JAKARTA, ODIYAIWUU.com — Penjabat Gubernur Papua Pegunungan Dr Velix Vernando Wanggai, SIP, MPA, Minggu (3/3) menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan Penjabat Gubernur Papua Dr Ridwan Rumasukun, SE, MM didampingi Alex Kapissa, Kepala Badan Penghubung Provinsi Papua di Jakarta dalam mengelola Anjungan Papua di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta Timur.
Penandatanganan MoU tersebut sebagai salah satu upaya untuk percepatan pembangunan kesejahteraan Provinsi Papua Pegunungan yang berbasis sosial budaya. Dalam pandangan Velix, Papua Pegunungan adalah ‘adik’ dari Papua, sehingga dipandang strategis melangkah bersama dalam satu kesatuan sosial budaya dengan Papua sebagai ‘kaka tertua’ di tanah Papua.
Dalam konteks itu, penandatanganan MoU tersebut terkait kerjasama pemanfaatan anjungan dalam pengelolaan sosial budaya Papua Pegunungan. Orang nomor satu kedua provinsi ‘adik-kakak’ sepakat, meski secara administrasi berbeda, namun diikat dalam satu kesatuan ekologis, kesatuan budaya dan kesatuan konektivitas wilayah.
“Masyarakat Papua bersyukur telah memiliki Anjungan Papua di Taman Mini Indonesia Indah sejak tahun 1975. Anjungan Papua ini adalah rumah sosial budaya yang melambangkan identitas, jati diri, dan karakteristik kebudayaan masyarakat Papua,” ujar Velix Wanggai kepada Odiyaiwuu.com di Jakarta, Selasa (5/3).
Velix dalam kesempatan tersebut menyampaikan apresiasi, penghargaan dan terima kasih kepada Rumasukun bersama Alex Kapissa, yang telah melakukan penataan ulang Anjungan Papua sehingga terlihat lebih menarik bagi para pengunjung yang bukan hanya datang dari berbagai daerah di Indonesia namun juga manca negara.
“Hasil renovasi ini mendorong daya tarik Anjungan Papua yang dikunjungi rata-rata sekitar 500-an pengunjung setiap hari, baik pengunjung dari luar negeri dan dalam negeri,” kata Velix, putra asli Papua jebolan Flinders University, Australia dengan tesis, The Politics of Formulating Regional Development Policy: The Case of Papua, Indonesia, 1998-2006.
Menurut Velix, MoU ini dimaksudkan untuk membangun komunikasi dan penguatan terhadap informasi tentang seluruh yang berkaitan dengan kebudayaan Papua Pegunungan yang telah dan akan ditempatkan di Anjungan Papua di Taman Mini.
“Keberadaan anjungan ini bertujuan untuk menginformasikan benda budaya Papua Pegunungan yang selama ini telah ada serta dapat dilakukan penguatan melalui penambahan informasi dan benda budaya,” kata Velix lebih jauh
Menurutnya, ada empat aspek utama dalam ruang lingkup kerjasama. Pertama, asistensi pemeliharaan sarana prasarana budaya Papua Pegunungan di Anjungan Papua, khususnya kawasan silimo (kompleks honai). Kedua, optimalisasi Anjungan Papua sebagai tempat pemasaran produk-produk UMKM dari Papua Pegunungan.
Ketiga, promosi sosial budaya Papua Pegunungan meliputi even pameran, atraksi budaya, dan kegiatan seni budaya lainnya. Keempat, pengembangan kapasitas sumber daya manusia asal Papua Pegunungan di aspek sosial budaya, ekonomi kreatif, pariwisata, dan sektor ekonomi lainnya.
Ketua Majelis Rakyat Papua Pegunungan (MRP PPG) Agus Hubi dalam kesempatan tersebut mendukung penuh proses kerjasama pemanfaatan anjungan Papua sebagai bentuk konkret satu kesatuan sosial budaya tanah Papua walaupun secara administratif berbeda.
“Anjungan Papua adalah rumah bersama yang mempromosikan kebudayaan masyarakat Papua di Jakarta ke level nasional dan internasional. Anjungan ini simbol kebersamaan dari identitas masyarakat yang beragam dalam perjalanan peradaban Papua,” kata Hubi.
Sedangkan Velix menyebut, Anjungan Papua adalah rumah seluruh anak Papua. Setelah penandatanganan MoU, diharapkan akan memberikan manfaat untuk Papua induk dan Papua Pegunungan. Hal ini merupakan langkah awal dari Pemprov Papua membangun pondasi pembangunan sosial budaya masyarakat Papua Pegunungan.
“Di Anjungan Papua kita juga menemukan identitas sosial budaya khas di Papua Pegunungan, termasuk benda-benda seni, cerita rakyat, seni lukis, maupun rumah adat tradisional. Dengan kerjasama ini, Pemprov Papua Pegunungan akan melengkapi atau membangun objek-objek baru apa saja di Anjungan Papua,” kata Velix.
Setelah dibangun pihaknya berharap Anjungan Papua menjadi sarana promosi baik budaya, ekonomi kreatif, hasil sumber daya alam kopi buah merah dan bisnis lain holtikultura. Anjungan ini juga akan menjadi wadah promosi pariwisata yang baik. Apalagi Papua Pegunungan sudah dideklarasikan sebagai Provinsi Festival.
“Saat ini telah disusun kalender event festival sejak Maret hingga Desember 2024, baik festival bahasa daerah, festival kopi, festival musik regae, festival rumput merah bulan Mei, festival Budaya Lembah Baliem, festival Noken Street Fashion, maupun Papua Pegunungan Chrismast Week Festival,” lanjut Velix.
Velix menegaskan, Papua Pegunungan berniat mengembangkan kapasitas kelembagaan pengelola, aparatur, ASN, pegiat seni budaya agar bisa diaktualisasikan di Jakarta sebagai pusat industri dan bisnis di masa akan datang.
“Ini titik hubungan kita untuk memperluas pengembangan kapasitas, jaringan sosial bisnis agar bermanfaat bagi masyarakat di Papua Pegunungan. Besar harapan kami agar percepatan pembangunan kesejahteraan di Papua pengunungan berbasis kearifan lokal,” ujar Velix.
Menurut Velix, ke depan Pemprov Papua dan Papua Pegunungan akan mempersiapkan Memorandum of Agreement, perjanjian kerjasama yang detail dalam pemanfaatan Anjungan Papua. Baik pengelolaan replikasi kawasan silimo (rumah adat khas honai), tempat penyimpanan benda-benda seni budaya, penyiapan berbagai atraksi budaya yang teratur serta promosi budaya dan ekonomi kreatif lainnya.
“Sebagai daerah otonom baru, pemanfaatan Anjungan Papua di TMII ini merupakan bagian dari pembangunan kebudayaan Papua Pegunungan guna memperkuat identitas regional, jati diri Masyarakat, dan kebanggaan daerah di level nasional dan internasional,” kata Velix, tokoh muda tanah Papua dan doktor lulusan Universitas Padjadjaran, Bandung. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)