JAKARTA, ODIYAIWUU.com — Warga Lingkungan Santo Andreas Rasul, Gereja Katolik Santo Agustinus, Paroki Halim Perdana Kusuma, Keuskupan Agung Jakarta menyambut gembira penuh syukur tahbisan Mgr Maksimus Regus menjadi Uskup perdana di Keuskupan Labuan Bajo, Flores, Nusa Tenggara Timur, Jumat (1/11).
“Kami umat Katolik Lingkungan Andreas Rasul juga mendoakan Bapa Uskup Maksimus agar sehat selalu dalam menggembalakan umat Katolik di Keuskupan Labuan Bajo. Kami juga berharap agar umat Katolik khususnya di Labuan Bajo mendukung Bapa Uskup dalam tugas-tugas kegembalaan agar nama Tuhan dimuliakan,” ujar Ketua Lingkungan Santo Andreas Rasul Marianus Keytimu usai Doa Rosario Penutup Bulan Maria di Halim Perdana Kusuma, Jakarta, Jumat (1/11) malam.
Ribuan umat menghadiri tahbisan Uskup baru Mgr Maksimus Regus di Gereja Santo Petrus Sernaru, Labuan Bajo Jumat (1/11). Uskup Agung Jakarta Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo memimpin upacara tahbisan ini. Selain ribuan umat ada ratusan pastor dan 43 uskup seluruh Indonesia menghadiri perayaan tahbisan agung itu.
Dalam khotbahnya, Uskup Bandung sekaligus Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr Antonius Subianto Bunjamin mengatakan, pada perayaan tahbisan Uskup Mgr Maksimus umat Katolik juga merayakan Hari Raya Semua Orang Kudus. Menurutnya, menguduskan diri sama seperti Tuhan Yesus adalah kudus. Oleh karena itu, umat Katolik memiliki kewajiban untuk memilih menjadi bagian-bagian gereja secara khusus.
“Hari ini adalah hari raya semua orang kudus. Kita bersyukur atas peristiwa iman hari ini. Ada dua peristiwa besar dan Bapa Suci Paus Fransiskus menganugerahkan kepada gereja keuskupan Indonesia keuskupan yang ke-38. Kedua, pada hari ini juga Uskup pertama Mgr Maksimus Regus akan ditahbiskan dan mendapatkan pencurahan Roh Kudus, yang rangkaiannya mulai sejak kemarin dengan Vesper Agung di Gereja Katedral Roh Kudus Labuan Bajo,” kata Uskup Bunjamin.
Menurut Uskup Bunjamin, Bapa Paus Fransiskus yang menerbitkan dokumen tanggal 19 Maret 2019 tentang Gaudete ex exsultate yang artinya bersukacitalah dan bergembiaralah, yang diambil dari Injil Matius yakni bersukacitalah dan bergembiralah karena upahmu besar di surga. Berbahagialah orang yang suci hatinya karena mereka akan melihat Allah.
Bapa suci memperjelas maksud anjuran tersebut dengan sub judul panggilan jaman sekarang, yang dikaitkan dengan kehendak Allah yang menciptakan manusia menurut citranya yang kudus. ‘Hendaklah kamu kudus sebab aku adalah kudus’. Ketika dibaptis kita sudah menjadi kudus.
Sungguh kita menjadi kudus bahkan dianugerahi materai sebagai anak Allah tetapi tidak semua orang dibaptis dapat mempertahankan kekudusannya sebagai anak Allah. Identitas kudus harus dipertahankan dan diwujudkan dalam aktivitas kekudusan. Kudus bukan sekedar identitas ideal tapi harus menjadi aktivitas praktis semua anak-anak Allah.
Mereka disebut orang kudus yang hebat dan luar biasa, bukan berada di surga tapi mereka hebat karena kudus ketika berada di dunia. Itulah tantangan kita bagaimana menjadi kudus baik di surga maupun di dunia yang kita jalani ini. Dalam Sabda Bahagia orang yang suci hatinya akan melihat Allah.
