HUT ke-168 Pekabaran Injil di Tanah Papua, NU Papua: Mansinam Simbol Kerukunan Umat - Odiyaiwuu.com | Membahagiakan Kehidupan

HUT ke-168 Pekabaran Injil di Tanah Papua, NU Papua: Mansinam Simbol Kerukunan Umat

Pulau Mansinam: awal mula penyebaran Injil di Tanah Papua yang dimulai 5 Pebruari 1855 dua misionaris, Pendeta Carl Wilhelm Ottouw dan Pendeta Johann Gottlob Geissler. Sumber foto: ksmtour.com

Loading

JAYAPURA, ODIYAIWUU.com — Keluarga Besar Nahdlatul Ulama (NU) Provinsi Papua menyampaikan ucapan ‘Selamat Hari Pekabaran Injil ke-168 di Tanah Papua’ kepada umat Kristiani di bumi Cenderawasih.

Ucapan tersebut disampaikan sebagai bentuk kegembiraan dan rasa syukur bersama karena pada Minggu, 5 Februari 2023, umat Kristiani di tanah Papua tengah bersyukur dan bergembira merayakan peringatan HUT ke-168 Injil masuk di Pulau Mansinam, Manokwari, tanah Papua yang dimulai 5 Pebruari 1855. Juga sebagai Hari Papua Tanah Damai yang disepakati seluruh para pemimpin agama di tanah Papua tahun 2002.

“Pulau Mansinam menjadi simbol kerukunan umat Kristen dan Islam karena dua misionaris Belanda dan Jerman, Pendeta Carl Wilhelm Ottouw dan Pendeta Johann Gottlob Geissler membawa Injil pertama di Mansinam,” ujar Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Nahdlatul Ulama Papua Dr H Toni Wwanggai, MA kepada Odiyaiwuu.com di Jakarta, Minggu (5/2).

Menurut Wanggai, Anggota Majelis Rakyat Papua, Pendeta Carl Wilhelm Ottouw dan Pendeta Johann Gottlob Geissler diantar oleh Pangeran Muhammad Alting dari Kesultanan Tidore naik kora-kora (perahu) Ternate Van Doreh. Karena itu, lanjutnya, NU Papua juga mendoakan semoga Papua tetap jadi tanah damai dalam Kasih Allah.

“Semoga nilai-nilai Injil membawa perubahan bagi tanah Papua yang lebih damai, sejahtera, dan berkeadaban. Salam damai di hati. Tuhan memberkati kita semua,” kata Wanggai lebih jauh.

Merujuk tribunnews.com, Sabtu (4/2), Pendeta Carl Willhem Ottow asal Belanda dan Pendeta Johan Gottlob Geissler dari Jerman adalah misionaris pertama yang membawa Injil ke tanah Papua, tepatnya di Pulau Mansinam.

Pada 25 Juni 1852, Ottow dan Geissler bertolak dari Pelabuhan Rotterdam, Belanda menggunakan kapal ke Batavia (kini, Jakarta) sebelum melanjutkan Misi ke New Guinea (Papua). Tiba di Batavia pada 7 Oktober 1852, keduanya bertahan selama 1, 5 tahun guna mendapat izin dari pemerintahan kala itu.

Sambil menunggu izin dari pemerintah untuk ke Tanah Papua, Ottow dan Geissler mendirikan sekolah bagi anak-anak pribumi dan Tionghoa di Batavia. Di sana, keduanya juga mempelajari bahasa Melayu. Pada 9 Mei 1854, keduanya meninggalkan Batavia menuju Ternate dan tiba pada 30 Mei 1854.

Sambil mempelajari bahasa Arafuru, Ottow dan Geissler tinggal di Ternate selama delapan bulan, Juni 1854 sampai dengan Januari 1855. Keduanya belajar bahasa Arafuru karena menduga bahasa yang sama dipakai orang-orang di tanah Papua.

Pada 12 Januari 1855, Ottow dan Geissler bertolak dari Ternate menuju Teluk Dore Manokwari, Mansinam, yang dalam peta dunia disebut sebagai wilayah iblis atau dunia hitam.

Kedua misionaris itu menempuh perjalanan tiga minggu lebih dua hari untuk mencapai Pulau Mansinam. Akhirnya, mereka tiba di Pantai Pulau Mansinam, Manokwari, pada Minggu, 5 Februari 1855 pukul 06.00 WIT.

Di pantai Mansinam, Ottow dan Geissler menabhiskan semua pekerja pekabaran Injil di tanah New Guenia dengan kata-kata: Dalam nama Tuhan, kami menginjakkan kaki di tanah ini.

Setelah mengucapkan kata-kata itu, Ottow dan Geissler masuk ke semak-semak lalu berlutut di sana untuk berdoa kepada Tuhan. Mereka meminta diberi kekuatan spritual dan kebijaksanaan agar semua dapat dimulai dengan baik, serta Tuhan, sudih menaruh belas kasihan kepada orang Papua yang kehidupan saat itu dikenal jahat.

Di tempat Ottow dan Geissler berdoa telah dibangun Tugu Pendaratan yang masih ada hingga saat ini. Sebagai tanda sukacita setelah selamat tiba di Pulau Mansinam, Johann Gottlob Geissler menulis kata-kata berikut.

Anda tak dapat membayangkan betapa besarnya sukacita kami, bahwa pada akhirnya tanah tujuan terlihat. Matahari terbit dengan indahnya, ya semoga matahari yang sebenarnya menyinari kami dan orang-orang kafir yang malang itu, yang telah sekian lama merana di dalam kegelapan. Semoga sang Gembala setia mengumpulkan mereka di bawah tongkat gembala-Nya yang lembut.

Pada akhir, Injil Kerajaan Allah dimulai dari Manokwari. Dari Manokwari, Injil menyebar ke seantero Tanah Papua walaupun tidak terjadi dalam waktu yang sama. GKI menulis, tindakan Allah untuk membebaskan manusia Papua telah diawali dari Manokwari ini semata-mata karena kasih karunia Tuhan, bukan hasil usaha manusia Papua. Kehendak Allah agar manusia Papua diselamatkan untuk mengalami hidup yang baik dan penuh dalam kelimpahan. Selamat Hari Ulang Tahun ke-168 Tahun 2023, Pekabaran Injil di Tanah Papua. (Ansel Deri/Odiyaiwuu.com)

Tinggalkan Komentar Anda :