Oleh J Eddy Way
Kepala Bapperida Provinsi Papua Tengah
DALAM kehidupan sehari-hari, interaksi antarindividu mencerminkan berbagai sifat dan karakter. Namun, saat berbicara tentang pemimpin, sifat-sifat tersebut menjadi jauh lebih signifikan. Pemimpin yang memiliki hati yang baik adalah kunci untuk menciptakan lingkungan yang positif dan produktif.
Sebaliknya, pemimpin yang emosional, egois, dan tidak memiliki empati dapat membawa dampak negatif yang luas bagi masyarakat. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk berhati-hati dalam memilih pemimpin, terutama di posisi yang berpengaruh.
Karakteristik pemimpin yang buruk
Pemimpin yang cenderung emosional dan egois seringkali menunjukkan sifat-sifat merugikan. Mereka mungkin pertama, suka memusuhi orang lain. Sikap antagonis terhadap orang lain dapat menciptakan iklim kerja yang tidak sehat. Ketika seorang pemimpin merasa terancam, mereka mungkin berusaha untuk menjatuhkan orang lain demi meningkatkan citra diri.
Kedua, mengumbar emosi negatif. Pemimpin yang tidak mampu mengelola emosi dapat menciptakan ketidakpastian di lingkungan kerja. Emosi negatif yang berlebihan dapat merusak hubungan antarindividu dan menciptakan suasana tidak kondusif.
Ketiga, marah tanpa alasan jelas. Tindakan marah yang tidak proporsional dapat menimbulkan ketakutan di antara bawahan. Ketika orang merasa terancam oleh reaksi emosional pemimpin, mereka cenderung menghindar dan tidak berani menyampaikan pendapat.
Keempat, glorifikasi diri sendiri. Pemimpin yang mengagung-agungkan diri sendiri cenderung mengabaikan kontribusi orang lain. Sikap ini tidak hanya merugikan tim, tetapi juga menciptakan perpecahan.
Dampak negatif dari pemimpin buruk
Pemimpin dengan karakteristik buruk ini dapat menghasilkan efek domino yang merugikan. Ketika pemimpin yang tidak kompeten duduk di posisi strategis, mereka berpotensi, pertama, mengecewakan banyak orang.
Ketika pemimpin gagal memenuhi harapan, baik dalam aspek kinerja maupun hubungan interpersonal, dampaknya akan dirasakan oleh banyak orang. Rasa kecewa ini dapat menjalar ke seluruh tim atau komunitas.
Kedua, menyuburkan bakat buruk. Sikap negatif yang dibiarkan tumbuh subur dapat menular. Jika pemimpin tidak menunjukkan sikap baik, anggota tim cenderung mengikuti pola tersebut, yang menghasilkan budaya kerja tidak sehat.
Ketiga, menghasilkan buah kepahitan, Hasil dari pemimpin yang buruk adalah rasa kepahitan dan frustrasi di antara anggota tim. Ketika banyak orang merasa diabaikan atau diperlakukan tidak adil, akan muncul ketidakpuasan yang dapat memicu konflik.
Pentingnya memilih pemimpin yang baik
Dalam menghadapi tantangan kompleks saat ini, kita memerlukan pemimpin yang tidak hanya kompeten, tetapi juga memiliki hati yang baik. Pemimpin yang baik cenderung, pertama, menunjukkan empati. Mereka memahami kebutuhan dan perasaan orang lain serta berusaha untuk mendukung dan memotivasi.
Kedua, mampu mengelola emosi. Pemimpin yang baik memiliki kontrol emosional yang baik, sehingga dapat mengambil keputusan rasional meskipun dalam situasi penuh tekanan.
Ketiga, memberikan ruang untuk pendapat. Mereka menghargai masukan dari tim dan menciptakan suasana terbuka untuk diskusi. Keempat, menjadi teladan. Sikap baik yang ditunjukkan pemimpin dapat menginspirasi anggota tim untuk berperilaku dengan cara yang sama.
Kesimpulan
Pemimpin dengan hati yang baik adalah aset berharga bagi masyarakat. Mereka mampu menciptakan lingkungan yang sehat dan produktif, sementara pemimpin yang buruk hanya akan merugikan banyak orang.
Saatnya kita lebih selektif dalam memilih pemimpin untuk memastikan bahwa mereka tidak hanya memiliki kemampuan teknis, tetapi juga karakter yang baik. Kita harus bersama-sama mencegah dan membasmi potensi kepahitan yang dapat muncul akibat kepemimpinan yang buruk, demi kesejahteraan bersama.
Dengan mengambil langkah-langkah konkret, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih baik melalui pemimpin yang memiliki integritas dan empati. Hanya dengan demikian, kita dapat berharap untuk mencapai masyarakat yang sejahtera dan harmonis.