“Menjadi orang kudus bukan di surga nanti tapi di sini saat ini. Hal ini nampah hadir dalam diri mereka yang menderita, mereka yang melayani sesama yang mempertahankan kebenaran yang Tuhan nyatakan. Hidup kudus adalah hidup yang dikhususkan untuk Allah dengan mengambil jarak dengan dunia,” katanya.
Hidup kekudusan itu harus dipraktekkan dalam hidup menggereja, dan berbela rasa bagi saudara-saudari yang lemah, lapar, haus, asing, telanjang, dan sakit dalam penjara. Tanpa gerakan bela asih dan bela rasa kekudusan hanya identitas ideal. Kekudusan harus menjadi aksi dalam tindakan belarasa.
“Melalui ensiklik Dilexit Nos yang terbit tanggal 24 Oktober yang lalu akan pentingnya hati yang menjadi pusat kehidupan. Sementara dunia saat ini tampak kehilangan hati nurani sehingga banyak orang meninggal akibat perang atau kesenjangan sosial. Cinta hati manusiawi dan cinta ilahi Yesus yang harus ada dalam hidup kita. Melalui Kristus Allah mencurahkan hatinya supaya dunia diselamatkan olehNya,” ujar Uskup Bunjamin.
Menurut Uskup Bunjamin, Mgr Maksimus sangat menonjol kecerdasan intelektual dan kecerdasan sosialnya tapi jauh lebih penting dari kecerdasan rohani. Keuskupan Labuan Bajo yang sangat dibutuhkan adalah kecerdasan rohani. Di tengah tantangan Labuan Bajo sebagai kota super premium akan banyak tantangan dunia.
Tujuannya untuk bisa menjaga kebijaksanaan lokal sebagai kecerdasan lokal budaya dan untuk budaya kultural dibutuhkan kecerdasan rohani. Kecerdasan spiritual sudah ditunjukkan oleh Mgr Maksimus dalam menggembalakan umat di Keuskupan Labuan Bajo untuk dapat memperbaiki dan mengembangkan serta meluruskan gerak langkah Keuskupan Labuan Bajo.
“Bunda Teresa berkata, tidak semua orang bisa melakukan hal-hal besar tetapi semua orang bisa melakukan sesuatu dengan cinta. Jangan berpikir hal-hal yang besar tapi mulailah dengan hal-hal kecil dengan cinta,” ujar Uskup Bunjamin.
Mgr Maksimus dalam sambutannya mengatakan, hampir tiga puluh tahun lalu seorang ilmuwan politik, Samuel P Huntington menulis sebuah buku berjudul Benturan Antar Peradaban. Ia meramalkan bahwa di masa depan di mana dunia akan menjadi arena konflik, pertentangan dan benturan. Ranah yang secara kasat mata akan dihiasi oleh konflik, kekerasan dan permusuhan.
Dalam pandangannya, ujar Uskup Maksimus, benturan menjadi salah satu pendekatan relasi antara manusia, relasi antara kelompok sosial, relasi antara agama, relasi antara komunitas-komunitas. Kita memeriksa berita pada hari-hari ini dunia kita dihiasi dan sedang disesati oleh berbagai macam bentuk amarah, kebencian, dan permusuhan.
“Pada hari ini Tuhan menawarkan sebuah pendekatan yang lain dalam relasi kita denganNya. Dia memperlihatkan pendekatan yang memukau sekaligus menantang. Sepanjang sejarah pendekatan itu Dia perlihatkan dengan cinta tak terbatas. Dia menawarkan keselamatan. Keselamatan adalah model pendekatan Tuhan kepada manusia, mengajak dunia untuk saling menghargai, mengalirkan harapan kepada dunia yang sedang terpecah,” ujar Uskup Maksimus.
Menurut Uskup Maksimus, Paus Fransiskus menggagas kemaunusiaan bersama pada pengalamn, perasaan, dan sifat-sifat yang menghubungkan semua pada pada berbagai budaya. Bapa Paus menekankan, meskipun ada perbedaan dalam agama, sosial budaya tapi selalu ada benang merah yang mengikat setiap individu.
