WAISAI, ODIYAIWUU.com – Sektor perikanan Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat memiliki daya tarik tersendiri dan sangat potensial sebelum pariwisata yang meroketkan nama kabupaten bertabur seribu satu pulau eksotik itu hingga di seluruh Indonesia bahkan mancanegara.
Pemerintah Kabupaten Raja Ampat maupun Pemerintah Provinsi Papua Barat terus menggenjot dua sektor itu untuk menambah pendapatan asli daerah. Berbagai upaya melalui desain kebijakan di tingkat lokal dan nasional agar Raja Ampat memiliki daya tarik tersendiri, promosi pariwisata adalah pilihan lain yang bertujuan mendekatkan para pemilik modal dan pengunjung untuk menanamkan modal atau berwisata di Raja Ampat.
“Sejak tahun 1990-an Raja Ampat terkenal dengan potensi perikanan tangkap seperti ikan cakalang, ekor kuning dan ikan tuna berukuran kecil, sedang hingga ukuran besar dan super besar, termasuk potensi ikan kembung di daerah teluk dan ikan dasar yang sangat luar biasa,” ujar Filep Y.S. Mayor, SE, M.Si, akademisi dan mantan anggota Majelis Rakyat Papua Barat saat dihubungi Odiyaiwuu.com di Sorong, Papua Barat, Senin (17/5).
Menurut Filep Mayor, tahun 1990-an PT Usaha Mina melabuhkan beberapa kapal penampung ikan di Kabare, ibukota Kecamatan Waigeo Utara dan Kampung Rauki di Utara Raja Ampat. Saat Raja Ampat dimekarkan barulah potensi parawisata dipromosikan ke segala penjuru tanah Air dan manca negara. “Sebagian besar penduduk Raja Ampat mendiami wilayah pulau-pulau dengan profesi dan mata pencaharian utamanya sebagai nelayan tradisional,” ujar Filep lebih jauh.
Raja Ampat ibarat magnet baru pariwisata Indonesia yang menyihir jutaan pengunjung. Sebagai sebuah obyek wisata di tanah Papua, Raja Ampat tak sekadar akrab di kalangan penggila obyek wisata eksotik di kawasan timur Indonesia. Lebih dari itu, Raja Ampat adalah surga bagi para wisatawan mancanegara.
Namun demikian, Raja Ampat bukan sekadar suguhan deretan pulau-pulau eksotik dengan laut yang masih bening memanjakan mata. Raja Ampat juga menyimpan potensi di bidang kelautan yang belum banyak dilirik para pemodal bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Raja Ampat maupun Pemerintah Provinsi Papua Barat untuk mengembangkan demi kesejahteraan masyarakat. Raja Ampat juga memiliki pesona wisata berbalut sejarah unik.
Masyarakat Raja Ampat percaya wilayah itu pada mulanya dikuasai oleh para raja. Masyarakat percaya asal usul Raja Ampat bermula dari pasangan suami istri Alyab dan Boki Deni. Pada satu waktu, mereka menemukan tujuh butir telur di pinggir Sungai Wawage atau Kali Raja, yang sekarang masuk wilayah Kampung Wawiyai, Distrik Tiplol Mayalibit, Raja Ampat. Alyab kemudian hendak memakan telur-telur tersebut, namun dicegah oleh istrinya.
Butir-butir telur tersebut lantas dibawa pulang ke rumah dan disimpan. Beberapa hari berlalu, lima dari tujuh telur itu menetas menjadi manusia. Empat laki-laki dan dua perempuan. Satu telur lagi, menurut Suroto, tidak menetas, melainkan berubah menjadi batu.
“Batu telur ini masih dapat dijumpai di Situs Kali Raja. Telur yang menjadi batu itu tersimpan dalam bangunan kecil. Telur berwarna putih tersebut dibalut kain berwarna putih dan ditutup sebuah kelambu putih,” ujar Peneliti Balai Arkeologi Papua Hari Suroto mengutip Tempo, Sabtu (7/11 2020).
Menurut Filep Mayor, hingga saat ini masih ada nelayan tradisional menggunakan peralatan tangkap tradisional yang terbatas untuk menangkap ikan yang dapat dikonsumsi sendiri. Bahkan hasil tangkapan itu dijual dengan harga sekitar Rp. 10-15 ribu per kilogram kepada penadah untuk diproses menjadi ikan asin atau diasap untuk persediaan konsumsi lokal atau keluarga.
“Potensi perikanan tangkap Raja Ampat luar biasa besar. Bila pemerintah daerah atau pihak swasta berkehendak mengelolanya dengan manajemen perikanan tangkap yang modern didukung peralatan memadai, tentu akan meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan lokal di seluruh kampung,” ujar Filep Mayor.
Untuk mengelola potensi perikanan yang sangat besar itu, ia menyarankan dilakukan melalui kerjasama pihak ketiga dengan Pemerintah Kabupaten Raja Ampat atau Pemerintah Provinsi Papua Barat. Bila kerjasama itu terjalin, dampaknya selain rakyat sejahtera namun juga mendongkrat pendapatan asli daerah Raja Ampat. (Eldian Suebu/ODIYAIWUU.com)