WAMENA, ODIYAIWUU.com — Mantan Presiden Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Pendeta Dorman Wandikbo, S.Th menegaskan, dirinya menolak aparat keamanan Indonesia yang mengatasnamakan Tuhan, menjelma menjadi orang gereja bekerja sama dengan kaum farisi di tanah Papua melakukan doa bersama di mimbar-mimbar gereja di Papua, khususnya GIDI.
“Seruan ini ditujukan kepada umat GIDI, baik di Jemaat, klasis dan wilayah GIDI diajak berdoa sendiri dengan beberapa pokok doa yang jelas yaitu pembunuhan telanjang di depan mata kita yaitu warga sipil yang adalah anggota Jemaat GIDI, mencegah dan melindungi orang asli Papua dari genosida, orang asli Papua di jalan buntu, tidak ada terang kedepan. Semua ini dibawa dalam doa rapatan,” ujar Pendeta Dorman kepada Odiyaiwuu.com dari Wamena, Jayawijaya, Papua Pegunungan, Jumat (23/8).
Dorman yang juga Anggota Dewan Gereja Papua menegaskan, saat ini dalam kenyataannya orang Papua dan umat GIDI khususnya, tidak baik-baik saja. Ada beberapa alasan mendasar dan sangat penting serta menjadi prioritas untuk mencermati situasi dan kondisi Papua saat ini.
Salah satunya, kejadian penembakan tiga orang warga sipil anggota jemaat GIDI pada Selasa (16/7) 2024 sekitar pukul 20.00 WIT di depan SD YPPGI Pepera, Distrik Mulia, Kabupaten Puncak Jaya, dekat Bandara Udara Mulia.
“Tiga masyarakat sipil korban penembakan adalah Dominus Enumbi, warga Kampung Karubate, Kepala Kampung Porbalo, Distrik Dokome Pemerinta Morib dan warga Kampung Temu, Distrik Ilamburawi Tonda Wanimbo,” kata Dorman.
Selain itu, penembakan warga masyarakat sipil Kabupaten Yahukimo pada Selasa (20/8) sekitar pukul 21.00 WIT di sekitar Pasar Lama, depan Mako Polres Yahukimo. Dua warga sipil tersebut atas nama Tobias Silak yang dinyatakan meninggal dunia, Naro Nabla (17 tahun) yang terluka akibat terkena peluru nyasar dan sedang dirawat.
“Selain itu, peristiwa penembakan juga terjadi di Tolikara pada Rabu (21/8) dini menimpa Chares Kogoya yang dilakukan anggota BKO Brimob Tolikara. Semua rentetan kejadian kejahatan, pembunuhan, dan penembakan sistematis ini terjadi kurang lebih dua bulan di atas tanah Papua,” kata Dorman.
Anggota Dewan Pertimbangan GIDI ini juga mengajak jemaat GIDI khususnya di wilayah pelayanan GIDI baik di seluruh wilayah, klasis dan jemaat-jemaat untuk berdoa dan bersuara di masing-masing gereja.
“Jangan takut, jangan kompromi dan tidak boleh melibatkan diri berdoa bersama pembunuh dan penjilat di atas tanah ini. Nanti doanya terhalang,” kata Dorman. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)