Penjabat Gubernur Papua Pegunungan Velix Wanggai dan Pegiat HAM Theo Hesegem Dialog Lesehan Dengan Warga di Wouma - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan

Penjabat Gubernur Papua Pegunungan Velix Wanggai dan Pegiat HAM Theo Hesegem Dialog Lesehan Dengan Warga di Wouma

Penjabat Gubernur Papua Pegunungan Dr Velix Vernando Wanggai, SIP, MPA (kiri) dan pegiat hak asasi manusia (HAM) Theo Hesegem (kanan) saat hadir di tengah massa untuk dan mendengar suara hati, aspirasi secara langsung dari keluarga korban kedua belah pihak di Kampung Logoinoa, Distrik Wouma, Kabupaten Jayawijaya, Senin (17/6). Foto: Istimewa

Loading

WAMENA, ODIYAIWUU.com — Upaya memulihkan suasana batin massa dua kelompok yang terlibat konflik demi merawat semangat kasih, solidaritas, perdamaian, dan persaudaraan sebagai sesama saudara di honai besar, Papua Pegunungan, terus dilakukan tanpa kenal lelah.

Para pemimpin formal dan kultural, masyarakat, dan semua pihak yang berkehendak terus mencari formula tepat bahwa konflik mesti segera bergerak menuju penyelesaian dalam kasih. Pihak-pihak yang bertikai juga punya kesadaran kolektif bahwa konflik yang berkepanjangan lebih banyak mudharat ketimbang manfaat.

 Penjabat Gubernur Papua Pegunungan Dr Velix Vernando Wanggai, SIP, MPA dan pegiat hak asasi manusia (HAM) Theo Hesegem, Senin (17/6) hadir di tengah massa untuk dan mendengar suara hati, aspirasi secara langsung dari keluarga korban kedua belah pihak di Kampung Logoinoa, Distrik Wouma, Kabupaten Jayawijaya.

“Saya bersama Pak Penjabat Gubernur berada di Logoinoa untuk berdialog dengan masyarakat, termasuk masyarakat dari Kurima dan Lanny Jaya halaman gedung GKI Elim, di alam terbuka. Pak penjabat mendengar langsung dari masyarakat terkait perang suku yang terjadi antara Wouma dan Asolokobal sejak 11 Juni 2024,” ujar Theo Hesegem dari Wamena, Jayawijaya, Papua Pegunungan, Rabu (19/6).

Penjabat gubernur, ujar Hesegem, memilih duduk lesehan di atas rumput di halaman gereja meski keluarga korban sudah menyiapkan kursi. Orang nomor satu Papua Pegunungan dan tokoh muda asli tanah Papua itu menyesuaikan dengan masyarakat yang lesehan di atas rumput.

“Pak penjabat seorang pemimpin dan anak asli Papua yang rendah hati dan cepat menyesuaikan diri dalam situasi apapun. Beliau hendak mengalami situasi yang tengah dialami dan dirasakan masyarakat. Bahkan ada yang merasa tidak pantas seorang gubernur duduk beralas rumput. Namun, beliau mau menunjukkan diri seorang adat dan pemimpin bahwa roh kepemimpinan mesti datang seorang pemimpin rendah hati,” kata Hesegem. 

Menurut Hesegem, selaku mediator memberikan waktu kepada masing-masing pihak menyampaikan isi hati, aspirasi kepada Penjabat Gubernur Papua Pegunungan. Hesegem memberikan kesempatan kepada tuan masalah yaitu keluarga besar Lantipo. Namun pihak Lantipo menyampaikan permohonan maaf dan meminta kesempatan pertama diberikan kepada keluarga korban. Sebuah permintaan yang tulus.

“Nopaselak wa wa wa.. Nopaselak…. Nopaselak. Wa wa wa. Allah waaa.. Allah waaa, Allah waaa. Hari ini saya datang, saya ingin mendengar aspirasi langsung dari bapa-bapa, adik-adik, kaka-kaka, juga dari keluarga korban. Saya perlu sampaikan bahwa honai besar ini kita perlu membagun dasar dan pondasi dengan baik, sehingga honai besar ini bisa kita bangun sama-sama,” ujar Velix Wanggai. 

Menurut Velix, pondasi kemajuan Papua Tengah harus ditata, dibangun dengan baik dan sepenuh hati. Pihak yang membangun pondasi itu, ujarnya adalah “bapa-bapa, kaka-kaka, adik-adik dan kita semua”. Velix mengatakan, ia hanya dipercayakan negara untuk bersama warga dan semua elemen membangun pondasi awal Papua Pegunungan, honai besar agar menjadi modal dasar pemimpin berikutnya melanjutkan setelah masa tugasnya berakhir. 

