JAKARTA, ODIYAIWUU.com – H. Harmoko bin Asmoprawiro, Menteri Penerangan Republik Indonesia era Presiden Soeharto, Minggu (4/7) pukul 20.22 WIB. Harmoko menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta.
Thomas B Ataladjar, wartawan senior dan penulis buku-buku sejarah Jakarta dan Banten mengatakan, Indonesia kehilangan seorang negarawan, mantan pejabat negara dan mantan wartawan yang sangat dikenal di kalangan pekerja pers nasional. Kata Thomas, Harmoko, Menteri Penerangan Republik Indonesia tahun 1983-1997 itu juga tak sulit ditemui wartawan di masanya.
“Saya turut berduka atas berpulangnya Pak Haji Harmoko. Saya berutang budi kepada Almahrum. Beliau sangat membantu kelancaran proses terbitnya Surat Ijin Usaha Penerbitan Pers (SIUP) Swaradharma, Majalah Internal PT Dharma Niaga Jakarta. Saya dipercaya sebagai Pemimpin Redaksi saat itu. Saat itu Swaradharma termasuk majalah yang sangat fenomenal di masanya di Jakarta,” ujar Thomas Atalajar kepada Odiyaiwuu.com di Jakarta, Minggu (4/7) malam.
Thomas, sejarahwan asal Waiwejak, Kecamatan Atadei, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur yang menulis buku Toko Merah, Saksi Kejayaan Batavia Lama di Tepian Muara Ciliwung, mengisahkan, di kalangan wartawan dan penulis kala itu, Harmoko termasuk sosok yang ceplas ceplos dan sangat akrab dengan kalangan pekerja media. Thomas yang sudah merintis Swaradharma sejak terbit perdana tahun 1986 tak sampai setahun SIUP medianya diterbitkan Menteri Harmoko.
“Saat itu saya beritahu Pak Menteri Harmoko bahwa saya baru saja mengajukan SIUP Swaradharma kepada Departemen Penerangan Republik Indonesia. Pak Harmoko langsung merespon baik. Tahun 1986, SIUP Swaradharma keluar,” lanjut Thomas. Ia menambahkan, Harmoko juga sosok yang terbuka dengan siapapun.
“Tipikal Menteri Harmoko juga saya alami selama berganti Gubernur DKI Jakarta mulai dari Ali Sadikin hingga Joko Widodo. Gubernur DKI Bang Ali memberi Kata Pengantar buku Toko Merah karya saya. Sedang Pak Joko Widodo memberi Kata Pengantar buku saya, Meriam Si Jagur: Riwayat dan Kisah Sejarahnya,” kata Thomas.
Thomas juga merasa mendapat kehormatan saat Joko Widodo menulis pengantar buku karyanya. Jokowi, mantan Walikota Surakarta itu, juga menyambut baik prakarsa Museum Sejarah Jakarta menerbitkan buku karya Thomas.
“Selain benang merah masa lalu, masa sekarang dan masa akan datang tentang kota Jakarta tidak hilang ditelan jaman juga generasi mendatang dapat terus menyaksikan keberadaan Si Jaguar sebagai salah satu ikon Museum Sejarah Jakarta dan salah satu maskot kebanggaan pariwisata Jakarta. Semoga buku ini semakin menumbuhkan apresiasi masyarakat terhadap nilai-nilai sejarah peninggalan budaya, menjaga kelestarian dan mencintai kota Jakarta meningkatkan ketahanan budaya bangsa,” kata Joko Widodo.
Almahrum Harmoko lahir di Nganjuk, Jawa Timur, 7 Februari 1939. Harmoko pernah menjadi menjabat sebagai Ketua Umum Partai Golkar dari tahun 1993 selama 5 tahun. Sebelum terjun di dunia politik, Harmoko pernah pula meniti karier wartawan dan kartunis Harian Merdeka dan Majalah Merdeka usai lulus SMA. Tahun 1964, Harmoko pernah pula bekerja sebagai wartawan Harian Angkatan Bersenjata.
Harmoko juga pernah menjabat Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat, penanggung jawab Harian Mimbar Kita. Konsistensi Harmoko membuat Presiden Soeharto meliriknya menempati pos Menteri Penerangan RI selama 14 tahun sejak 1983. Malam ini, Harmoko berpulang. Selamat jalan, Pak Haji Harmoko. (Ansel Deri /Odiyaiwuu.com)