“Kehadiran Keuskupan Labuan Bajo adalah anugerah tepat waktu bagi gereja yang menjadi pintu gerbang dunia yang memadukan budaya, iman, dan beragama masyarakat dalam satu persimpangan spiritual. Keuskupan ini menjawab kebutuhan pastoral, memperkuat persekutuan serta menjadi harapan dan iman bagi semua yang datang ke Labuan Bajo. Bersama Gereja kita berjalan bersama,” katanya.
“Keuskupan ini pasti banyak tantangan. Karena itu keuskupan harus membangun fondasi baru baik spiritual maupun pastoral. Dengan rendah hati saya mohon doa dan dukungan kita semua. Keuskupan ini membutuhkan bimbingan dan kebijaksanaan, juga dukungan keuskupan seluruh Indonesia. Saya berharap agar keuskupan yang lebih kaya membantu keuskupan yang miskin. Kita juga berusaha menciptakan gereja yang ramah, inklusif, dan berkomitmen pada nilai-nilai injil,” kata Uskup Maksimus lebih lanjut.
Uskup Ruteng Mgr Siprianus Hormat dalam kesempatan itu juga menegaskan, pada mulanya asa yang terbersit terbingkai jernih dalam proposal Keuskupan Labuan Bajo dari Keuskupan Ruteng kepada Propaganda Fide di Roma tahun 2021. Gayung bersambut, pada tahun 2022 Vatikan menerima Proposal Keuskupan Labuan Bajo yang meliputi wilayah Kabupaten Manggarai Barat.
“Asa ini berkuncup indah pada tanggal 1 Juni 2024 ketika Bapa Suci Paus Fransiskus mengangkat Romo Maksimus Regus, imam Keuskupan Ruteng menjadi gembala perdana keuskupan baru Labuan Bajo. Hari ini kuncup harapan itu terwujud merayakan momentum agung dan luhur di mana Tuhan mengurapi hambaNya Mgr Maksi,” ujar Uskup Hormat.
Latar belakang pemekaran ini karena luasnya Keuskupan Ruteng dan akses serta topografi yang menantang, yang terdiri dari gunung dan lembah yang terhampar luas ditambah dengan jumlah umat Katolik yang terbesar di seluruh Indonesia sebanyak delapan ratusan ribu jiwa. Dengan luasnya ini membutuhkan pastoral baru demi pelayanan kontekstual dan integral semakin efisien dan efektif.
Uskup Agung Jakarta Kardinal Suharyo Hardjoatmodjo dalam sambutannya mengatakan, ia diminta secara pribadi oleh Sri Paus untuk memberikan sambutan atau paling tepat mewakili para Uskup yang sudah purnabakti atau sekurang-kurangnya yang mendekati masa-masa purnabakti.
“Mewakili alam raya, paling utama adalah mengucapkan selamat atas kepercayaan Bapak Suci bagi Bapa Uskup Maksi untuk memimpin keuskupan yang baru ini. Kita semua berdoa, semoga berkat pelayanan Bapak Uskup, keuskupan ini dapat bertumbuh sebagaimana yang dicita-citakan,” kata Kardinal Suharyo.
“Terima kasih kepada Bapak Uskup Sipri yang menuntaskan proses pendirian keuskupan baru ini. Proses yang lama tidak mudah tentu saja, tapi akhirnya pada hari ini kita bersukacita. Karena pada hari ini diumumkan secara resmi pendirian Keuskupan Labuan Bajo dan Uskup yang ditahbiskan untuk memimpin keuskupan kita,” ujar Kardinal Suharyo lebih lanjut.
Kardinal Suharyo juga mengucapkan selamat kepada bapa dan ibu dari Uskup Maksi beserta keluarga besar, yang menjadi tempat pertama proses panggilan Uskup Maksimus sebagai imam.
Menurut Kardinal, Paus Fransiskus mengajak untuk selalu bersukacita dan bergembira dalam panggilan menuju kesempurnaan kekudusan pada zaman modern. Di dalam apostolik itu, Paus mengatakan, kita semua, di manapun kita, dalam peran apapun kita, mempunyai panggilan yang sama yaitu bertumbuh menuju kesempurnaan kekudusan. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)