KARUBAGA, ODIYAIWUU.com — Lima kepala kampung (desa) di Distrik Poganeri, Kabupaten Tolikara, Provinsi Papua Pegunungan, Rabu (14/2) menahan kotak surat suara di kantor distrik agar warga pemilih memberikan suaranya atau mencoblos di kantor tersebut.
Namun, langkah para kepala tersebut menuai protes lalu sejumlah warga melakukan pemalangan jalan. Warga meminta agar pencoblosan tetap dilakukan di masing-masing kampung.
“Warga masyarakat Poganeri memalang karena protes kepada lima kepala kampung yang tahan kotak suara di distrik. Para kepala kampung berharap warga mencoblos di kantor distrik. Masyarakat menolak lalu memalang jalan dan mendesak pencoblosan dilakukan di masing-masing kampung,” ujar Kepala Bappeda Tolikara Imanuel Gurik kepada Odiyaiwuu.com dari Karubaga, kota Kabupaten Tolikara, Papua Pegunungan, Rabu (14/2).
Menurut Imanuel, setelah pihaknya melakukan komunikasi dengan kepala distrik dan warga tercapai kata sepakat bahwa pencoblosan dilakukan di masing-masing kampung.
“Setelah kami lakukan komunikasi dengan berbagai pihak dicapai kata sepakat sehingga warga pemilih melakukan pencoblosan di masing-masing kampung,” kata Imanuel lebih lanjut.
Sebelumnya, sejumlah warga melakukan pengrusakan dan pembakaran logistik Pemilu 2024 di Distrik Yagai, Kabupaten Paniai, Provinsi Papua Tengah, Senin (12/2).
Aksi itu diduga kurangnya pemahaman tentang aturan baru dalam pelaksanaan Pemilu 2024 berkaitan dengan Formulir C1 KWK berhologram yang sudah tidak dipergunakan lagi pada Pemilu 2024.
Kapolres Paniai AKBP Abdus Syukur Felani, SIK menjelaskan, sejumlah warga di Yagai melakukan pembongkaran logistik untuk mencari Formulir C1 KWK berhologram, namun aksi tersebut berujung pada pengrusakan 125 kotak suara Pemilu.
“Saat itu, ketika logistik tiba di pelabuhan (danau) di Distrik Yagai, langsung dilakukan pembongkaran logistik Pemilu untuk mencari formulir C1 KWK yang berhologram. Semua logistik Pemilu berada di Pelabuhan Speed Distrik Yagai dalam kondisi terhambur dan rusak,” ujar Abdus melalui keterangan yang diterima Odiyaiwuu.com dari Enarotali, kota Kabupaten Paniai, Papua Tengah, Selasa (13/2).
Menurut Abdus, aksi serupa juga terjadi di Distrik Muye. Senin (12/2) sekitar pukul 15:30 WIT telah bergeser logistik Distrik Muye dari Pelabuhan (Danau) Aikai dengan menggunakan sekitar 12 unit speed, di mana salah satu speed berisi logistik Pemilu yang ditumpangi 3 anggota PPD dan Ketua PPD, beriringan menuju ke Distrik Muye.
“Namun pada pertigaan arah ke kampung Keniyapa, tiba-tiba speed yang ditumpangi oleh rombongan keempat PPD tersebut langsung berbelok ke arah kiri menuju ke jembatan Keniyapa. Sedangkan iring-iringan speed yang membawa logistik lainnya tetap lurus menuju Distrik Muye,” katanya.
Setelah tiba di Pelabuhan Distrik Muye diketahui bahwa speed yang membawa Ketua PPD dan tiga PPD lainnya belum tiba di Pelabuhan Distrik Muye. Ketua Pandis Distrik Muye bersama rombongan pengantar logistik lainnya menunggu sekitar 2 jam, tetapi tidak muncul-muncul dan akhirnya disepakati bahwa logistik Muye dibawa kembali ke Kampung Enarotali yakni ke Kantor KPU Paniai.
Setelah logistik tiba di KPU, masyarakat dan Panwasdis Distrik Muye kembali menaikkan dan membawa logistik Pemilu Distrik Muye ke Polres Paniai sebanyak 110 kotak surat suara, sehingga dapat disimpulkan bahwa logistik Distrik Muye yang diduga hilang atau dibawa lari PPD hanya fom C1 hasil plano.
Abdus menambahkan, setelah dilakukan mediasi dan penjelasan dari pihak penyelenggara Pemilu dan Kepolisian Resor Paniai, untuk Pemilu 2024 tidak lagi menggunakan Formulir C1 KWK Hologram dan masyarakat bisa memahami hal tersebut.
Namun, masyarakat meminta KPU untuk menghadirkan Ketua PPD Distrik Muye dan memberikan penjelasan kepada masyarakat dan pihak KPU dan masyarakat akan bersama sama mencari keberadaan PPD Distrik tersebut.
Di Distrik Aweida juga terjadi pembakaran logistik Pemilu. Peristiwanya sekitar pukul 14:50 WIT di mana telah bergeser logistik Pemilu untuk Distrik Aweida dengan menggunakan 8 unit speed (6 speed mengangkut logistik sedangkan 2 speed mengangkut PPD, PPS dan Pandis) dari Pelabuhan (Danau) Aikai Enarotali menuju Distrik Aweida tanpa kendala dan berjalan dengan baik dan aman. Namun, sekitar pukul 16.34 WIT, diperoleh informasi logistik telah dirampas dan dibakar di dekat danau Darauto,” ungkap Kapolres Paniai.
Mendapatkan informasi tersebut, personel kepolisian merespon dan langsung mengecek kejadian dimaksud dan didapat informasi dari salah satu warga masyarakat Aweida bahwa logistik yang dibakar tersebut sebanyak satu speed.
Sedangkan logistik pada 7 speed lainnya langsung berbalik ke arah Enarotali yang kemudian segera dilakukan penjemputan logistik untuk diamankan kembali di kantor KPU Paniai bersama pihak KPU, Bawaslu dan Polres Paniai. Adapun logistik yang berhasil diamankan sebanyak 60 kotak suara.
“Sedangkan di hari yang sama pada pukul 16:05 WIT, kembali kami menerima informasi terkait dengan ditahannya logistik Pemilu untuk Distrik Kebo, Paniai, yang diduga dilakukan orang tak dikenal yang berujung dengan pembakaran terhadap logistik Pemilu di Distrik Kebo sebanyak 165 kotak surat suara. Sebanyak 15 kotak yang sempat diselamatkan warga sudah diamankan di KPU Paniai,” ujar Abdus.
Abdus menyebutkan, hingga saat ini situasi di Paniai masih rawan terkendali dan pihak kepolisian bersama pihak terkait terus meningkatkan pengawasan serta keamanan guna tidak kembali terjadi hal-hal serupa. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)