehidupan masyarakat di tanah Papua. Kedekatan hubungan emosional umat dan Gereja dalam hal para misionaris merupakan bukti kuasa dan kasih karunia Allah dalam tugas perutusan bagi umat manusia di Bumi Cenderawasih.

Kegelisahan, kekhawatiran, ketakutan, dan kecemasan yang merasuki sabubari orang Papua yang juga umat Allah saat ini, merupakan satu kesatuan bagian yang juga dirasakan juga oleh para misionaris dan Gereja secara hierarki dalam menjaga dan memelihara kawanan domba-Nya. Kerinduan umat Allah (baca orang Papua hidup aman dan damai dalam sukacita juga menjadi kerinduan kolektif para gembala.

Tak ayal, apapun situasi dan kondisi yang dialami umat di tanah Papua juga serta merta menuntut solidaritas para hamba Tuhan dalam merespon situasi dan kondisi umat gembalaannya.. Rencana pemekaran Papua menjadi provinsi baru tak lepas dari kepedulian, keterpanggilan Gereja melalui para hamba Tuhan untuk menyikapi melalui imbauan atau kotbah di altar Gereja.. Aksi konkret dalam memberikan spirit bagi umatnya merupakan keterpanggilan hati yang tulus.

Berbagai insiden kekerasan yang dialami masyarakat Papua tak luput dari pandangan gereja yang selalu hadir bersama umatnya dalam membela kebenaran dan ketidakadilan. Salah satu contoh misalnya RD Yance Jogi, Pr, imam diosesan Keuskupan Jayapura yang bertugas di Intan Jaya. Imam asli Papua itu mengatakan, negara jangan membodohi orang Papua.

Mengapa? Papua hari ini butuh kedamainan dan kenyamanan. Papua bukan pemekaran. Karena itu, buntut rencana pemekaran telah memantik kekerasan. Konflik bersenjata berkepanjangan harus segera diselesaikan. Kedamaian harus diciptakan, terutama di daerah-daerah konflik. Konflik berkepanjangan ini membutuhkan kedamaian, kenyamanan, dan ketenangan, (Suarapapua.com, 3/2).

Selain itu juga Soni Wanimbo, selaku Ketua Pemuda Baptis West Papua mengatakan, selaku pemuda Forum Kristen Tanah Papua, ia meminta kepada pemerintah pusat untuk tidak perlu terlalu serius dan fokus membahas pemekaran wilayah di Papua. Rakyat Papua tidak butuh pemekaran wilayah baru baik kabupaten maupun provinsi. (Suarapapua.com, 9/3).

Ketua Sinode Gereja Kemah Injil (Kingmi) di Tanah Papua Pendeta Tilas Mom, S.Th, M.Th menyampaikan enam pernytaan sikap resmi bertempat di Gereja Kingmi Martin Luter Mile 32 Timika, Papua. Butir ke ketiga secara tegas menyatakan menolak kebijakan pemekaran daerah otonom baru (DOB) atau pemekaran kabupaten, kota maupun provinsi. Pemekaran akan mengganggu eksistensi orang asli Papua (OAP) (Kabarmapegaa.com, 6/11/2021).

Gereja melalui para gembala, hamba Tuhan hadir mewujudkan keadilan sosial bersama umat Allah yang digembalakannya. Jika umat Allah dihadapkan dengan berbagai persoalan kegelisahan, kecemasan bahkan intimidasi, maka Gereja hadir dalam memberikan pengharapan, perlindungan, dan kasih.  Mereka, para gembala hadir seperti oase di tengah padang gurun. Gereja melalui para gembala hadir membawa sukacita bagi umat Allah di tanah Papua, surga kecil yang jatuh ke bumi. (Selesai)

Tinggalkan Komentar Anda :