DEKAI, ODIYAIWUU.com — Tujuh warga yang tengah mendulang emas, Senin (16/10) dihabisi anggota kelompok Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat, sayap militer Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM).
Para pendulang emas tersebut meregang nyawa di tangan kelompok TPNPB-OPM pimpinan Brigadir Jenderal Elkius Kabak saat mendulang emas di Kali Ei, Desa Mosomduba, Distrik Seredala, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan.
“Aneka insiden tragis di Yahukimo belakangan memberikan sinyal buruk bagi Pemerintah Kabupaten Yahukimo dan Provinsi Papua Pegunungan serta pemerintah Indonesia tidak mampu menyelesaikan masalah di tanah Papua,” ujar pegiat dan pembela HAM Theo Hesegem melalui keterangan tertulis kepada Odiyaiwuu.com dari Jayapura, Papua, Kamis (19/20).
Pembantaian tragis warga pendulang emas di Ei dinilai Hesegem sangat tidak manusiawi dan tentu memprihatinkan tak hanya masyarakat di tanah Papua namun juga Indonesia dan dunia. Insiden kelam tersebut menambah daftar panjang konflik kekerasan yang terus terjadi saban waktu baik di Yahukimo dan beberapa kabupaten lain di tanah Papua.
“Kejadian itu memprihatinkan kita semua. Manusia itu ciptaan Tuhan paling mulia namun nyawanya selalu melayang di moncong senjata dan alat tajam. Saat ini masyarakat di Yahukimo dan Papua umumnya selalu hidup diselimuti rasa takut dan trauma berkepanjang,” kata Hesegem.
Hesegem menyebutkan, sejak 2018 hingga 2023, konflik bersenjata di tanah Papua banyak memakan korban jiwa baik warga masyarakat asli maupun non-Papua. Konflik bersenjata itu dengan mudah ditemui di beberapa kabupaten seperti Yahukimo, Nduga, Jayawijaya, Intan Jaya maupun Pegunungan Bintang.
Papua, ujarnya, mengalami krisis kemanusiaan luar biasa yang perlu segera diseriusi semua pihak agar tak terulang lagi. Situasi di Kabupaten Yahukimo dan kabupaten lain di tanah Papua, sangat memperihatinkan dalam beberapa bulan terakhir. Di Yahukimo, seorang perempuan yang tengah berada di kebun dibunuh dan ditikam kemaluannya oleh orang tidak bertangung jawab.
Juru Bicara Komnas TPNPB-OPM Sebby Sambom dalam sebuah keterangan resmi yang beredar dan diperoleh media ini mengaku, pasukan gabungan TPNPB Kodap III Ndugama dan TPNPB Kodap XVI Yahukimo berhasil menghabisi nyawa tujuh warga pendulang emas yang menyamar sebagai anggota intelijen Indonesia di Yahukimo.
“Anggota TPNPB Kodap XVI Yahukimo bertanggung jawab atas pembunuhan tujuh pekerja tambang emas ilegal yang menyamar sebagai anggota intelijen. Operasi ini dilakukan pasukan gabungan TPNPB Kodap III Ndugama dan Kodap XVI Yahukimo,” ujar Sebby Sambon melalui siaran pers Manajemen Markas Pusat Komnas TPNPB yang beredar luas di kalangan wartawan, Selasa (17/10).
Dalam keterangan itu Sebby menyebut pihaknya telah memberi peringatan kepada warga sipil yang bekerja sebagai tukang, pekerja proyek, dan penambang ilegal untuk meninggalkan wilyah konflik bersenjata antara TPNPB dan TNI-Polri. Jika masih kepala batu, pihak pasukan TPNPB mengaku tidak akan kompromi dan bertanggungjawab atas nyawa warga.
“Kepada warga sipil non-Papua, imigran Indonesia, jangan anda mau dipekerjakan tapi nyawa (melayang) karena nyawa tidak bisa ganti. Sekali lagi semua warga sipil di Yahukimo dan semua wilayah Papua segera tinggalkan Papua. Negara segera buka ruang berunding dengan bangsa Papua guna mencari solusi,” ujar Sebby.
Menurut Sebby, TPNPB OPM tidak mai-main peringatan ini sehingga harus menjadi perhatian serius orang Indonsesia yang mencari makan di tanah Papua.
Hesegem mengaku sangat prihatin terbunuhnya dua perempuan, Ima Selopole (29) dan Aminera Kabak (25) di Yahukimo. Kematian dua perempuan asli Papua menimbulkan saling tuding antara TPNPB OPM dengan aparat keamanan Indonesia.
“Pembunuhan ini adalah tindakan tidak manusiawi. Saya minta Kapolda Papua segera mengungkap siapa pelaku di balik pembunuhan keji itu,” ujar Hesegem, tokoh muda yang juga Direktur Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)