“Bapa-bapa, kaka-kaka dan adik-adik yang terkasih. Saya anak asli Papua. Begitu juga kita semua orang Papua yang hadir di sini. Saya perlu sampaikan di sini bahwa orang Papua sudah semakin berkurang jumlahnya. Saya anakmu, kakamu, adikmu, saudaramu hanya mau titip pesan bahwa kita harus baku sayang satu sama lain. Kita jaga hubungan tetap harmonis di antara kita. Tak perlu setiap ada masalah harus ada korban,” kata Velix dengan suara datar.

Dalam kesempatan tersebut, Velix juga menyampaikan terima kasih, kepada keluarga besar kedua pihak yang bertikai. Juga kepada para tamu undangan yang begitu tulus menerima kehadirannya dan boleh mendengar aspirasi secara langsung.

Setelah Gubernur Provinsi Papua Pegunungan sampaikan, beberapa hal di atas moderator memberikan kesempatan kepada keluarga korban kecelakaan yang merupakan sebagai tuan masalah. Namun tuan masalah memberikan kesempatan kepada 

Keluarga besar Lanny Jaya sebagai pihak korban menyampaikan sejumlah hal, Pertama, menyampaikan terima kasih atas kedatangan penjabat gubernur dan bersedia bertemu mereka untuk bertatap muka dan berdialog dalam suasana kekeluargaan.

“Kaka gubernur dengan jujur kami mau sampaikan bahwa kaka gubernur dan Bapak Penjabat Bupati Lanny Jaya hadir dan bertemu masyarakat Lani Jaya di Gunampur, itu bukan pada tempatnya. Kami pikir di situ sangat tidak layak dan di sinilah tempatnya karena secara budaya dan adat tuan masalah ada di sini, bukan di Gunampur. Sehingga kita layak bicara di sini. Apa tujuan kedatangan kaka Gubernur pada siang ini karena kami ini korban yang tidak tahu akar masalah,” kata perwakilan keluarga Lanny Jaya.

Kedua, keluarga Lanny Jaya sangat berterima kasih kepada penjabat gubernur yang mengumpulkan dari berbagai pihak dan untuk duduk bersama dan bicara terbuka, Pihak keluarga besar Lanny Jaya sebagai keluarga korban akan mendiskusikan dengan tuan masalah. Waaaa

“Kaka Gubernur, kami keluarga korban tidak akan menerima yang namanya bantuan ganti rugi kepala. Kami tidak perang dengan pemerintah tapi kami lakukan perang adat. Karena ini perang adat yang sudah ada dari  dulu. Oleh karena itu kami keluarga korban tidak meminta dan menerima apapun yang disebut dengan istilah bayar kepala korban,” kata perwakilan keluarga Lanny Jaya lebih lanjut.

Sedangkan keluarga korban dari Kurima menyampaikan terima kasih kepada penjabat gubernur atas kehadirannya bersama mediator. Pihak perwakilan Kurima juga mengaku sependapat dengan keluarga korban dari Lanny Jaya. Bahawa mereka juga tidak menerima yang disebut dengan istilah ganti rugi kepala karena itu perang adat. Kalau perang dengan pemerintah, mereka mengaku mungkin menerima ganti rugi kepala. 

Menurut Hesegem, setelah keluarga korban dan  tuan masalah menyampaikan beberapa poin penting, moderator mengambil kesimpulan. Pertama, atas masukan dan saran yang disampaikan kepada Pemerintah Provinsi Papua Pegunungan, pemerintah akan mengupayakan untuk mengundang para tokoh untuk melakukan pertemuan, termasuk keluarga korban. Dengan demikian, diharapkan agar keluarga korban dan tuan masalah duduk bersama membahas kemudian akan disampaikan dalam pertemuan berikutnya.

Setelah berdialog dengan masyarakat Logoinoa dan rombongan penjabat gubernur melanjutkan perjalanan menuju ke Kampung Megapura. Di sana penjabat gubernur bertemu dengan Ayup untuk koordinasi nama-nama  tokoh yang akan diundang. Setelah beberapa menit kemudian rombongan kembali ke kediaman. 

“Keluarga besar Lanny Jaya, masyarakat Wouma, masyarakat Kurima, dan masyarakat Asolokobal akan melakukan pertemuan yang akan difasilitasi oleh Pemerintah Provinsi Papua pegunungan Rencana pertemuan itu akan menghadirkan para tokoh masyarakat dari Mukoko, Asolokobal, Lanny Jaya, dan keluar Siep-Aso.” kata Hesegem. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)

Tinggalkan Komentar Anda :